Claim Missing Document
Check
Articles

Found 8 Documents
Search

PENGARUH FAKTOR NON FISIK TERHADAP PEMBENTUKAN POLA RUANG BANGUNAN PADA RUMOH ACEH DI KABUPATEN ACEH BESAR Farisa Sabila; Antariksa Antariksa; Rinawati Puji Handajani
Jurnal Mahasiswa Jurusan Arsitektur Vol 2, No 1 (2014)
Publisher : Jurnal Mahasiswa Jurusan Arsitektur

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1033.343 KB)

Abstract

Kabupaten Aceh besar merupakan daerah yang mengawali perkembangan arsitektur Rumoh Aceh di Provinsi Aceh. Rumoh Aceh memiliki pola ruang bangunan yang terdiri dari ruang bawah, berupa kolong bangunan, dan ruang atas berupa ruang dalam. Terdapatnya keunikan dari penerapan konsep pola ruang pada Rumoh Aceh, yaitu dengan adanya nilai segitiga keseimbangan berupa hubungan antara manusia, Tuhan, dan lingkungan. Faktor non fisik sangat mempengaruhi pembentukan pola ruang bangunan pada Rumoh Aceh . Tujuan dari penelitian yaitu untuk menemukan pengaruh faktor non fisik terhadap pembentukan pola ruang bangunan Rumoh Aceh , serta menjadi gagasan dan pengetahuan bagi masyarakat agar dapat mengambil manfaat dari penerapan konsep pola ruang Rumoh Aceh. Masyarakat diharapkan dapat menerapkan nilai kearifan lokal pola ruang Rumoh Aceh ke dalam rumah tinggal mereka saat ini. Hal ini juga tidak menutup kemungkinan adanya penelitian lanjutan. Metode yang digunakan adalah kualitatif deskriptif dengan melakukan pengamatan secara langsung terhadap pola ruang bangunan yang terbentuk, serta menemukan kecenderungan pengaruh pada faktor non fisik yang ditemukan di lapangan. Terbentuknya pola ruang bangunan dan terdapatnya perubahan sangat dipengaruhi oleh pertimbangan terhadap faktor non fisik, yaitu nilai keislaman sebagai bentuk karakter masyarakat Aceh, kekerabatan, adat, sosial, ekonomi, dan budaya masyarakat Aceh.Kata kunci: Pola ruang bangunan, faktor non fisik
Penerapan Strata Sosial Pada Pola Ruang Rumah Gadang di Nagari Andaleh Baruh Bukik Meilinda Helza Putri; Antariksa Antariksa
Jurnal Mahasiswa Jurusan Arsitektur Vol 7, No 2 (2019)
Publisher : Jurnal Mahasiswa Jurusan Arsitektur

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Rumah Gadang digunakan sebagai hunian dan tempat melangsungkan kegiatan adat. Ruang dalam Rumah Gadang memiliki fungsi yang disesuaikan dengan kegiatan kegiatan yang sedang berlangsung. Studi ini bertujuan untuk mengidentifikasi dan menganalisis pola ruang dalam Rumah Gadang yang ada di Nagari Andaleh Baruh Bukik dan fungsi strata sosial yang ada pada ruang dalam tersebut. Metode analasis yang digunakan adalah metode analasis deskriptif dengan tujuan mengetahui hal-hal yang berhubungan dengan kegiatan sosial pada pola ruang dalam Rumah Gadang, mulai dari susunan ruang dalam, ketinggian lantai, dan fungsi dan ruangan tersebut saat kegiatan adat berlangsung. Dari hasil analisis tersebut dapat ditentukan hasil berupa penerapan tingkatan sosial pada penyusunan pola ruang dalam saat kegiatan adat berlangsung.Kata kunci: Rumah Gadang, ruang dalam, strata sosial
Pelestarian Bangunan Pesanggrahan Ambarrukmo, Yogyakarta Syifa Nurfitriani Djojoadinoto; Antariksa Antariksa
Jurnal Mahasiswa Jurusan Arsitektur Vol 7, No 4 (2019)
Publisher : Jurnal Mahasiswa Jurusan Arsitektur

