Claim Missing Document
Check
Articles

Found 11 Documents
Search

PELAKSANAAN FUNGSI LEGISLASI DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH Lena Satlita
Jurnal Cakrawala Pendidikan CAKRAWALA PENDIDIKAN, EDISI 1,1996,TH.XV
Publisher : LPMPP Universitas Negeri Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21831/cp.v1i1.9203

Abstract

Dewan Perwakilan Rakyat (Daerah) selama ini dianggap belumdapat menampilkan citra yang memuaskan sebagai wakil rakyat. Dalammelaksanakan tugasnya, ada tiga fungsi utama yang diemban badan legis- .latif ini yaitu fungsi representasi, fungsi legislasi dan fungsi kontrol.Sorotan paling tajam adala4 ·lemahnya lembaga inidalam; melaksanakanfungsi legislasinya (pembuat peraturan).Banyak faktor yang dapat dikemukakan sehubllngan dengan"lemahnya" lembaga legislatif dalam melaksanakan fungsi legislasinya,mulai dari peraturan tata tertib yang tidak mendukung, kuranginformasi/data, tidak memiliki tenaga ahli, sarana danprasarana yangkurang memadai sampai dengan mekanisme rekruitmen anggota dewan.Bagi lembaga legislatif daerah (DPRD), ken'dala utama yangdihadapi berpangkal dari UU No.5 tahun 1974 yang ·tidak memberikanbobot kekuasaan yang memadai kepada DPRD. Kedud~kan DPRD yangtidak semata-mata sebagai wakil rakyat tetapi juga,sebagai unsurPemerintah Daerah bersama-sama Kepala Daerah, meQyebabkan DPRDharus "membina" posisinya dengan pihak eksekutif. Diberlakukannyaperan ganda dalam diri Kepala Daerah yang juga Keapala Wilayah,membuat DPRD kurang leluasa memainkan perannya sebagai legislatordalam merumuskan peraturan daerah. Selain itu, kualiui~ anggota DPRyang belum memadai, menyulitkannya dalam proses "tawar-menawar" :,dengan kondisi bargaining power yang lebih besar pada'pihak eksekutif
Meningkatkan Efektivitas Komunikasi Kantor Lena Satlita
Efisiensi : Kajian Ilmu Administrasi Efisiensi No. 2, Volume IV, Agustus 2004
Publisher : Jurusan Pendidikan Administrasi FE UNY & ASPAPI PUSAT

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1874.271 KB) | DOI: 10.21831/efisiensi.v4i2.3873

Abstract

Riset menunjukkan bahwa komunikasi yang jelek (tidak efektif) paling sering disebut sebagai sumber konflik antar pribadi. Karena individu menghabiskan hampir 70% dari waktunya untuk berkomunikasi, maka dapat disimpulkan bahwa salah satu kekuatan yang paling menghambat suksesnya kinerja kelompok/organisasi adalah kurangnya komunikasi yang efektif. Mengingat pentingnya komunikasi yang efektif untuk pencapaian tujuan organisasi maka para manajer harus memainkan peranan penting dalam proses kornunikasi dengan berkomitmen pada komunikasi lewat kata dan tindakannya, dan mengambil langkah-Iangkah untuk meningkatkan komunikasi dalam organisasi. Dengan memahami proses komunikasi, pola/saluran komunikasi yang ada dalam organisasi, faktor-faktor yang menghambat komunikasi efektif, maka upaya-upaya untuk meningkatkan komunikasi organisasi dapat dilakukan secara efektif.
Resposisi Peran dan Fungsi Strategis Public Relations dalam Organisasi Lena Satlita
Efisiensi : Kajian Ilmu Administrasi Efisiensi No. 1, Volume IV, Februari 2004
Publisher : Jurusan Pendidikan Administrasi FE UNY & ASPAPI PUSAT

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (3925.184 KB) | DOI: 10.21831/efisiensi.v4i1.3802

