Kehidupan petani semakin terpuruk ketika harga jual produk pertanian semakin menurundan kalah bersaing dengan produk pertanian impor. Disi lain banyaknya permintaanpupuk an-organik yang semakin banyak menyebabkan harga pupuk ini kian melambung.Maka kiranya perlu dicari alternatif yang relatif pupuk yang murah dan terjangkau olehpetani, maka Bokasi merupakan salah satu alternatif pupuk organik yang ditawarkandalam rangka untuk mengimbangi mahalnya harga pupuk an-organik. Adalah C.V. AgroMandiri, sebuah industri kecil rekanan dari Laboratorium Pertanian UMM yangmemproduksi Bokasi dengan kapasitas 3 ton/ bulan.Produksi tersebut jauh lebih kecil dari permintaan pasar yang mencapai ratusan bahkanribuan ton / bulan. Sebagai gambaran saja untuk kebutuhan pedagang bunga sajamencapai 90 ton / bulan dan kebutuhan tersebut cenderung terus meningkat sejalandengan pengetahuan masyarakat petani akan manfaat Bokasi. Akhir-akhir ini BanyakPTP dan Petani Buah yang mulai tertarik untuk menggunakan Bokasi sebagai pupukalternatif.Kecilnya produksi CV. Agro Mandiri tersebut disebabkan karena starter EM 4 yangdigunakan kurang efektif, sehingga proses fermentasinya relatif lambat (± 2 bulan).Kelambatan fermentasi telah menyebabkan frekuensi produksi perbulannya menjadikecil. Selain itu juga tidak ada jaminan tetang EM 4 yang dibeli di pasaran dari sisikualitas maupun kedaluwarsanya. Karena EM 4 yang diedarkan tersebut tidak pernahmencantumkan tanggal batas akhir pemakaian sehingga konsumen tidak tahu secarapasti apakah mikrobia yang ada di dalamnya masih hidup atau tidak. Di samping itu,semakin banyaknya produk EM 4 yang ada dipasaran (yang notabene buatan sendiridari beberapa pabrik) menjadikan mikrobia yang ada di dalamnya tidak terjamin atauterkontrol, sehingga banyak jasad kontaminannya. Di sisi lain harga EM 4 relatif mahal(Rp 12.500,/liter), untuk produksi skala kecil sampai menengah biaya pembuatan Bokasiper-unitnya menjadi mahal. Dengan demikian starter yang berasal dari teknologi EM 4belum dapat memberikan jaminan kualitas maupun kuantitas Bokasi.Untuk mengatasi hal tersebut di atas, Laboratorium Pertanian UMM telah berhasilmembuat starter hasil koleksi sendiri, yaitu berupa campuran Aspergilus coklat,Aspergilus abu-abu, Aspergilus hijau, Aspergilus hitam, Penicillium abu-abu,Sacharomyces, dan Trichoderma. Campuran isolat tersebut dari hasil penelitiansebelumnya ( Zainudin dan Sukorini, 1996), memberikan hasil yang lebih baik dibandingdengan menggunakan starter EM 4. Dengan menggunakan starter tersebut Bokasi yangdihasilkan jauh lebih cepat yaitu hanya dalam waktu satu bulan, sedangakn jikamenggunakan starter dengan EM 4 memerlukan waktu 2 bulan. Selain itu Bokasi yangdihasilkan dengan menggunakan starter tersebut setelah diuji cobakan pada tanamanbawang merah ternyata hasilnya jauh lebih baik (13,68 ton/ha), dibanding denganmenggunakan EM 4 yang hanya mencapai 12,24 ton/ha. Ini berarti dengan menggunakanBokasi hasil fermentasi dari kultur campuran tersebut mampu meningkatkan produktivitassebesar 11,76 %.Dengan demikian penggunaan starter hasil koleksi Laboratorium Pertanian UMM,tersebut secara kualitatif maupun kuantitatif akan dapat meningkatkan produksi Bokasidan tanaman budidaya.Penggunaan Stater buatan Laboratorium Pertanian dapat membantu mengatasi masalahyang ada pada CV tersebut, karena dengan adanya stater produksi Lab. Pertanian makaproses produksi menjadi lebih cepat (kurang lebih 1 bulan) sehingga kapasitas produksitinggi, dengan demikian modal cepat kembali, dan CV dapat berjalan dengan lebih baik.Kualitas yang selama ini selalu dianalisakan kepada pihak luar dengan biaya yangtinggi dapat dilakukan di Lab. Pertanian dengan biaya yang murah.