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Pesanggrahan Ambarrukmo Yogyakarta, dibangun pada tahun 1859, merupakan bangunan bersejarah yang bertahan lebih dari 50 tahun dan ditetapkan sebagai cagar budaya dalam Peraturan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata No. PM.25/PW.007/MKP/2007. Karakter visual bangunan mempresentasikan langgam arsitektur tradisional Joglo, dilihat dari bentuk atap dan ornamen pada bangunan. Bentuk spasial bangunan memiliki tata ruang arsitektur tradisional Joglo. Struktur atap yang digunakan merupakan struktur atap Joglo, Limasan Lawakan dan Tajug segi delapan. Pesanggrahan telah melalui perubahan dari bangunan pertama berdiri, perubahan ini mempengaruhi karakter asli pada bangunan. Perlu adanya tindakan pelestarian agar karakter asli bangunan tetap terjaga. Tindakan pelestarian dilakukan dengan menyajikan arahan pelestarian yang tepat terhadap bangunan melalui metode deskriptif yang dilakukan terhadap elemen elemen pada bangunan, lalu dilakukan metode evaluatif terhadap elemen tersebut untuk menetapkan layak atau tidak layaknya elemen tersebut untuk dilestarikan dan metode development untuk mengetahui arahan pelestarian yang tepat. Arahan pelestarian dari bangunan Pesanggrahan Ambarrukmo terbagi menjadi tindakan preservasi (56 elemen) dan konservasi (21 elemen).
POSISI WANITA PADA RUMAH TRADISIONAL BAANJUNGAN DI BANJARMASIN Muhammad Rifqi; Antariksa Antariksa; Noviani Suryasari
Jurnal Mahasiswa Jurusan Arsitektur Vol 2, No 1 (2014)
Publisher : Jurnal Mahasiswa Jurusan Arsitektur

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (521.156 KB)

Abstract

Arsitektur merupakan hasil kebudayaan manusia. Masyarakat Banjar memposisikan wanita dalam posisi yang sangat penting. Posisi wanita sebagai pengguna dari ruang sosial dalam masyarakat Banjar memegang peranan penting dalam keluarga, hal ini dibuktikan dengan beberapa aktivitas utama yang hanya dikerjakan oleh wanita dalam kehidupan sehari-hari. Bahasan ini menggunakan metode penelitian deksriptif kualitatif yang didapat dari data primer dan sekunder. Bahasan ini memfokuskan pada Rumah Tradisional Banjar Baanjungan yang merupakan arsitektur klasik Banjar yang tidak banyak dibuat lagi dalam bentuk aslinya. Hasil dari analisis menunjukkan bahwa peran wanita dalam masyarakat Banjar sangat penting yang dibuktikan dengan penempatan posisi wanita dalam rumah Baanjungan yang sangat terlindung. Posisi wanita berada pada ruang Palidangan dan Padapuran yang berada setelah ruang paling depan yaitu ruang Palataran dan Panampik Basar.Kata kunci: posisi wanita, rumah Baanjungan
Pelestarian Bangunan Museum Asi Mbojo Kota Bima Annis Hardianty; Antariksa Antariksa
Jurnal Mahasiswa Jurusan Arsitektur Vol 7, No 1 (2019)
Publisher : Jurnal Mahasiswa Jurusan Arsitektur

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Bima merupakan nama salah satu kota di Indonesia yang pernah dijajah oleh Belanda, namun sedikit menyisakan bangunan asli Kolonial Belanda. Bangunan yang tersisa ditetapkan sebagai bangunan Cagar Budaya, salah satunya adalah Museum Asi Mbojo. Namun upaya tersebut masih belum cukup. Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis karakter arsitektur bangunan dan memberikan arahan pelestarian pada Museum Asi Mbojo berupa penggolongan potensial, yang kemudian diarahkan pada teknik pelestarian. Metode penelitiannya adalah deskriptif analisis, evaluatif, serta development. Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa elemen arsitektur pada bangunan tergolong pada potensial tinggi sejumlah 39, yang diarahkan pada tindakan preservasi. Hal ini dikarenakan elemen arsitektur yang masih sangat asli, seperti pintu, jendela, dinding serta atap. Elemen lainnya tergolong potensial sedang berjumlah 11, dan potensial rendah berjumlah 2. Karakter spasial dan struktural juga masih dipertahankan keasliannya hingga sekarang.Kata kunci: pelestarian, cagar budaya, karakter arsitektur, kolonial Belanda.
KARAKTER SPASIAL BANGUNAN KOLONIAL RUMAH DINAS BAKORWIL KOTA MADIUN Pipiet Gayatri Sukarno; Antariksa Antariksa; Noviani Suryasari
Jurnal Mahasiswa Jurusan Arsitektur Vol 2, No 1 (2014)
Publisher : Jurnal Mahasiswa Jurusan Arsitektur

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (481.569 KB)

