Claim Missing Document
Check
Articles

Found 12 Documents
Search

MANFAAT MORINGA OLIEVERA.LAMK (KELOR) DALAM PERSPEKTIF AL QURAN Yulianti, Eny
ULUL ALBAB Jurnal Studi Islam Vol 10, No 1 (2009): Islamic Studies
Publisher : Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (2647.472 KB) | DOI: 10.18860/ua.v10i1.6064

Abstract

Moringa oleivem lamk, known as Moringa, is native to North India but is now found throughout the tropics. Moringa is also known as horseradish tree, drumstick tree and mother’s best friend. All Moringa food products have a very high nutritional value. Leaves rubbed against the temple can relieve headaches, to stop bleeding from a shallow cut, apply a poultice of fresh leaves. There is an anti-bacterial and anti-inflammatory effect when applied to wounds or insect bites. Extracts of leaves can be used against bacterial or fungal skin complaints. Leaf tea treats gastric ulcers and diarrhoea. Eating Moringa food products is good for those suffering from malnutrition due to the high protein and fibre content We can eat the leaves, especially young shoots, young pods, flowers, roots, and in some species even the bark. All of the parts of the tree can be used in a variety of ways. Moringa is full of nutrients and vitamins and is good in your food as well as in the food of your animals. Moringa helps to water purification and is a useful source of medicines. It provides lots of leafy material that is useful when using alley cropping systems.
SYNTHESIS AND CHARACTERIZATION OF ALGINATE-CARBOXYMETHIL CELLULOSE BEADS FROM CORN STALK (Zea mays) WITH CROSSLINK VARIATION C4H6O4Zn Latifah, Annazmil Fayros; Yulianti, Eny; Khoiroh, Lilik Miftahul
Journal of Islamic Pharmacy Vol 4, No 1 (2019): J. Islamic Pharm.
Publisher : Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.18860/jip.v4i1.7936

Abstract

Corn stalk has a high cellulose content, so that it is potential to be used as a composition for making alginate-carboxymethyl cellulose beads. Alginate and cellulose are biodegradable, renewable and non-meltable polymers that have wide applications in various industrial sectors. The purpose of this study was to determine the effect of crosslinking agent C4H6O4Zn on the adsorption and shape of beads. The varied concentrations of C4H6O4Zn are 3%; 5% and 10%. Characterization of alginate-carboxymethyl cellulose beads composites using Fourier Transform InfraRed (FTIR), and Scanning Electron Microscope-Energy Dispersive X-Ray (SEM-EDX). Based on research, the highest swelling value is obtained at 5% C4H6O4Zn crosslink which is 59.68%. FTIR data shows the appearance of wave numbers at 1413 cm-1 which indicates the presence of C-O Na groups, while at wave number 458 cm-1 indicates the presence of Zn-O groups. SEM-EDX data with a 5% C4H6O4Zn crosslink has a round shape with a wrinkled surface, multiple grooves causing a non-homogeneous surface. Whereas in C4H6O4Zn 10% the surface is almost smooth
UJI TOKSISITAS EKSTRAK AKUADES (SUHU KAMAR) DAN AKUADES PANAS (70 oC) DAUN KELOR (Moringa oleifera Lamk.) TERHADAP LARVA UDANG Artemia salina Leach Anwar, Syaiful; Yulianti, Eny; Hakim, Abdul; Fasya, Ahmad Ghanaim; Fauziyah, Begum; Muti'ah, Roihatul
ALCHEMY ALCHEMY (Vol.3, No.1
Publisher : Department of Chemistry, Faculty of Science and Technology UIN Maulana Malik Ibrahim Malan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (392.628 KB) | DOI: 10.18860/al.v0i0.2900

