Gatot Suharto
Unknown Affiliation

Published : 7 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 7 Documents
Search

PENGARUH PEMBERIAN RANITIDIN TERHADAP GAMBARAN HISTOPATOLOGI PANKREAS TIKUS WISTAR PADA PEMBERIAN METANOL DOSIS BERTINGKAT Felicia Yora Afrilia Putri; Gatot Suharto
DIPONEGORO MEDICAL JOURNAL (JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO) Vol 6, No 2 (2017): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO
Publisher : Faculty of Medicine, Diponegoro University, Semarang, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (442.616 KB) | DOI: 10.14710/dmj.v6i2.18571

Abstract

Latar Belakang : Metanol sering disalahgunakan sebagai bahan pembuat minuman keras oplosan. Metanol memiliki efek lokal pada pankreas yaitu menyebabkan pankreatitis akut dengan hasil akhir terjadinya nekrosis pada sel asini pankreas. Ranitidin adalah obat antagonis reseptor H2 yang memiliki kemampuan untuk menginhibisi enzim alkohol dehidrogenase yang akhirnya mengurangi efek toksisitas metanol.Tujuan : Mengetahui seberapa besar pengaruh pemberian metanol dosis bertingkat dan efek ranitidin pada kerusakan pankreas tikus Wistar.Metode : Penelitian eksperimental dengan rancangan post test only controlled group design. Sampel berupa 35 ekor tikus Wistar jantan yang dibagi menjadi 1 kelompok kontrol negatif , 3 kelompok kontrol positif , dan 3 kelompok perlakuan. Kontrol negatif tidak diberikan metanol maupun ranitin , K1 diberi ¼ LD100 metanol, K2 diberi ½ LD100 metanol, K3 diberi 1LD100 metanol, P1 diberi ¼ LD100  metanol + ranitidin , P2 diberi ½ LD100 metanol + ranitidin, dan P3 diberi 1LD100 metanol + ranitidin. Setelah pemberian perlakuan sesuai waktu yang ditentukan, tikus didekapitasi, diautopsi untuk pengambilan organ pankreas, dan dibuat preparat histopatologi.Hasil : Penelitian terhadap histopatologi dianalisa menggunakan uji Kruskall Wallis didapatkan p=0,000. Dilanjutkan dengan uji Mann-Whitney, diperoleh hasil bahwa tidak terdapat perbedaan bermakna antara K-K1(p=0,317) dan K-K2 (p=0,053) , dan didapatkan hasil bermakna pada K-K3 (p=0,005). Dilanjutkan uji Mann-Whitney pada kelompok K3-P3 didapatkan hasil bermakna (p=0,007).Kesimpulan : Pemberian ranitidin memberikan pengaruh yang signifikan pada penurunan nekrosis sel asini pankreas tikus wistar pada pemberian metanol dosis LD100.
ANALISA GAMBARAN POST MORTEM MAKROSKOPIS DAN MIKROSKOPIS ORGAN PARU DAN USUS HALUS PADA TIKUS WISTAR SETELAH PEMBERIAN WARFARIN LD-50 DAN LD-100 Mada Aji Prakoso; Gatot Suharto; Siti Amarwati
Jurnal Kedokteran Diponegoro (Diponegoro Medical Journal) Vol 5, No 2 (2016): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO
Publisher : Faculty of Medicine, Universitas Diponegoro, Semarang, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (446.535 KB) | DOI: 10.14710/dmj.v5i2.11571

Abstract

Introduction : More than 800.000 people died every years from suicide, and in 2012 suicidal acts on 15-29 years old become the second most cause. Suicide by poison is one of the most used, Warfarins role here aside from its therapeutical effect as anticoagulant, and also as rodenticide in household often misused for a way to suicide. This study is aimed to analyze the differences of macroscopic and microscopics representation in lungs and small intestine on Wistar mouse after LD50 dan LD100 Warfarin administration.Method : This is experimental analytic study, using total sample of 27 mouse, male Rattus norvegicus as the sample. These 27 mouse will be divided into 3 group, 9 eachs. First group is administered LD50 Warfarin, second group is administered LD100 Warfarin, and the third group as control.Result : there is no differences in macroscopic aspect of lung control group with group LD50 dan LD100, in microscopic showed massive haemmorhage. On small intestines there is differences from control group with LD50 dan LD100.Conclussion : Toxic effect from warfarin showed in microscopic view of organs with hemorrhage and destruction of its tissues.
PENGARUH PEMBERIAN RANITIDIN TERHADAP GAMBARAN HISTOPATOLOGI GASTER TIKUS WISTAR PADA PEMBERIAN METANOL DOSIS BERTINGKAT Firly Syah Putra; Saebani Saebani; Gatot Suharto
Jurnal Kedokteran Diponegoro (Diponegoro Medical Journal) Vol 5, No 4 (2016): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO
Publisher : Faculty of Medicine, Universitas Diponegoro, Semarang, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (368.929 KB) | DOI: 10.14710/dmj.v5i4.14434