Abstract

Eksistensi bangunan kolonial Belanda semakin mengalami kemunduran di Indonesia khususnya kota-kota kecil karena kurangnya kepedulian akan bangunan bersejarah. Bangunan rumah dinas Bakorwil adalah salah satu bangunan kolonial Belanda yang masih bertahan di Kota Madiun namun telah mengalami perubahan yang telah menyesuaikan kebutuhan dari pengguna bangunan. Tujuan penelitian mengkaji pola ruang dari rumah dinas Bakorwil untuk mengetahui karakter spasial dari bangunan tersebut. Metode penelitian yang digunakan adalah analisis deskriptif yaitu metode dengan cara menganalisis dan mendeskripsikan pola ruang dari bangunan yang kemudian dapat disimpulkan karakter spasial bangunan. Pada awalnya ruang dalam bangunan rumah dinas Bakorwil menggambarkan langgam Indische Empire Style, hal tersebut terlihat dari denah bangunan yang simetris seimbang antara sisi utara dan selatan bangunan. Terdapat pusat ruang atau Centre Room yang menjadi orientasi ruang dan sirkulasi bangunan. Selain itu serambi bangunan yang mengelilingi sisi utara hingga selatan bangunan dan teras depan bangunan yang terhubung dengan teras belakang bangunan melalui ruang tengah bangunan.Kata kunci : Pola ruang, karakter spasial, bangunan kolonial Belanda
Urban Sprawl, Suburbanization, and Informal Sector in Western Suburb Area-Malang City-East Java Satti Wagistina; Agus Suman; Antariksa Antariksa; Bagyo Yanuwiadi
Wacana Journal of Social and Humanity Studies Vol. 20 No. 2 (2017)
Publisher : Sekolah Pascasarjana Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1458.838 KB)

Abstract

This study aimed at analyzing the impact of urban sprawl towards suburbanization and informal sector in western suburb area of Malang City. Mix method was employed by incorporating both quantitative and qualitative approaches. A quantitative approach was employed to investigate the urban sprawl by utilizing SIG method integrated with remote sensing by the indicators of built-up land in 1995,2000, 2003, 2010, and 2015. A qualitative approach was aimed at detecting the stages of suburbanization in the western suburb area of Malang City.The location to conduct the study was determined by means of purposive sampling. The data were collected through semi-structured interview with the recruited 50 natives and 50 migrants. The in-depth interviews were conducted with some community figures.This current study has found that suburbanization in the western suburb area of Malang City comprises three stages, namely: 1) pre-suburbanization occurred until 1990; 2) the first stage of suburbanization occurred in the early 1990s; and 3) the second stage of suburbanization occurred in 2000s. This study has also uncovered that suburbanization affects the growth of an informal sector that has eroded the strategic role of the agricultural sector, and thus the area grows as peri-urban. Eventually, urban sprawl, suburbanization, and the growth of informal sector result in the agricultural involution and emerging poverty phenomenon.
Memori Kolektif Kota Bima Dalam Bangunan Kuno Pada Masa Kesultanan Bima Hidayatul Akbar; Antariksa Antariksa; Christia Meidiana
The Indonesian Green Technology Journal Vol 6, No 1 (2017)
Publisher : Program Pascasarjana Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1719.983 KB)

Abstract

Ungkapan “a city without old buildings is just like a man without memory” sangat relevan untuk mengungkapkan betapa pentingnya makna sejarah pada bangunan kuno di suatu tempat, terlebih bangunan kuno itu selain mempunyai sejarah, juga mempunyai locus, makna ataupun nilai yang tinggi. Akan tetapi, perkembangan kota secara ekonomi dan dinamika sosial yang semakin modern akan menenggelamkan makna sejarah sebuah kota jika tidak ada momentum untuk menjaga dan melestarikannya yang akan mengakibatkan sebuah proses pelupaan terhadap sejarah. Tujuan penelitian ini adalah mengidentifikasi kawasan sejarah dan bangunan kuno, mengidentifikasi memori-memori masyarakat terhadap bangunan kuno dan mengetahui tipologi memori kolektif yang terbentuk dari keberadaan bangunan kuno sehingga dapat dimaknai proses pembentukan sejarah di Kota Bima di masa kesultanan Bima. Metode analisis yang digunakan adalah deskriptif kualitatif. Hasil yang ditemukan adalah bahwa terbentuknya tiga memori kolektif Kota Bima dalam bangunan kuno yaitu memasarkan memori, penaklukan memori dan memisahkan memori.Kata Kunci: Bangunan Kuno, Kawasan Sejarah, Tipologi Memori Kolektif