Claim Missing Document
Check
Articles

Found 14 Documents
Search

Politik Desa dan Kepemimpinan Perempuan: Pengintegrasian Isu Gender Di Desa Wilayah Perbatasan Indonesia - Timor Leste Juwita Hayyuning Prastiwi; Novy Setia Yunas
PALASTREN: Jurnal Studi Gender Vol 15, No 1 (2022): PALASTREN
Publisher : IAIN Kudus

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21043/palastren.v15i1.14334

Abstract

Kepemimpinan Perempuan di Provinsi Nusa Tenggara Timur menarik untuk dikaji mengingat kompleksitas kehidupan sosio kultur masyarakat setempat. Selain adanya kultur yang menomorduakan perempuan seperti pemberian belis untuk pernikahan, secara umum kehidupan masyarakat adalah miskin. Konteks ekonomi yang miskin berikutnya berkelindan dengan ketegangan wilayah perbatasan serta eksistensi kekuasaan adat yang relatif besar dimana sumber daya yang terbatas kerap harus dihabiskan untuk upacara-upacara adat. Di tengah situasi tersebut, di Desa Fatuba’a Kabupaten Belu terpilih Kepala Desa Perempuan. Menggunakan metode penelitian kualitatif, dengan dua teknik pengumpulan data yaitu wawancara mendalam dan studi dokumen, penelitian ini menyimpulkan tiga hal, pertama, Kepala Desa perempuan di Fatuba’a mendapatkan posisinya karena modal sosial berupa pengaruh adat dan dukungan warga baru dalam relasi yang patron-klientelistik. Kedua, selama kepemimpinan kepala desa perempuan, muncul kebijakan-kebijakan yang memfasilitasi peningkatan kualitas hidup perempuan seperti pada pengaturan belis. Sejumlah kemajuan pun muncul seperti peningkatan kualitas pelayanan kesehatan ibu, bayi dan balita yang berdampak pada menurunnya angka stunting. Selain perempuan, Emiliana juga mengakomodir kebutuhan dari kelompok minoritas lain yakni warga baru. Ketiga, kepemimpinan Kepala Desa perempuan relatif tidak memiliki dinamika politik yang berarti karena kepala desa kuatnya dukungan dari suku terbesar serta dari warga baru.
Kampung Pancasila dan Upaya Membangun Ketahanan Ideologi Pancasila di Era Society 5.0 (Studi Kampung Pancasila Desa Kebonagung, Kecamatan Ploso, Kabupaten Jombang) Novy Setia Yunas; Anik Susanti; Nyimas Nadya Izana
Journal of Civics and Moral Studies Vol. 8 No. 1 (2023)
Publisher : Universitas Negeri Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26740/jcms.v8n1.p10-20

Abstract

T Pengaruh perubahan yang sangat dinamis akibat era Revolusi Industri 4.0 dan era Society 5.0 menjadi tantangan bagi bangsa khususnya dalam menjaga ketahanan ideologi Pancasila. Tidak hanya pengaruh yang sifatnya pada transformasi budaya digital saja, tetapi pengaruh budaya maupun paham-paham yang tidak sesuai dengan jatidiri dan kepribadian bangsa mulai masuk pada kehidupan masyarakat. Ancaman berkembangnya paham radikalisme, intoleransi hingga terorisme terlihat nyata dihadapan kita semua. Belum lagi, masuknya budaya- budaya asing yang menggeser gaya hidup serta budaya masyarakat juga menjadi ancaman bangsa Indonesia kini dan nanti. Sehingga diperlukan desain dan formula yang tepat untuk terus menjaga ketahanan ideologi Pancasila serta membumikan nilai-nilai Pancasila di tengah masyarakat, salah satunya melalui Kampung Pancasila. Metode yang digunakan dalam penelitian ini dengan pendekatan kualitatif. Lokasi dalam penelitian ini berada di Kampung Pancasila di Desa Kebonagung, Kecamatan Ploso, Kabupaten Jombang. Informan dalam penelitian ini merupakan stakeholder terkait seperti Pemerintah Desa, TNI-Polri serta masyarakat di Kampung Pancasila. Proses pengambilan data dengan cara Focus Group Discussion (FGD), Wawancara, dan dokumentasi. Hasilnya, menunjukkan bahwa keberadaan Kampung Pancasila di Desa Kebonagung memberikan dampak positif bagi pemahaman nilai-nilai Pancasila yang diterjemahkan langsung masyarakat pada aktivitasnya sehari-hari. Hal tersebut juga sejalan dengan tujuan bahwa Keluarga dan Desa harus menjadi garda terdepan dalam melakukan upaya menjaga ketahanan ideologi Pancasila maupun mencegah berkembangnya paham radikalisme, intoleransi bahkan terorisme khususnya yang menyasar generasi muda di tengah era Society 5.0
Model Pentahelix dalam Pengembangan Eduwisata Berbasis Agro-Culture Di Kawasan Desa Penyangga TNBTS (Studi Di Desa Tosari, Kabupaten Pasuruan dan Desa Sapikerep, Kabupaten Probolinggo) Novy Setia Yunas; Anik Susanti; Nyimas Nadya Izana; Wiwit Widyawati
Sodality: Jurnal Sosiologi Pedesaan Vol. 11 No. 1 (2023): Sodality
Publisher : Departement of Communication and Community Development Sciences, Faculty of Human Ecology

