Claim Missing Document
Check
Articles

Found 10 Documents
Search

OPTIMISASI ECONOMIC DISPATCH MENGGUNAKAN ANT COLONY OPTIMIZATION PADA SISTEM IEEE 26 BUS ., Rusilawati
INTEKNA Vol 11, No 1 (2011)
Publisher : Politeknik Negeri Banjarmasin

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Economic dispatch akan diaplikasikan  pada sistem IEEE 26 Bus dengan menggunakan metoda Ant Colony Optimization. Ant Colony Optimization merupakan salah satu teknik komputasi yang menyelesaikan suatu permasalahan optimisasi berdasarkan perilaku se-kelompok semut untuk mencari jalur terpendek dari sarang ke suatu sumber makanan. Dari hasil pengujian terbukti bahwa Ant Colony Optimization mampu menghasilkan biaya pembangkitan yang lebih optimal jika dibandingkan dengan metoda Lagrange Multiplier. Ant Colony Optimization mampu meminimalkan biaya pembangkitan sebesar 0,796 $ / jam dan meminimalkan rugi-rugi transmisi sebesar 0,043 MW
KONTROL SISTEM KONVERSI ENERGI ANGIN MENGGUNAKAN PENGONTROL KLASIK ., Rusilawati
INTEKNA Vol 11, No 2 (2011)
Publisher : Politeknik Negeri Banjarmasin

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Paper ini menyajikan studi tentang kontrol menggunakan pengontrol PD (Proportional Derivative) berdasarkan simulasi fungsi sistem konversi energi angin. Terdapat beberapa simulasi menggunakan generator asinkron yang diimplementasikan pada MAT¬LAB-Si-mulink menggunakan toolbox MATLAB-PSB (Power System Blockset). Dari hasil simu-lasi dapat dilihat bahwa struktur kontrol WECS yang digunakan memberikan performa kontrol yang cukup baik
Pembentukan Kurva Kapabilitas Generator Menggunakan Pendekatan Sistem Modified Single Machine to Infinite Bus (M-SMIB) untuk Batasan Optimisasi Sistem Pembangkitan Rusilawati, Rusilawati
Jurnal ELTIKOM : Jurnal Teknik Elektro, Teknologi Informasi dan Komputer Vol 4 No 2 (2020)
Publisher : P3M Politeknik Negeri Banjarmasin

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31961/eltikom.v4i2.225

Abstract

Kurva kapabilitas generator memberikan batasan jumlah pembangkitan daya aktif dan daya reaktif dari generator dan juga digunakan untuk memberikan batasan pada operasi Optimal Power Flow (OPF). Kurva kapabilitas generator biasanya diberikan oleh pabrikan generator. Dalam prakteknya dapat terjadi generator sudah mencapai batas pembangkitan maksimumnya sebelum mencapai nilai yang tertera pada kurva kapabilitas yang diberikan pabrikan generator. Hal ini dapat terjadi karena letak beban yang terlalu jauh dari pembangkit atau variasi nilai beban yang selalu berubah-ubah, sehingga mempengaruhi nilai batas pembangkitan maksimum generator. Dalam penelitian ini, kurva kapabilitas generator dibentuk menggunakan pendekatan sistem Modified Single Machine to Infinite Bus (M-SMIB), yaitu suatu metode untuk menentukan batas kestabilan steady state generator setiap saat terjadi perubahan pada letak dan nilai beban. Selanjutnya dilakukan optimisasi pada sistem pembangkitan dengan batasan kurva kapabilitas generator yang diperoleh sehingga pembagian beban pada setiap unit pembangkit selalu berada dalam batas kestabilan steady state generator dan batas keamanan pengoperasiannya . Penelitian diaplikasikan pada sistem pembangkitan IEEE 4 bus 2 generator.
INSTALASI PENERANGAN MADRASAH IBTIDAYAH (MI) TASRIHUL ISLAM UNTUK PENINGKATAN FASILITAS SEKOLAH MENYONGSONG PENDIDIKAN YANG LEBIH MAJU Moethia Faridha; Abdurahim Sidiq; Saiful Karim; Ayu Novia Lisdawati; Rusilawati Rusilawati; Irfan Irfan
JURNAL PENGABDIAN AL-IKHLAS UNIVERSITAS ISLAM KALIMANTAN MUHAMMAD ARSYAD AL BANJARY Vol 7, No 3 (2022): AL-IKHLAS JURNAL PENGABDIAN
Publisher : Universitas Islam kalimantan MAB

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (227.616 KB) | DOI: 10.31602/jpaiuniska.v7i3.6932