Abstract

Public Relations (PR) adalah fungsi khas manajemen yang mendukung pembinaan dan membangun upaya saling menguntungkan melalui komunikasi, pengertian, penerimaan, dan kerjasama yang baik antara organisasi dengan publiknya. Walaupun perkembangan PR saat tidak bisa ini dipungkiri bahwa beragamnya persepsi tentang PR, telah emmbawa PR (khususnya Indonesia) menuju arah yang keliru dan belum memperoleh apresiasi yang layak atau sejajar dengan profesi lain. Tulisan ini akan menguraikan konsep dasar PR, membahas peran dan fungsi strategis public relations dalam organisasi dan bagaimana meresposisi peran dan fungsi strategis ini agar PR dapat mengaktualisasikan dirinya sebagai bagian dari koalisi dominan dalam organisasi. Untuk mampu mewujudkan peran dan fungsi strategisnya, semua pihak yang terkait dengan PR perlu duduk bersama untuk mengubah paradigma, menyamakan persepsi mengenai substansi PR dan mengambil langkah-langkah untuk menghasilkan PR Profesional yang mampu memberi kontribusi terhadap organisasi khususnya dalam mengelola hubungan harmonis jangka panjang antara organisasi dengan publiknya agar reputasi organisasi tetap terjaga.
Manajemen Kehumasan di Perguruan Tinggi Lena Satlita
Efisiensi : Kajian Ilmu Administrasi Efisiensi No. 1 Volume VII, Februari 2007
Publisher : Jurusan Pendidikan Administrasi FE UNY & ASPAPI PUSAT

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (7834.403 KB) | DOI: 10.21831/efisiensi.v7i1.3911

Abstract

Otonomi pendidikan tinggi, perkembangan teknologi informasi dan komunikasi, meningkatnya kompetisi antar perguruan tinggi di dalam maupun luar negeri, berkembangnya media massa cetak dan eletronik, kristisnya pandangan masyarakat terhadap perkembangan pendidikan tinggi dan kebijakan-kebijakan pemerintah pusat dan daerah yang terkait dengan masyarakat, pendidikan dan perguruan tinggi, menyebabkan perguruan tinggi harus 'mengkemas' informasi yang di sampaikan pada publik agar publik dapat memperoleh pemahaman yang jelas dan mendukung berbagai kebijakan dan produk yang dihasilkan suatu perguruan tinggi. Manajemen kehumasan perguruan tinggi harus didasarkan pada pemahaman yang tepat terhadap persoalan kehumasan yang dihadapi oleh sebuah perguruan tinggi. Oleh karenanya proses rencana program kerja humas yang efektif pada dasamya adalah sebuah proses yang diawali dengan penentuan masalah melalui penelitian, perencanaan, pelaksanaan sampai dengan evaluasi. Dengan demikian dapat dihasilkan suatu program kerja kehumasan yang tidak saja sejalan dengan visi den misi perguruan tinggi tetapi juga misi pokok Humas perguruan tinggi yaitu membangun image positif, menumbuhkan komunikasi yang sinergis antara perguruan tinggi dengan masyarakat dan membangun institusi yang responsif terhadap dinamika masyarakat.
Pelayanan Prima untuk Membangun Loyalitas Pelanggan Lena Satlita
Efisiensi : Kajian Ilmu Administrasi Efisiensi No. 2, Volume III, Agustus 2003
Publisher : Jurusan Pendidikan Administrasi FE UNY & ASPAPI PUSAT

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (3170.851 KB) | DOI: 10.21831/efisiensi.v3i2.3799

