Fransiskus Sinung Pranata, Fransiskus Sinung
Fak. Teknobiologi, Univ. Atmajaya, Yogyakarta

Published : 3 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

Kualitas Muffin Dengan Kombinasi Tepung Pisang Kepok Putih (Musa paradisiaca forma typica) Dan Tepung Labu Kuning (Cucurbita moschata) Putri, Cindy Yong Kurnia; Pranata, Fransiskus Sinung; Swasti, Yuliana Reni
Biota : Jurnal Ilmiah Ilmu-Ilmu Hayati Vol 4, No 2 (2019): June 2019
Publisher : Universitas Atma Jaya Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (643.527 KB) | DOI: 10.24002/biota.v4i2.2471

Abstract

Muffin merupakan quick bread yang tidak memerlukan waktu pengulenan, pengembangan dan pengistirahatan. Ciri khas muffin adalah permukaan roti berupa crust merekah secara simetris dan berwarna cokelat keemasan. Penggunaan tepung pisang kepok putih dan tepung labu kuning pada proses pembuatan muffin berguna untuk meningkatkan kandungan serat dan betakaroten. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui kualitas produk muffin berbahan baku tepung pisang kepok putih dan tepung labu kuning dari parameter kimia, fisik, mikrobiologi dan organoleptik. Penelitian ini juga berguna agar dapat mengetahui konsentrasi dari kombinasi yang terbaik pada tepung pisang kepok putih dan tepung labu kuning dalam pembuatan muffin. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap dengan kombinasi tepung pisang kepok putih dan tepung labu kuning sebesar 100:0:0 sebagai kontrol, 80:15:5, 80:10:10 dan 80:5:15. Hasil penelitian yang diperoleh dari produk muffin memiliki kadar air sebesar 17,80-21,33 %, kadar abu 0,43-0,99 %, kadar protein 8,06-11,14 %, kadar lemak 20,19-23,27 %, kadar karbohidrat 46,63-49,73 %, kadar serat kasar 3,28-6,60 %, kadar serat larut 1,40-4,37 %, kadar serat pangan 4,68-10,98 %, kadar betakaroten 470,56-3724,13 µg/100g serta uji mikrobiologi yang terdiri dari angka lempeng total dan kapang khamir yang telah memenuhi standar SNI roti manis (SNI-3840-1995). Muffin dengan kombinasi tepung pisang kepok putih dan tepung labu kuning yang memiliki kualitas terbaik adalah 80:15:5 dilihat dari parameter fisik, kimia, mikrobiologi dan organoleptik.
Produksi Bioetanol Pati Umbi Talas (Colocasia esculenta (L.) Schott) dengan Variasi Konsentrasi Inokulum dan Waktu Fermentasi Zymomonas mobilis Febriani, Yunisha; Sidharta, Boy Rahardjo; Pranata, Fransiskus Sinung
Biota : Jurnal Ilmiah Ilmu-Ilmu Hayati Vol 5, No 2 (2020): June 2020
Publisher : Universitas Atma Jaya Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24002/biota.v5i2.2506

Abstract

Bioetanol dapat diproduksi dari hasil fermentasi bahan baku yang mengandung karbohidrat. Umbi talas (Colocasia esculenta (L.) Schott) memiliki karbohidrat yang cukup tinggi yakni 23,7% sehingga dapat dimanfaatkan sebagai penghasil bioetanol. Zymomonas mobilis merupakan mikrobia yang dapat mengubah glukosa menjadi etanol. Penelitian ini bertujuan mengetahui konsentrasi inokulum dan waktu fermentasi yang paling optimal untuk menghasilkan bioetanol dari pati umbi talas. Umbi talas dipotong, dikeringkan dan dihancurkan lalu diayak sampai berbentuk tepung. Tepung talas dihidrolisis dengan larutan HCl (1, 3, dan 5 %) lalu diuji kadar gula reduksinya dengan metode Nelson-Somogyi. Tahap fermentasi dilakukan sesuai rancangan percobaan yakni 0, 2, 4, 6 dan 8 hari serta menggunakan konsentrasi inokulum 0, 5, 10, dan 15 %. Hasil fermentasi berupa etanol diukur konsentrasinya menggunakan kromatografi gas. Kadar gula reduksi menunjukkan kadar gula tertinggi ada pada konsentrasi HCl 5 %. Kadar bioetanol sebesar 0,07 % diperoleh pada waktu fermentasi optimal yaitu hari ke-8 dan konsentrasi inokulum paling optimal sebesar 10 %.
The Use of Bacteriocin Powder from Bacteria Lactobacillus plantarum as Biopreservative Agent of Cassava Getuk Khilda Azka Krisnani, Fransisca Maria; Purwijantiningsih, L.M. Ekawati; Pranata, Fransiskus Sinung
Journal of Food and Life Sciences Vol 4, No 1 (2020)
Publisher : University of Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21776/ub.jfls.2020.004.01.02

Abstract

Getuk is an Indonesian traditional food made from cassava. Getuk has short shelf life, which is 12-15 hours caused by the high water content in getuk that is make getuk easily contaminated by microbes. Biopreservation is a safe solution to overcome this problem, one of which is by using bacteriocin. Bacteriocin is safe to use as a biopreservative because it is not toxic and can be digested by the protease enzyme so it will not affect the microbiota in the intestine. Bacteriocin used in this study is bacteriocin produced by Lactobacillus plantarum because it is a safe microbial and included in GRAS (Generally Recognized as Safe) and has broad spectrum properties, which can kill gram-positive, gram-negative, and pathogenic bacteria. This research will discuss further about the ability of bacteriocin from Lactobacillus plantarum as a biopreservative agent in getuk. Bacteriocin from Lactobacillus plantarum will be microencapsulated using spray drying before adding to getuk. The treatments taken are variations in the addition of bacteriocin to getuk and variations in storage time. The variation of bacteriocin addition in getuk is 0% (control), 2,5%, 5%, and 7,5%, the variation of getuk storage time is 0-3 days. Cassava getuk will be tested physically, chemically, and microbiologically during the storage time. The results obtained in this study are the addition of 7,5% bacteriocin powder can increase getuk shelf life for 1 day. On storage day 1, the result of microbe in getuk is still within the national standard safe limits and getuk does not smell sour and there is no yeast that grows on getuk.