Abstract

Kelor (Moringa oleifera Lamk.) adalah tanaman yang kaya nutrisi. Kandungan nutrisi tersebar pada seluruh bagian tanaman kelor, mulai dari daun, kulit batang, bunga, buah (polong), sampai akarnya. Kelor (Moringa oleifera Lamk.) mempunyai banyak manfaat, misalnya digunakan sebagai koagulan, nutrisi, vitamin, dan sebagai obat. Selama ini kelor di Indonesia hanya digunakan sebagai tanaman pagar dan sayuran  dan masih jarang ada penelitian tentang bioaktivitas daun kelor dan pemanfaatannya  sebagai antikanker. Penelitian ini mempelajari toksisitas ekstrak akuades (suhu kamar) dan akuades panas (70 oC) daun kelor (Moringa oleifera Lamk.) terhadap larva udang Artemia salina Leach dengan menggunakan metode BSLT. Pemilihan pelarut akuades sangat menguntungkan karena ekonomis dan mudah diperoleh, sehingga mudah diaplikasikan oleh masyarakat.Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak akuades (suhu kamar) dan akuades panas (70 oC) daun kelor memiliki tingkat toksisitas terhadap Artemia salina Leach yang ditunjukkan dengan nilai LC50 kurang dari 1000 ppm. Ekstrak akuades panas (70 oC) memiliki toksisitas lebih baik dari pada ekstrak akuades (suhu kamar) karena dihasilkan nilai LC50 berturut-turut 163,979 ppm dan 265,977 ppm. Kandungan golongan senyawa pada ekstrak akuades panas (70 oC) adalah alkaloid, flavonoid, tanin dan triterpenoid. Berdasarkan hasil tersebut bahwa daun kelor mempunyai potensi sebagai tanaman sediaan herbal yang nantinya bisa dimanfaatkan sebagai antibakteri dan antikanker.
Utilization of NaCl Solution of Moringa Oleifera Seed Extract as Natural Coagulant at Liquid Waste at PT. Cheil Jedang Indonesia – Jombang Rizqi, Wadziatir; Yulianti, Eny; Jannah, Akyunul
ALCHEMY ALCHEMY (Vol.4, No.1
Publisher : Department of Chemistry, Faculty of Science and Technology UIN Maulana Malik Ibrahim Malan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (350.004 KB) | DOI: 10.18860/al.v4i1.3141

Abstract

In this study, the coagulant from Moringa seeds extracted using NaCl solution. Early stages, Moringa seed powder was extracted using 1M NaCl solution. Variations in sample pH (pH 4, 5, 6, 7, 8, 9 and 10) and variations in coagulant dose (10, 20, 30, 40, 50, 60, 70 and 80 mL / L) was conducted to determine the effectiveness of each coagulant at pH test parameters, Total Suspended Solids and Chemical Oxygen Demand-Permanganate method. Characterization of Moringa seed extract solutions include levels of carbohydrates, proteins, fats and amino acids. Characterization results, the carbohydrate content of Moringa seeds extracted with NaCl solution at 909 ppm, the protein 3348 ppm, fat content 800 ppm and it contains 14 kinds of amino acids. Concentration of most amino acids are lysine, which is 0.196%. Coagulant of Moringa seed extract solution of NaCl with an optimum pH of 10 can decreased levels of TSS by 82.3% at a dose of 80 mL / L. Coagulant solution of NaCl extract of Moringa seeds can not reduce levels of COD-Mn.Keywords: Chemical Oxygen Demand-Permanganate, Coagulant, Moringa oleifera, Total Suspended Solids
KARAKTERISASI KARBON AKTIF TERAKTIVASI NaCl DARI AMPAS TAHU Hartini, Eny Yulianti, Rif’atul Mahmudah, Lilik; Yulianti, Eny; Mahmudah, Rif'atul
ALCHEMY ALCHEMY (Vol.3, No.2
Publisher : Department of Chemistry, Faculty of Science and Technology UIN Maulana Malik Ibrahim Malan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (297.962 KB) | DOI: 10.18860/al.v0i1.2916