Abstract

Madrasah Ibtidayah Tasrihul Islam memiliki motto dedikasi yang tinggi, usaha yang keras, ikhlas dalam bekerja, dan tawakal. Kondisi dari semua ruang dan kelas kecuali kantor yang ada di Sekolah ini semuanya tidak memiliki fasilitas penerangan, sehingga apabila proses belajar mengajar dalam kondisi mendung atau hujan keadaan kelas akan gelap yang tentu saja mengurangi mutu pengajaran yang berimbas pada kurangnya pendidikan yang lebih maju. Setelah diidentifikasi permasalahan mitra hasil survai lapangan dan wawancara dengan kepala sekolah dari 4 (empat) permasalahan yang dapat dilaksanakan adalah point 1 (satu) menyesuaikan dengan pengembangan mata kuliah desain instalasi tenaga listrik. Dengan kegiatan ini dapat meningkatkan kesadaran sosial terhadap pendidikan, meningkatkan silaturahmi antara Uniska dengan pihak sekolah. Dapat melakukan penerapan Pengembangan mata kuliah desain instalasi tenaga listrik. Dapat memberikan fasilitas penerangan yang layak bagi siswa dalam proses belajar mengajar.
Analisa Charging Baterai Menggunakan Bidirectional Converter Pada PLTS Skala Kecil Anto Nugroho; Abraham Lomi; Irrine Budi Sulistiawati; Rusilawati
SinarFe7 Vol. 4 No. 1 (2021): SinarFe7-4 2021
Publisher : FORTEI Regional VII Jawa Timur

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (854.213 KB)

Abstract

Bagian terpenting dalam sistem Pembangkit Listrik Tenaga Surya adalah elemen penyimpanan. Sebuah baterai kimia atau super capsitor digunakan sebagai penyimpanan dan mengumpulkan fluktuasi energi. Akan tetapi baterai akan cepat habis seiring dengan penggunaan sehingga perlu diisi atau charging. Untuk charging pada baterai memerlukan arangkaian konverter yang adapat mengatur arah aliran adaya yang amengalir untuk amengisi atau amenggunakan baterai. Bidirectional converter adapatabekerja pada aduaamode, yaitu amode buck (Charging) dan amode boost (discharging) digunakan sebagai kontrol baterai pada PLTS. Mode charging yaitu ketika PV menghasilkan daya yang tinggi maka converter buck akan menurunkan tegangan untuk pengisian baterai dan menyuplai kebutuhan beban. Mode discharging dimana ketika PV tidak dapat memenuhi kebutuhan beban dimana baterai akan melepas energinya ke beban. Pada hasil perakitan Bidirectional Converter terdapat setting point yaitu pada saat tegangan PV diatas 14,9 v maka bidirectional converter akan bekerja dalam mode buck, dan apabila tegangan PV kurang dari 14,9 maka bidirectional converter akan bekerja dalam mode boost. Bidirectional converter ini mampu memberikan output arus charging 2,0A dan tegangan output 13,3V. Pada hasil pengujian menunjukkan bahwa bidirectional converter dapat bekerja dalam kondisi charging maupun discharging.
Konsep Losses Jaringan Untuk Menentukan Batas Kestabilan Tunak Generator pada Sistem IEEE 26 Bus Rusilawati Rusilawati; Abdul Ghofur
Buletin Profesi Insinyur Vol 5, No 1 (2022): Buletin Profesi Insinyur (Januari-Juni)
Publisher : Universitas Lambung Mangkurat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20527/bpi.v5i1.132

Abstract

Nilai batas pembangkitan maksimum generator yang tidak akan  mengakibatkan ketidakstabilan pada sistem tenaga listrik disebut batas kestabilan steady state atau batas kestabilan tunak generator.  Apabila generator dibebani melebihi batas kestabilan tunak, maka dapat menyebabkan ketidakstabilan dan gangguan pada sistem tenaga listrik. Batas  kestabilan tunak unit generator pada  sistem dengan banyak mesin (sistem multimachine) yang terinterkoneksi dapat dianalisis dengan cara mereduksi sistem multimachine  menjadi sistem Single Machine to Infinite Bus (SMIB). Sistem SMIB adalah sistem dengan kumpulan semua beban pada satu pusat beban pada bus tak berhingga. Dalam artikel ini diberikan metode untuk mengubah sistem multimachine menjadi sistem SMIB dengan beban ekivalen dan impedansi ekivalen (req dan xeq) menggunakan konsep losses jaringan. Konsep losses jaringan digunakan karena nilai  req dan xeq dapat ditentukan apabila losses jaringan diketahui. Setelah req dan xeq dihitung, nilai batas kestabilan tunak semua unit generator dapat ditentukan menggunakan konsep batas kestabilan tunak generator. Simulasi untuk menentukan batas kestabilan tunak unit generator menggunakan MATLAB dilakukan pada sistem IEEE 26 bus yang mempunyai 6 generator. Dari hasil simulasi dapat diketahui bahwa batas pembangkitan maksimum yang terdapat pada pelat nama generator tidak dapat dicapai oleh generator, karena pembangkitan generator dibatasai oleh batas kestabilan tunak.Kata kunci: kestabilan tunak, SMIB, konsep losses jaringan
Menentukan Batas Kestabilan Steady State Sistem Jawa Bali 500 kV menggunakan Pendekatan Model Single Machine to Infinite Bus Rusilawati
ALINIER: Journal of Artificial Intelligence & Applications Vol. 1 No. 1 (2020): ALINIER Journal of Artificial Intelligence & Applications
Publisher : Program Studi Teknik Elektro S1 ITN Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1029.738 KB) | DOI: 10.36040/alinier.v1i1.2517