Abstract

Latar Belakang : Metanol merupakan alkohol yang paling sederhana. Metanol sering disalahgunakan sebagai pengganti alkohol berupa minuman oplosan karena harganya yang murah. Penyalahgunaan metanol ini menyebabkan keracunan yang berbahaya bagi tubuh dan menyebabkan kematian.Tujuan : Untuk mengetahui efektivitas pemberian ranitidin terhadap tingkat kerusakan gaster tikus wistar yang diinduksi metanol dosis bertingkat.Metode : Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimental laboratorik dengan rancangan penelitian post test only control group design.. Jumlah sampel adalah 35 ekor mencit dengan kriteria tertentu, dibagi menjadi 7 kelompok. 1 kelompok sebagai kontrol negatif, tidak diberi perlakuan, 3 kelompok sebagai kontrol potsitif, diberi metanol dosis bertingkat. 3 kelompok sebagai perlakuan, diberi metanol dosis bertingkat dan ranitidin. Pemberian metanol dilakukan secara oral dengan sonde lambung. Sedangkan pemberian Ranitidin dilakukan secara intraperitoneal dengan spuit 1 jam setelah pemberian metanol. Uji statistik menggunakan uji Kruskal Wallis dan uji Mann-Whitney.Hasil : Pada uji Mann-Whitney antara kelompok kontrol negatif dengan kelompok perlakuan terdapat perbedaan yang bermakna (p < 0,05). Pada perbandingan kelompok II dan V tidak didapatkan perbedaan bermakna (p = 0,55). Selain itu, perbandingan kelompok III dan VI tidak didapatkan perbedaan bermakna (p = 0,747). Akan tetapi, perbandingan kelompok IV dan VII didapatkan perbedaan bermakna (p = 0,012), namun tidak sesuai dengan hipotesis.Kesimpulan : Pemberian ranitidin pada tikus wistar setelah dipaparkan metanol dosis bertingkat tidak dapat mencegah efek toksik metanol pada gaster tikus wistar.
PENGARUH PEMBERIAN RANITIDIN TERHADAP GAMBARAN HISTOPATOLOGI PUTAMEN TIKUS WISTAR PADA PEMBERIAN METANOL DOSIS BERTINGKAT Tan Nadia Paramitha Purnama; Gatot Suharto; Saebani Saebani
DIPONEGORO MEDICAL JOURNAL (JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO) Vol 6, No 2 (2017): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO
Publisher : Faculty of Medicine, Diponegoro University, Semarang, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (439.497 KB) | DOI: 10.14710/dmj.v6i2.18638

