Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search
Journal : EEICT (Electric, Electronic, Instrumentation, Control, Telecommunication)

ANALISIS PENGARUH PENGGUNAAN RECEIVER MULTICOUPLER TERHADAP EFISIENSI JUMLAH ANTENA RECEIVER (PENERIMA) DI AIRNAV INDONESIA CABANG BANJARMASIN Hartono Simamora; Rusilawati Rusilawati
EEICT (Electric, Electronic, Instrumentation, Control, Telecommunication) Vol 5, No 2 (2022)
Publisher : Universitas Islam Kalimantan Muhammad Arsyad Al Banjari Banjarmasin

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31602/eeict.v5i2.9200

Abstract

VHF Air to Ground adalah fasilitas komunikasi penerbangan yang digunakan untuk komunikasi antar pesawat di udara dengan petugas pengendali lalu lintas penerbangan di darat. Peralatan VHF-AG terdiri dari Transmitter (Pemancar) dan Receiver (Penerima) yang masing-masing membutuhkan Antena sebagai media Transmisi Gelombang Elektromagnetik. Berdasarkan Keputusan Menteri Nomor 30 Tahun 2005 tentang Pemberlakuan Standar Nasional Indonesia Mengenai Kriteria Penempatan Fasilitas Komunikasi Darat-Udara Berfrekuensi Amat Tinggi (VHF A/G) lokasi penempatan peralatan VHF-A/G harus berada didalam Menara Pengawas dan Antena VHF-A/G ditempatkan di atas Menara Pengawas dengan jarak antara satu Antena VHF- A/G dengan Antena VHF-A/G lainnya minimal 5 m. Syarat jarak penempatan antena VHF - AG tersebut mengakibatkan terbatasnya lahan penempatan dan jumlah antena yang dapat dipasang di atas menara pengawas. Penggunaan Receiver Multicoupler merupakan usaha untuk melakukan efisiensi penggunaan jumlah antenna sehingga dapat memaksimalkan luas lahan yang tersedia, namun tetap dapat mempertahankan fungsi dan kinerja dari peralatan VHF A/G. Setelah pemasangan Receiver Multicoupler dapat dilakukan efisiensi penggunaan antena Receiver (penerima) dari tujuh antena menjadi satu antena penerima tanpa mengurangi fungsi dan kinerja dari Radio Receiver (penerima). VHF Air to Ground is an aviation communication facility used for communication between aircraft in the air and flight traffic controllers on the ground. VHF-AG equipment consists of a Transmitter (Transmitter) and Receiver (Receiver), each of which requires an Antenna as a medium for Transmission of Electromagnetic Waves. Based on Ministerial Decree No. 30 of 2005 concerning the Enforcement of Indonesian National Standards Regarding the Criteria for Placement of Very High Frequency Ground-Air Communication Facilities (VHF A/G), the location of the VHF-A/G equipment must be located inside the Monitoring Tower and the VHF- A/G Antenna is placed above the Watch Tower with a minimum distance of 5 m between one VHF-A/G Antenna and another VHF-A/G Antenna. The requirement for the placement distance of the VHF - AG antenna results in the limited placement area and the number of antennas that can be installed on top of the control tower. The use of Receiver Multicoupler is an attempt to make efficient use of the number of antennas so as to maximize the available land area, but still maintain the function and performance of VHF A/G equipment. After the installation of the Receiver Multicoupler, efficient use of the Receiver antenna (receiver) can be made from seven antennas into one receiving antenna without reducing the function and performance of the Radio Receiver (receiver).
Optimalisasi Daya Panel Surya Menggunakan Sistem Pendingin Berbasis Air Otomatis Muhammad Rezki; Rusilawati Rusilawati; Irfan Irfan
EEICT (Electric, Electronic, Instrumentation, Control, Telecommunication) Vol 6, No 2 (2023)
Publisher : Universitas Islam Kalimantan Muhammad Arsyad Al Banjari Banjarmasin

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31602/eeict.v6i2.12921

Abstract

Panel surya akan menghasilkan energi listrik sesuai besar intensitas cahaya yang diterimanya dari pancaran cahaya matahari. Panel surya bekerja secara optimal pada standar suhu normal (25°C), apabila temperatur panel surya terlalu panas akan menurunkan kinerja dari sel surya tersebut. Tujuan dari penelitian ini ialah merancang sistem pendingin otomatis panel surya. Metode yang digunakan adalah dengan mengalirkan air pada bagian belakang panel surya melalui pipa saluran air yang terbuat dari pipa kapiler tembaga pada bagian belakang panel surya sehingga suhu panel surya tidak menerima panas berlebih yang dapat mengakibatkan kinerja dari panel surya tidak maksimal. Pengujian dilakukan pada panel surya 30 Wp menggunakan pendingin otomatis dan tanpa pendingin otomatis. Hasil menunjukkan daya rata-rata dari panel surya tanpa pendingin sebesar 5,13 Watt dan rata-rata suhu nya sebesar 57,74 °C, sedangkan daya rata-rata panel surya menggunakan pendingin didapat 6,15 Watt dan rata-rata suhu nya sebesar 50,39 °C. Panel surya dengan pendingin otomatis memiliki daya lebih besar 1,02 Watt atau peningkatan daya sebesar 1,2%.