Abstract

Ampas tahu merupakan residu proses pembuatan tahu. Ampas tahu yang dihasilkan dalam proses pembuatan tahu cukup melimpah. Pemanfaatan ampas tahu selama ini dapat digunakan sebagai pakan ternak dan tempe gembos. Alternatif lain untuk memanfaatkan ampas tahu  adalah dengan  menjadikannya sebagai bahan dasar  dalam pembuatan karbon aktif karena kandungan serat ampas tahu berkisar 50 %. Proses pembuatan karbon aktif dalam penelitian ini melalui 4 tahapan yaitu proses pengeringan ampas tahu selama 7 hari di bawah terik  matahari, proses aktivasi kimia menggunakan aktivator larutan NaCl dengan variasi konsentrasi 0, 5, 10, 15, 20, dan 25 %, proses karbonisasi ampas tahu teraktivasi NaCl pada suhu 500  dan pencucian karbon aktif dari ampas tahu dengan menggunakan HCl 1 M. Untuk mengetahui pengaruh konsentrasi aktivator terhadap luas permukaan karbon aktif dari ampas tahu menggunakan metode adsorpsi methylene blue dan dilanjutkan uji ANOVA one way dan uji LSD (Least Significance Different) dengan taraf uji 1 %. Hasil karbon aktif yang mempunyai luas permukaan terbaik pada adsorpsi methylene blue dan berbeda nyata dari hasil uji LSD dilakukan analisis morfologi dan analisis komposisi unsur-unsur yang terkandung pada permukaan dengan menggunakan SEM-EDX (Scanning Electron Microscopy-Energy Dispersive X-Ray). Hasil penelitian menunjukkan variasi konsentrasi NaCl sebagai aktivator berpengaruh terhadap luas permukaan karbon aktif. Luas permukaan terbaik dihasilkan saat diaktivasi dengan aktivator larutan NaCl 10 % adalah  18,9358 . Analisis SEM menunjukkan bahwa karbon aktif teraktivasi NaCl 10 % pori-pori  yang terbentuk lebih banyak dan membentuk rongga-rongga pori-pori dengan kedalaman yang lebih besar bila dibandingkan dengan karbon aktif teraktivasi NaCl 0 %.  Hasil analisis EDX  menunjukkan bahwa komposisi unsur yang berada pada permukaan karbon aktif teraktivasi NaCl 10 % meliputi unsur C 88,90 %, unsur O 10,08 %, unsur Al 0,36 %, unsur Mg 0,16 % dan unsur Ca 0,50 % sedangkan komposisi unsur yang berada pada permukaan karbon aktif teraktivasi NaCl 0 % meliputi unsur C  87,38 %, unsur O 10,31 %, unsur Mg 0,77 % dan unsur Ca 1,54 %.
AKTIVITAS KOAGULASI EKSTRAK BIJI KELOR (Moringa oleifera L.) DALAM LARUTAN NaCl TERHADAP LIMBAH CAIR IPAL PT. SIER PIER PASURUAN Aslamiah, Siti Suwaibatul; Yulianti, Eny; Jannah, Akyunul
ALCHEMY ALCHEMY (Vol.2, No.3
Publisher : Department of Chemistry, Faculty of Science and Technology UIN Maulana Malik Ibrahim Malan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (197.855 KB) | DOI: 10.18860/al.v0i0.2891