Abstract

Ditengah persaingan yang semakin ketat, pelanggan menjadi aset yang sangat berharga bagi suatu organisasi/perusahaan. Untuk mengambil hati pelanggan agar tidak berpaling ke produk/jasa yang lain, suatu organisasi harus memberikan kepuasan pada pelangganya dan untuk itu organisasi harus mau mendengar/mengetahui apa yang diharapkan pelanggannya. Pelangga akan loyal pada suatu produk/jasa apabila mereka merasa sangat puas. Pelangga akan sangat puas, jika layanan yang ditermia (percevied service) lebih dari layanan yang diharapkan (expected service). Pelayanan prima, pelayanan terbaik yang dapat diberikan kepada pelanggan, merupakan satu-satunya pilihan bagi organisasi yang ingin tetap "survice". Pelayanan prima ditandai dengan komitmen organisasi pada filosofi kepuasan pelanggan, memiliki standarisasi pelayanan, melakukan perbaikan yang berkelanjutan dan melibatkan seluruh jajaran organisasi. Aplikasi pelayanan prima tidak semudah membalikkan telapak tangan. Pelaksanaannya memerlukan kesiapan baik yang menyangkut sarana prasarana maupun petugas pelaksana. Peran karyawan dan leadership sangat mementukan keberhasilan pelayanan prima.
Program Komunikasi Internal untuk Meningkatkan Kinerja Karyawan Lena Satlita
Efisiensi : Kajian Ilmu Administrasi Efisiensi No. 1, Volume V, Februari 2005
Publisher : Jurusan Pendidikan Administrasi FE UNY & ASPAPI PUSAT

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (3839.156 KB) | DOI: 10.21831/efisiensi.v5i1.3821

Abstract

Komunikasi dalam organisasi bertujuan untuk meningkatkan kinerja organisasi tersebut. Tetapi dalam praktiknya, komunikasi internal khususnya komunikasi dengan karyawan (dari karyawan ke manajemen) tidaklah berjalan semudah seperti yang diharapkan. Banyak faktor yang menyebabkan rendahnya kinerja karyawan. Permasalahan-permasalahan seputar rendahnya kinerja karyawan perlu diatasi dengan komunikasi diantara keduanya. Agar karyawan dapat memahami keinginan perusahaan dan perusahaan memperoleh dukungan dari karyawan, maka komunikasi dua arah diantara keduanya perlu direncanakandengan baik. Melalui berbagai program komunikasi internal diharapkan karyawan merasa diperhatikan, dihargai sehingga dapat menciptakan rasa memiliki (sense of belonging), motivasi, kreativitas dan ingin mencapai prestasi kerja semaksimal mungkin.
Strategi Komunikasi dalam Menangani Krisis Organisasi Lena Satlita
Efisiensi : Kajian Ilmu Administrasi Efisiensi No. 2 Volume V, Agustus 2005
Publisher : Jurusan Pendidikan Administrasi FE UNY & ASPAPI PUSAT

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (9209.138 KB) | DOI: 10.21831/efisiensi.v5i2.3847

Abstract

Tidak ada satupun organisasi di dunia ini yang menginginkan krisis. Tetapi dalam banyak kejadian, krisis bisa datang tanpa disadari dan secara tiba-tiba menghentak dan mengguncangkan suatu organisasi. Krisis bisa bersumber dari internal maupun ekstemal organisasi, yang menyebabkan tidak ada satupun organisasi yang tidak rentan terkena krisis. Mengulur waktu atau membiarkan suatu krisis berkembang secara liar, adalah tindakan yang tidak bijaksana, sia-sia dan merugikan organisasi. Demikian pula halnya dengan berbohong atau berusaha menutup-nutupi suatu krisis. Kecanggihan teknologi telekomunikasi dan media komunikasi dewasa ini, membuat organisasi tidak dapat lagi menyembunyikan suatu krisis dar; telinga pers. Dalam hitungan detik berita mengenai suatu musibah/krisis tersebar ke berbagai penjuru, menyebabkan penanggulangan krisis menjadi tidak lebih mudah. Untuk menanggulangi krisis, diperlukan suatu perencanaan khusus yang dapat merespon, menghadapi dan menangani krisis dengan cepat dan tepat, yang di dalamnya memasukkan faktor komunikasi sebagai bagian penting dalam penyelesaian krisis. Melalui strafegi komunikasi yang handal, ketidakpastian, konflik kepentingan, keterlibatan emosional, opini publik yang berkembang dapat dinetralisir sehingga tidak sampai menjurus pada ketidakpercayaan publik yang dapat menghancurkan organisasi.
Aktivitas Public Relations dalam Rangka Membina Hubungan Baik dengan Media Massa Lena Satlita
Efisiensi : Kajian Ilmu Administrasi Efisiensi No. 1, Volume III, Februari 2003
Publisher : Jurusan Pendidikan Administrasi FE UNY & ASPAPI PUSAT