Abstract

The indicator of the power system operation stability can be seen from the power balance between the load demand and the generator output power. The Single Machine to Infinite Bus (SMIB) system that can actually represent the operation of a single machine system in a multimachine system can be used to analyze each generator unit stability. This paper present a fairly simple method to determine the generator steady state stability limit on the Jawa Bali 500 kV system using an SMIB system approach consider the load configuration changes in the system. The Radial Basis Function Neural Network (RBFNN) is applied to simplify the determination of the generator steady state stability limit that changes every time a load configuration changes. The simulation results carried out on the Java Bali system 500 kV 29 bus 10 generators can be seen that the steady state stability limit of each generator unit tends to decrease with the increasing of loading value and the further of load distance from the generator. Keseimbangan daya antara kebutuhan beban dengan pembangkitan generator merupakan salah satu ukuran kestabilan operasi sistem tenaga listrik., Untuk menganalisis kestabilan setiap unit generator dalam sistem multimachine harus dilakukan pada sistem Single Machine to Infinite Bus (SMIB) yang secara aktual dapat mewakili keadaan sistem single machine tersebut dalam sebuah sistem multimachine. Dalam paper ini digunakan suatu metode sederhana untuk menentukan batas kestabilan steady state setiap unit generator pada sistem multimachine Jawa Bali 500 kV menggunakan pendekatan model sistem SMIB dengan memperhatikan perubahan konfigurasi peletakan beban dalam sistem. Untuk memudahkan penentuan batas kestabilan steady state generator yang selalu berubah setiap saat terjadi perubahan peletakan beban, diaplikasikan salah satu model jaring syaraf tiruan yaitu Radial Basis Function Neural Network (RBFNN). Dari hasil simulasi yang dilakukan pada sistem Jawa Bali 500 kV 29 bus 10 generator dapat diketahui bahwa batas kestabilan steady state setiap unit generator cenderung menurun dengan semakin meningkatnya nilai pembebanan dan semakin jauhnya jarak beban dari pembangkit.
ANALISIS PENGARUH PENGGUNAAN RECEIVER MULTICOUPLER TERHADAP EFISIENSI JUMLAH ANTENA RECEIVER (PENERIMA) DI AIRNAV INDONESIA CABANG BANJARMASIN Hartono Simamora; Rusilawati Rusilawati
EEICT (Electric, Electronic, Instrumentation, Control, Telecommunication) Vol 5, No 2 (2022)
Publisher : Universitas Islam Kalimantan Muhammad Arsyad Al Banjari Banjarmasin