Abstract

Latar Belakang : Metanol merupakan bahan yang sering digunakan dalam kehidupan sehari-hari seperti pada pelarut industri, bahan penambah bensin, dan lain-lain namun, metanol sering disalahgunakan sebagai minuman oplosan yang menimbulkan gejala toksisitas pada metanol akibat dari zat metabolitnya yaitu asam format. Gejala ini diawali dengan kerusakan sistem ekstrapiramidal dengan putamen sebagai salah satu komponennya.Ranitidin memiliki kemampuan untuk menginhibisi enzim alkohol dehidrogenase yang mengubah metanol menjadi asam format yang merupakan zat toksik.Tujuan : Mengetahui pengaruh pemberian ranitidin terhadap gambaran histopatologi putamen tikus wistar pada pemberian metanol dosis bertingkat.Metode Penelitian true experimental laboratorik dengan post-test only control group design.Sampel penelitian adalah tikus wistar jantan sesuai kriteria inklusi dan eksklusi yang kemudian dibagi dengan simple random sampling. Sampel dibagi menjadi 7 kelompok (kontrol negatif, 3 kontrol positif (0.7ml, 1.4ml, 2.8ml), 3 perlakuan (0.7ml, 1.4ml, 2.8ml dengan pemberian ranitidin 4.5mg 4 jam setelahnya). Pengumpulan data dilakukan dengan pengamatan langsung gambaran histopatologi otak. Uji hipotesis menggunakan uji Mann-Whitney.Hasil : Didapatkan perbedaan kontrol yang bermakna (p<0,05) pada kontrol negatif dengan kontrol positif LD dengan perbedaan bermakna pada kelompok perlakuan lapangan pandang 3 yang tidak bermakna jika dibandingkan dengan kontrol negatifKesimpulan : Pemberian ranitidin 4.5 mg 4 jam setelah pemberian metanol 2,8 ml tidak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap penurunan nekrosis putamen tiksu wistar.
PENGARUH PEMBERIAN RANITIDIN TERHADAP GAMBARAN HISTOPATOLOGI TUBULUS PROKSIMAL GINJAL TIKUS WISTAR PADA PEMBERIAN METANOL DOSIS BERTINGKAT Belinda Faustinawati; Saebani Saebani; Gatot Suharto
DIPONEGORO MEDICAL JOURNAL (JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO) Vol 6, No 2 (2017): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO
Publisher : Faculty of Medicine, Diponegoro University, Semarang, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (507.004 KB) | DOI: 10.14710/dmj.v6i2.18553

Abstract

Latar Belakang Metanol adalah zat yang mudah menguap danterbakar yang sering digunakan untuk produk industri dan rumah tangga. Namun, karena biaya produksi etanol mahal, saat ini banyak orang yang menyalahgunakan metanol sebagaiminuman oplosan. Padahal konsumsi metanol dapat menyebabkan nekrosis tubular akut terutama pada tubulus proksimal ginjal yang diakibatkan oleh zat metabolitnya yaitu asam format. Ranitidin adalah antagonis selektif dan kompetitif reseptor H2 yang biasa digunakan untuk mengobati ulkus peptikum. Ternyata, ranitidin mampu menghambat kerja enzim alkohol dehidrogenase sehingga metanol tidak dapat dimetabolisme menjadi asam format.Tujuan membuktikan seberapa besar pengaruh pemberianranitidin terhadap gambaran histopatologi sel tubulus proksimal ginjal tikus wistarpadapemberianmetanoldosisbertingkat.Metode Penelitian true experimental laboratorik dengan post-test only control group design.Sampel penelitian adalah tikus wistar jantan yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi kemudian dibagi secara acak dengan allocation random sampling. Sampel dibagi menjadi 7 kelompok terdiri atas 1 kelompok kontrol negatif; 3 kontrol positif yaitu dengan pemberian metanol dosis bertingkat {¼LD100 (0,7 ml), ½LD100 (1,4ml), LD100 (2,8ml)}; dan 3 kelompok perlakuan yaitu dengan pemberian metanol dosis bertingkatdan ranitidin 4,5mg, 4 jam setelah pemberian metanol. Pengumpulan data dilakukan dengan pengamatan langsung gambaran histopatologi sel tubulus ginjal. Uji hipotesis menggunakan uji Mann-Whitney.Hasil Pada uji Mann-Whitney didapatkan perbedaan yang tidak bermakna (p>0,05) antara kontrol negatif dengan kontrol positif pada dosis pemberian metanol ¼LD100 dan ½LD100, sehingga didapatkan hasil yang tidak signifikan (p>0,05) juga pada kelompok perlakuan dengan dosis yang sama. Namun, didapatkan perbedaan yang bermakna (p<0,05) antara kelompok kontrol negatif dengan kelompok kontrol positif LD100 dan kelompok perlakuan (LD100M+R), serta kelompok kontrol positif dengan kelompok perlakuan(LD100M+R).Kesimpulan Pemberian ranitidin dapat menurunkan kejadian nekrosis sel tubulus ginjal secara bermakna pada dosis metanol LD100.
PENGARUH PEMBERIAN RANITIDIN TERHADAP GAMBARAN HISTOPATOLOGI PARU TIKUS WISTAR PADA PEMBERIAN METANOL DOSIS BERTINGKAT Terena Chintya Mardia Utama; Gatot Suharto; Saebani Saebani
Jurnal Kedokteran Diponegoro (Diponegoro Medical Journal) Vol 5, No 4 (2016): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO
Publisher : Faculty of Medicine, Universitas Diponegoro, Semarang, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (332.131 KB) | DOI: 10.14710/dmj.v5i4.15966