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (11610.316 KB) | DOI: 10.21831/efisiensi.v3i1.3791

Abstract

Tulisan ini bertujuan untuk memberikan gambaran pentingnya peran media massa/pers di era modern dan bagaimana suatu organisasi/institusi lewat aktivitas public relations nya memperoleh dukungan publik melalui publikasi media massa. Media massa memiliki kekuatan untuk mempengaruhi opini khalayak dan menimbulkan citra positif/negatif pihak-pihak yang diberitakannya. karena peran media massa yang besar bagi keberlangsungan suatu institusi, tidak selayaknya lagi ada institusi yang menutup diri dari media massa. Dengan memahami prinsip-prinsip hubungan media massa akan berdampak sangat positif sebab di era keterbukaan, era informasi, mereka yang mampu menguasai informasi dan media massa bakal menjadi pemenang dalam setiap persaingan. untuk itu setiap organisasi perlu mengoptimalkan fungsi dan peran public relations (humas) nya dalam membina hubungan baik dengan media massa, agar tidka menjadi sasaran tembak media massa tetapi mampu memanfaatkan media massa untuk membangun reputasinya. Melalui berbagai aktivitas kehumasan yang terencana, hubungan baik dengan media massa akan terjalin dengan baik dan menguntungkan kedua belah pihak.
Membangun Citra Positif Organisasi Melalui Public Relations Lena Satlita
Efisiensi : Kajian Ilmu Administrasi Efisiensi No. 1 Volume VI, Februari 2006
Publisher : Jurusan Pendidikan Administrasi FE UNY & ASPAPI PUSAT

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (3652.807 KB) | DOI: 10.21831/efisiensi.v6i1.3831

Abstract

Citra yang baik dari suatu organisasi akan mempunyai dampak yang menguntungkan, sedangkan citra yang jelek akan merugikan organisasi. Citra yang baik, artinya publik mempunyai kesan positif terhadap suatu organisasi, sedangkan citra yang kurang baik berarti publik memiliki kesan negatif. Public relations adalah suatu pendekatan strategis yang menggunakan konsep-konsep komunikasi untuk menimbulkan pemahaman dan penerimaan dari publik. Melafaui berbagai media. PR dapat mengkomunikasikan apa dan bagaimana suatu organisasi sehingga lebih dikenal dan dipahamani oleh publik. Dengan adanya pemahaman diharapkan dapat diperoleh dukukungan dan kepercayaan dari publik sehingga menimbulkan citra positip organisasi.Kala Kunci: citra positip, public relations
PENILAIAN KINERJA PEGAWAI DI PEMERINTAH KOTA YOGYAKARTA Lena Satlita; Yanuardi Yanuardi; Marita Ahdiyana
NATAPRAJA Vol 3, No 2 (2015): Public Management
Publisher : Yogyakarta State University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (789.925 KB) | DOI: 10.21831/jnp.v3i2.11967

Abstract

This research aims to describe the performance appraisal of Yogyakarta government employees as well as enabling and inhibiting factors in the assessment of employee performance in Yogyakarta government. This qualitative descriptive research shows there are two performance appraisals in the government of Yogyakarta namely Employee Performance Assessment and Job Performance Assessment government employee. Employee Performance Assessment carried out 2 times a year, in June and December and the performance appraisal only once a year. Assessment methods used in employee performance assessment is a method 360 degrees. Constraints in the evaluation of employee performance assessment is at fault understanding of the guidelines for the implementation of performance appraisal, lack of clear job description in job analysis make it difficult for employees to put it in the assessment and the absence of stylists executive staffing in evaluation of employee performance and timing issues assessment by the employer because constrained by other activity.Key Words: Performance Appraisal, Assessment Indicators, Government Employees of Yogyakarta.