Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

Diagnosis Dini Depresi Pasca Skizofrenia: Andre Parmonangan Panjaitan; Tendry Septa
JIMKI: Jurnal Ilmiah Mahasiswa Kedokteran Indonesia Vol 6 No 2 (2018): JIMKI : Jurnal Ilmiah Mahasiswa Kedokteran Indonesia Volume 6.2 Edisi Oktober - D
Publisher : BAPIN-ISMKI (Badan Analisis Pengembangan Ilmiah Nasional - Ikatan Senat Mahasiswa Kedokteran Indonesia)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Depresi adalah gangguan mental yang umum dan salah satu penyebab utama kecacatan di seluruh dunia. Secara global, sekitar 300 juta orang terpengaruh oleh depresi. Wanita lebih banyak terpengaruh daripada pria. Skizofrenia adalah gangguan yang ditandai dengan gejala positif (delusi dan halusinasi), gejala negatif (apatis dan penarikan diri) gejala disorganisasi (pikiran dan tindakan tidak terorganisir) dan gangguan kognitif (memori, perhatian, memori kerja, pemecahan masalah, kecepatan pemrosesan dan kognisi sosial). Seseorang dengan skizofrenia memiliki eksistensi yang terbatas dan terisolasi, di samping tingkat pengangguran yang tinggi, pendapatan rendah dan kesehatan fisik yang buruk. Semua faktor ini berkontribusi terhadap tingginya tingkat depresi pada orang dengan skizofrenia. Australian Survey of High Impact Psychosis menyatakan bahwa orang-orang dengan penyakit psikotik memiliki tingkat depresi yang tinggi (79,6% pada suatu waktu dalam kehidupan mereka dan 54,5% pada tahun sebelumnya). Gejala depresi pada skizofrenia berhubungan dengan gangguan yang signifikan terutama dikarenakan kehilangan, kesedihan dan keputusasaan. Pada pasien ini didapatkan perasaan sedih, nafsu makan yang menurun, tidak ada minat untuk melakukan aktivitas, jarang mandi, rasa bersalah, tidak ada harga diri, pasien sulit tidur dan mencoba bunuh diri. Gangguan persepsi dengan adanya halusinasi auditorik dan waham kejaran. Keluhan ini sudah dialami pasien sejak 1 bulan yang lalu dan pasien juga memiliki riwayat skizofrenia dengan putus pengobatan sudah kurang lebih satu tahun. Penatalaksanaan pada pasien ini diberikan psikoterapi dan farmakoterapi.
Hipotiroid Kongenital: Literature Review Gede Sukma Setiawan; TA Larasati; Tendry Septa
Jurnal Kedokteran Universitas Lampung Vol 7, No 1 (2023): JURNAL KEDOKTERAN UNIVERSITAS LAMPUNG
Publisher : Fakultas Kedokteran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.23960/jkunila71%p

Abstract

Hipotiroidisme kongenital adalah suatu kondisi akibat kekurangan hormon tiroid pada bayi baru lahir. Hipotiroidisme kongenital tidak memiliki tanda dan gejala spesifik saat lahir. Ini dapat menyebabkan keterbelakangan mental dan pertumbuhan yang parah, dan gangguan perkembangan. Oleh karena itu, penting untuk melakukan tes skrining laboratorium bayi baru lahir untuk diagnosis dan pengobatan yang cepat untuk meminimalkan gejala sisa. Tes skrining laboratorium dilakukan dengan mengambil darah tusukan dari tumit bayi baru lahir dan menguji TSH atau T4 atau keduanya. Manifestasi klinis seringkali halus atau tidak ada saat lahir. Hal ini mungkin disebabkan oleh pelepasan beberapa hormon tiroid ibu melalui plasenta, sementara banyak bayi memiliki produksi tiroidnya sendiri. Gejala umum termasuk penurunan aktivitas dan peningkatan tidur, kesulitan makan, sembelit, dan penyakit kuning yang berkepanjangan. Pada pemeriksaan, tanda-tanda umum termasuk wajah myxedematous, fontanel besar, macroglossia, perut buncit dengan hernia umbilikalis, dan hipotonia. CH diklasifikasikan menjadi bentuk permanen dan sementara, yang pada gilirannya dapat dibagi menjadi etiologi primer, sekunder, atau perifer. Di negara-negara dengan program skrining bayi baru lahir, bayi dengan CH didiagnosis setelah terdeteksi melalui tes skrining. Diagnosis harus dikonfirmasi dengan menemukan peningkatan TSH serum dan kadar T4 atau T4 bebas yang rendah. Tes diagnostik lainnya, seperti pengambilan dan pemindaian radionuklida tiroid, sonografi tiroid, atau penentuan tiroglobulin serum dapat membantu menentukan etiologi yang mendasarinya, meskipun pengobatan dapat dimulai tanpa tes ini.Kata Kunci: Anak-anak, Hipotiroid Kongenital, Diagnosis