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31602/eeict.v5i2.9200

Abstract

VHF Air to Ground adalah fasilitas komunikasi penerbangan yang digunakan untuk komunikasi antar pesawat di udara dengan petugas pengendali lalu lintas penerbangan di darat. Peralatan VHF-AG terdiri dari Transmitter (Pemancar) dan Receiver (Penerima) yang masing-masing membutuhkan Antena sebagai media Transmisi Gelombang Elektromagnetik. Berdasarkan Keputusan Menteri Nomor 30 Tahun 2005 tentang Pemberlakuan Standar Nasional Indonesia Mengenai Kriteria Penempatan Fasilitas Komunikasi Darat-Udara Berfrekuensi Amat Tinggi (VHF A/G) lokasi penempatan peralatan VHF-A/G harus berada didalam Menara Pengawas dan Antena VHF-A/G ditempatkan di atas Menara Pengawas dengan jarak antara satu Antena VHF- A/G dengan Antena VHF-A/G lainnya minimal 5 m. Syarat jarak penempatan antena VHF - AG tersebut mengakibatkan terbatasnya lahan penempatan dan jumlah antena yang dapat dipasang di atas menara pengawas. Penggunaan Receiver Multicoupler merupakan usaha untuk melakukan efisiensi penggunaan jumlah antenna sehingga dapat memaksimalkan luas lahan yang tersedia, namun tetap dapat mempertahankan fungsi dan kinerja dari peralatan VHF A/G. Setelah pemasangan Receiver Multicoupler dapat dilakukan efisiensi penggunaan antena Receiver (penerima) dari tujuh antena menjadi satu antena penerima tanpa mengurangi fungsi dan kinerja dari Radio Receiver (penerima). VHF Air to Ground is an aviation communication facility used for communication between aircraft in the air and flight traffic controllers on the ground. VHF-AG equipment consists of a Transmitter (Transmitter) and Receiver (Receiver), each of which requires an Antenna as a medium for Transmission of Electromagnetic Waves. Based on Ministerial Decree No. 30 of 2005 concerning the Enforcement of Indonesian National Standards Regarding the Criteria for Placement of Very High Frequency Ground-Air Communication Facilities (VHF A/G), the location of the VHF-A/G equipment must be located inside the Monitoring Tower and the VHF- A/G Antenna is placed above the Watch Tower with a minimum distance of 5 m between one VHF-A/G Antenna and another VHF-A/G Antenna. The requirement for the placement distance of the VHF - AG antenna results in the limited placement area and the number of antennas that can be installed on top of the control tower. The use of Receiver Multicoupler is an attempt to make efficient use of the number of antennas so as to maximize the available land area, but still maintain the function and performance of VHF A/G equipment. After the installation of the Receiver Multicoupler, efficient use of the Receiver antenna (receiver) can be made from seven antennas into one receiving antenna without reducing the function and performance of the Radio Receiver (receiver).
Otomatisasi Database Peralatan Laboratorium Menggunakan Aplikasi RFID Berbasis Raspberry Pi Teguh Efendi; Rusilawati Rusilawati; Ayu Novia Lisdawati
Buletin Profesi Insinyur Vol 6, No 3 (2023): Buletin Profesi Insinyur (Juli-Desember)
Publisher : Universitas Lambung Mangkurat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20527/bpi.v6i3.212

Abstract

Aplikasi Radio Frequency identification and Detector (RFID) berbasis Raspberry pi dapat mempermudah pengontrolan peralatan di laboratorium secara otomatis untuk mendata alat yang dipinjam maupun yang sudah dikembalikan dengan metode database. Alat pendukung pembuatan database tersebut adalah teknologi RFID berbasis Raspberry pi. Fungsi utama alat RFID reader adalah sebagai sensor penerima informasi dari alat yang diberi label khusus yaitu RFID Label. RFID Label mengirimkan informasi dan akan diteruskan ke perangkat utama yaitu Raspberry pi sebagai server atau pengolah data dengan metode database. Data tersebut tersimpan pada website My Structured Query Language (MySQL) dengan nama phpmyadmin. Hasil pengujian alat cukup efektif untuk penyimpanan data peralatan laboratorium dengan menggunakan metode website (phpmyadmin). Data yang tersimpan pada website bisa diunduh sewaktu–waktu diperlukan dengan menggunakan ID dan password sebagai kunci login dan data yang tersimpan akan lebih aman.Kata kunci: RFID reader, RFID label, Raspberry pi, MySQL
Optimalisasi Daya Panel Surya Menggunakan Sistem Pendingin Berbasis Air Otomatis Muhammad Rezki; Rusilawati Rusilawati; Irfan Irfan
EEICT (Electric, Electronic, Instrumentation, Control, Telecommunication) Vol 6, No 2 (2023)
Publisher : Universitas Islam Kalimantan Muhammad Arsyad Al Banjari Banjarmasin

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31602/eeict.v6i2.12921

Abstract

Panel surya akan menghasilkan energi listrik sesuai besar intensitas cahaya yang diterimanya dari pancaran cahaya matahari. Panel surya bekerja secara optimal pada standar suhu normal (25°C), apabila temperatur panel surya terlalu panas akan menurunkan kinerja dari sel surya tersebut. Tujuan dari penelitian ini ialah merancang sistem pendingin otomatis panel surya. Metode yang digunakan adalah dengan mengalirkan air pada bagian belakang panel surya melalui pipa saluran air yang terbuat dari pipa kapiler tembaga pada bagian belakang panel surya sehingga suhu panel surya tidak menerima panas berlebih yang dapat mengakibatkan kinerja dari panel surya tidak maksimal. Pengujian dilakukan pada panel surya 30 Wp menggunakan pendingin otomatis dan tanpa pendingin otomatis. Hasil menunjukkan daya rata-rata dari panel surya tanpa pendingin sebesar 5,13 Watt dan rata-rata suhu nya sebesar 57,74 °C, sedangkan daya rata-rata panel surya menggunakan pendingin didapat 6,15 Watt dan rata-rata suhu nya sebesar 50,39 °C. Panel surya dengan pendingin otomatis memiliki daya lebih besar 1,02 Watt atau peningkatan daya sebesar 1,2%.