Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

Penerapan Model Triple Helix Dan Keunggulan Bersaing Pada Ukm Industri Kreatif Di Kabupaten Sidoarjo Endah Supeni
Prosiding Konferensi Nasional Pengabdian Kepada Masyarakat dan Corporate Social Responsibility (PKM-CSR) Vol 2 (2019): Peran Perguruan Tinggi dan Dunia Usaha dalam Mempersiapkan Masyarakat Menghadapi Era I
Publisher : Asosiasi Sinergi Pengabdi dan Pemberdaya Indonesia (ASPPI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (298.567 KB) | DOI: 10.37695/pkmcsr.v2i0.444

Abstract

Permasalahan yang dihadapai pelaku Industri Kreatif di Jawa Timur Khusunya Kabupaten Sidoarjo dihadapkan pada permasalahan yang kini bukan lagi sebuah masalah permodalan, melainkan sebuah permasalahan daya saing sebuah produk. Permasalahan Industri Kreatif olahan makanan di Kecamatan Tanggulangin yang menjadi potensi dan ciri khas Kabupaten Sidoarjo adalah Inovasi produk yang masih belum memiliki daya saing, dikarenakan produksi hasil olahan makanan seperti sate bandeng, emping pedas masih diproduksi dan dikemas secara manual dan tradisional. Kurangnya pengetahuan dan kemampuan maupun tetap memegang cara tradisi nenek moyang mereka terdahulu dengan cara tardisional menjadi faktor penghambat untuk berdaya saing agar mampu memberikan sebuah kemasan maupun cita rasa yang lebih inovatif. Tujuan dari program ini adalah mencari model atau metode peningkatan daya saing Pelaku Industri Kreatif khusunya di Kecamatan Tanggulangin dalam meningkatkan kemampuan dan pengetahuan pelaku industri pada usaha pengemasan dan inovasi cita rasa tanpa meninggalkan cirri khas dari produk mereka. Metode yang digunakan adalah membuat model yang dapat diterapkan untuk mengatasi permasalahan pelaku industri dengan memadukan Competitive Advantage dan Triple Helix. Hasil dari program ini adalah menemukan model peningkatan daya saing pelaku industri olahan makanan di Kecamatan Tanggulangin Kabupaten Sidoarjo dengan Competitive Advantage dan Triple Helix yang mensinergikan Para Pelaku Industri dan Peran ABG (Akademisi, Bisnis dan Pemerintah). Hal tersebut menjadi bahan perhatian dan pertimbangan pemerintah Kabupaten Sidoarjo untuk membuat sebuah program yang bisa mendorong para pelaku Industri Kreatif bisnis berinovasi dengan tetap memegang tradisinya.Sehingga olahan makanan ciri khas Kabupaten Sidoarjo tersebut dapat berkembang baik di pasar lokal maupun internasional
OPTIMALISASI KELOMPOK USAHA SRIKANDI SEMANGGI DI DESA KENDUNG KECAMATAN BENOWO SURABAYA Yuli Ermawati; Endah Supeni; Suprayoga Suprayoga
Prosiding Konferensi Nasional Pengabdian Kepada Masyarakat dan Corporate Social Responsibility (PKM-CSR) Vol 5 (2022): PERAN PERGURUAN TINGGI DAN DUNIA USAHA DALAM AKSELERASI PEMULIHAN DAMPAK PANDEMI
Publisher : Asosiasi Sinergi Pengabdi dan Pemberdaya Indonesia (ASPPI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37695/pkmcsr.v5i0.1763

Abstract

Kelompok Usaha adalah kumpulan pelaku usaha yang dibentuk berdasarkan kesamaan kepentingan, kondisi lingkungan (sosial, ekonomi, sumber daya, tempat) dan/atau keakraban untuk meningkatkan dan mengembangkan usaha anggota. Kelompok usaha memiliki anggota yang aktif serta anggota yang pasif. Keanggotaan tersebut disebut sebagai struktur perusahaan yang memiliki tugas masing-masing. Desa Kendung terkenal dengan sebutan “Kampung Semanggi” dikarenakan mayoritas pedagang semanggi baik mentah maupun olahan semanggi berasal dari daerah ini. Kampung Semanggi memiliki Kelompok Usaha dalam upayanya untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Kelompok Usaha ini bernama Srikandi Semanggi. Mitra pada Program Pemberdayaan Masyarakat (PPM) ini adalah Kelompok Usaha “Srikandi Semanggi” di Kampung Semanggi Desa Kendung, Surabaya. Pokok permasalahan yang dihadapi oleh mitra adalah kurang tertatanya manajemen keuangan, konsinyasi, dan pemasaran. Tujuan dari PPM ini adalah untuk memberikan pendampingan Kelompok Usaha Srikandi Semanggi dalam mengoptimalkan pengembangan usahanya dari segi manajemen keuangan, konsinyasi, dan pemasaran. Metode yang digunakan adalah pendampingan terhadap mitra secara berkelompok. Langkah yang dilakukan antara lain : (1)Memberikan motivasi bisnis bagi anggota KUB Srikandi Semanggi, (2)Mengawal mitra melakukan konsinyasi pada beberapa tempat kuliner dan mengikuti pameran/bazar, (3)Mengadakan pelatihan manajemen keuangan dan kegiatan pembukuan sederhana, (4)Melakukan konsolidasi dengan pihak Kelurahan setempat untuk perijinan usaha, (5) Meningkatkan nilai tambah pemasaran secara online pada produk Srikandi Semanggi. Hasil dari kegiatan Abmas ini adalah terlaksananya motivasi bisnis dan pelatihan manajemen keuangan bagi mitra, mitra memiliki legalitas usaha/perizinan usaha, serta memiliki penambahan sarana pemasaran online seperti e’Peken. Implikasi dari pelaksanaan pengabdian masyarakat ini adalah semakin optimal dan tertatanya manajemen Kelompok Usaha Srikandi Semanggi yang menjadi mitra.