Abstract

Latar belakang: Penyalahgunaan metanol menyebabkan keracunan toksik di dalam tubuh yaitu organ paru dan asidosis format. Terapi asidosis yaitu dengan mensupresi enzim alkohol dehidrogenase (ADH) sebagai inhibitor untuk mencegah pembentukan asam format. Ranitidin memiliki aktivitas inhibitor gastic alcohol and enzim hepatic dehydrogenase.Tujuan: Membuktikan pengaruh pemberian ranitidin terrhadap gambaran histopatologi paru tikus wistar pada pemberian metanol dosis bertingkat.Metode: True experimental post test only with controlled group design. Sampel sebanyak 35 ekor tikus wistar jantan usia 2-3 bulan, berat badan 150-250 gram dibagi menjadi 7 kelompok, yaitu kelompok kontrol (K) yang hanya diberi makan dan minum standar, kontrol positif 1 (K1) yang diberi dosis ¼ LD-100 metanol, kontrol positif 2 (K2) yang diberi dosis ½ LD-100 metanol, kontrol positif 3 (K3) yang diberi dosis 1 LD-100 metanol, kelompok perlakuan 1 (P1) diberi ¼ LD-100 metanol dan ranitidin 30 mg/kgBB, perlakuan 2 (P2) diberi ½ LD-100 metanol dan ranitidin 30 mg/kgBB dan perlakuan 3 (P3) diberi 1 LD-100 metanol dan ranitidin 30 mg/kgBB. Penelitian dilakukan selama 8 hari. Pada hari ke-8, tikus diterminasi untuk diambil parunya serta dilakukan pengamatan histopatologi.Hasil: Pada kelompok kontrol positif dan perlakuan ditemukan gambaran histopatologi oedema alveolus, destruksi septum interalveolaris dan infiltrasi sel radang dengan uji statistic Mann Whitney dan Independent Samples T-Test. Uji statistik kelompok antara K2 dan P2 gambaran edema dan destruksi menunjukkan perbedaan bermakna (p<0,05), namun kelompok K1 dengan P1 dan K3 dengan P3 gambaran edema dan destruksi serta antar kelompok gambaran infiltrasi menunjukkan perbedaan tidak bermakna (p>0,05). Pada pengamatan antara kelompok P1, P2, P3 menunjukkan mikroskopis oedema, destruksi dan infiltrasi yang lebih berat dibanding K0, meskipun bermakna secara statistik (p<0,05).Simpulan: Pemberian ranitidin tidak berpengaruh terhadap gambaran histopatologi paru tikus wistar.
Analisa Gambaran Post Mortem Makroskopis dan Mikroskopis Organ Jantung dan Ginjal pada Tikus Wistar Setelah Pemberian Warfarin LD50 dan LD 100 Anggoro Adjar Mangestu; Gatot Suharto; Siti Amarwati
Jurnal Kedokteran Diponegoro (Diponegoro Medical Journal) Vol 5, No 2 (2016): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO
Publisher : Faculty of Medicine, Universitas Diponegoro, Semarang, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (477.764 KB) | DOI: 10.14710/dmj.v5i2.11820

Abstract

Background : Its about 800.000 people die caused of suicide in a year. In 2012, suicide is the second most common cause of death in juvenile, range of age is 15-29 yo (WHO). One of common cause in suicide is using poison, and one of them is medical drugs. Warfarin is a substance which belong to medical drug as a human therapeutic agent but also can be use as a rodenticide. This study was aimed to analyze the effect of Warfarin administration in Wistar Rats organs especially brain and liver in a macroscopic and microscopic presentation.Aim : to know macroscopic and microscopic view after the provision of warfarin a dose of LD-50 and LD-100.Method : Laboratoric experimental study with 27 male Wistar Rats divided into 3 groups. Two treatment groups were given single dose Warfarin LD-50 200mg/kg BW and Warfarin LD100 400mg/kg BW. This study was conducted in Biology Faculty UNES and Patology Anatomy  Laboratory WASPADA Semarang for histopatology examination.Result : Prominent abnormality findings on microscopic representation including haemorrhage ptechiae and blood vessel enlargement in almost every organ, meanwhile damaging happened in liver. Microscopic representation examination showed haemorrhage, nekrosis, and inflammation signs.Conclusion : There are prominent abnormality characteristics in macroscopic representation as well as microscopic Wistar Rats organ examination after Warfarin LD-50 and LD-100 administration, most important at liver.