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22500/11202344218

Abstract

Tosari and Sapikerep villages are two villages in the TNBTS area which are included as one of the priority areas in Indonesia. Nature tourism or agro-tourism and cultural tourism are the characteristics of the two villages. Thus, Agro-Cultural based Edutourism is one of the potential developments in the village area. The pentahelix development model is considered appropriate because it is known that the two villages collaborate with 5 roles, namely government, private sector, academia, mass media, and the community. This article is the result of research conducted for 2 months using a qualitative method with data collection techniques through in-depth interviews, focus group discussions, and observations, where research was conducted to fully describe how the pentahelix collaboration pattern occurred. As a result, the role of various actors in the pentahelix collaboration model is quite optimal. From a regulatory perspective, the central government and regional governments have shown their role where basically the two villages have become part of the tourism priority villages which in terms of infrastructure are maximally supported by the central government. As well as with regard to licensing, it is very easy to take care of development permits and public facilities that support tourism businesses and make it easier for tourists. From the private sector, many companies and investors started arriving to work together in the two villages, through their Corporate Social Responsibility pattern. On the other hand, the media also plays an important role in efforts to introduce tourism potential so that it is more widely known by tourists, while academics work together in terms of planning that is in accordance with science, as well as the active role of the community which turns out to be open and mutually willing to build villages.
Penguatan Literasi Digital Pada Generasi Millenial Dalam Menyongsong Pemilihan Umum 2024 Novy Setia Yunas; Mochammad Fauzi Said; Abdul Aziz SR
Surya Abdimas Vol. 7 No. 4 (2023)
Publisher : Universitas Muhammadiyah Purworejo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37729/abdimas.v7i4.3432

Abstract

Pemilihan Umum tahun 2024 segera digelar. Hiruk pikuk kontestasi pemilu tersebut tentunya telah bergema baik disekitar kita maupun di dunia maya. Media sosial saat ini juga menjadi wahana dan sarana bagi penyebarluasan informasi yang berkaitan dengan pemilihan umum. Tak hanya itu, di tengah arus teknologi dan informasi yang semakin dinamis, media sosial pun digunakan sebagai salah satu instrumen politik kandidat maupun partai politik yang akan berkontestasi dalam pemilihan umum tahun 2024. Keberadaan media sosial tentunya berjalan beriringan dengan demografi politik Indonesia saat ini, dimana hampir 40-60% pemilih didominasi oleh generasi muda yang sangat aktif dan dekat dengan penggunaan media sosial. Sehingga tak heran, di media sosial seringkali muncul disinformasi, hoax dan lain-lain. Terlebih menghasilkan Polarisasi yang cukup signifikan di media sosial. Kondisi ini tentunya sudah pernah kita lihat dan rasakan dalam kontestasi-kontestasi politik di masa lampau. Sehingga tujuan program Penguatan Literasi Digital pada Generasi Millenial di Kabupaten Jombang dalam menyongsong Pemilihan Umum tahun 2024 dengan mitra yakni Komunitas Ruang Inovasi Kabupaten Jombang dilakukan dengan: Pertama, Memberikan workshop terhadap komunitas generasi muda dalam upaya meningkatkan pengetahuan terhadap politik dan demokratisasi di Indonesia. Kedua, mendorong generasi muda untuk lebih memahami kondisi ruang digitalnya pada tahun-tahun politik menjelang Pemilu 2024. Untuk meningkatkan literasi digital ini memerlukan sistematika pemberantasan konten terkait penyebaran informasi sifatnya hoax maupun tidak tepat, khususnya pada generasi muda. Agar kedepannya, penyelenggaraan Pemilihan Umum tahun 2024 bisa berjalan dengan demokratis, adil, jujur serta dapat mendorong tingkat partisipasi politik pada generasi muda.