Abstract

Proses koagulasi dapat menggunakan bahan koagulan sintetis dan alami. Pada penelitian ini dilakukan pengolahan air limbah yang dikoagulasi dengan menggunakan koagulan biji kelor (Moringa oleifera L.) dan Tawas (aluminium sulfat). Tujuan penelitian ini untuk mengetahui efektifitas koagulan ekstrak NaCl biji kelor dan tawas terhadap parameter air limbah dan mengetahui karakterisasi koagulan biji kelor.Tahapan awal 1 gr biji kelor diekstrak menggunakan larutan NaCl dengan variasi konsentrasi (0,5; 1; 1,5 dan 2 M), hasil terbaik dilakukan proses karakterisasi larutan ekstrak NaCl biji kelor meliputi uji kadar karbohidrat, protein dan lemak, kemudian digunakan sebagai koagulan dan dibandingkan dengan tawas. Variasi dosis koagulan yang digunakan (10, 20, 40, 80 dan 160 mL/L) dilakukan analisis parameter pH, kadar nitrat dan kekeruhan untuk mengetahui efektifitas dari masing-masing koagulan. Nilai variasi konsentrasi NaCl sebagai larutan pengekstrak biji kelor paling optimum adalah 1 M yang dapat menurunkan kekeruhan sampel air limbah sampai 74 %. Larutan ini juga mengandung karbohidrat 831 ppm, protein 3348 ppm dan 800 ppm lemak. Penambahan koagulan tawas sebanyak 80 mL/L membuat pH sampel air limbah turun menjadi 6,33; kadar nitrat 0,66 ppm dan mampu menurunkan kekeruhan sampai 58 %. Penambahan koagulan biji kelor sebanyak 80 mL/L membuat sampel air limbah berada pada pH 7,34 dan mampu menurunkan nilai kekeruhan sebesar 80,7 % tetapi kurang efektif dalam penurunan kadar nitrat.
PENURUNAN ANGKA PEROKSIDA DAN ASAM LEMAK BEBAS (FFA) PADA PROSES Bleaching MINYAK GORENG BEKAS OLEH KARBON AKTIF POLONG BUAH KELOR (Moringa Oliefera. Lamk) DENGAN AKTIVASI NaCl Aisyah, Siti; Yulianti, Eny; Fasya, Ahmad Ghanaim
ALCHEMY ALCHEMY (Vol.1 No.2
Publisher : Department of Chemistry, Faculty of Science and Technology UIN Maulana Malik Ibrahim Malan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (296.842 KB) | DOI: 10.18860/al.v0i0.1669

Abstract

Pemurnian minyak goreng bekas dalam penelitian ini terdiri dari tiga tahap yaitu despicing, netralisasi, dan bleaching menggunakan karbon aktif polong buah kelor. Pembuatan karbon aktif yang digunakan meliputi tiga tahap yaitu dehidrasi, aktivasi kimia dengan perendaman dalam larutan NaCl 15 % dan 30 %, dan karbonisasi dalam reaktor fluida pada suhu 650 ºC, 700 ºC dan 750 °C selama 120 menit dalam medium gas N2. Minyak goreng bekas dan minyak goreng hasil tiap tahap proses pemurnian dianalisa angka peroksida dengan metode iodometri dan FFA dengan metode titrasi asam basa. Hasilnya menunjukkan bahwa penurunan angka peroksida terbesar terjadi pada proses bleaching KA.30 % dengan suhu 650 ºC yaitu dari 6,80 meq/kg menjadi 0,25 meq/kg, sedangkan FFA mengalami penurunan terbesar pada proses netralisasi yaitu dari 0,35 % menjadi 0,16 %. Hal ini menunjukkan bahwa karbon aktif polong buah kelor sangat efektif dalam menurunkan angka peroksida dan FFA pada minyak goreng bekas.
Pemanfaatan Biosorben Batang Jagung Teraktivasi Asam Nitrat dan Asam Sulfat untuk Penurunan Angka Peroksida – Asam Lemak Bebas Minyak Goreng Bekas Yulianti, Eny; Mahmudah, Rif'atul; Royana, Isna
ALCHEMY Vol 5, No 1 (2016): ALCHEMY
Publisher : Department of Chemistry, Faculty of Science and Technology UIN Maulana Malik Ibrahim Malan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (644.21 KB) | DOI: 10.18860/al.v5i1.3685

Abstract

Batang jagung merupakan limbah pertanian yang mengandung kadar selulosa tinggi yang dapat dimanfaatkan sebagai biosorben dalam pemurnian minyak goreng bekas. Penelitian ini akan mempelajari pengaruh konsentrasi asam sulfat dan asam nitrat sebagai aktivator biosorben terhadap penurunan angka peroksida dan asam lemak bebas (ALB) pada proses bleaching. Pembuatan biosorben dari batang jagung dilakukan dengan cara delignifikasi dan aktivasi kimia menggunakan aktivator asam sulfat dan asam nitrat dengan berbagai variasi konsentrasi. Pemurnian minyak goreng bekas dengan cara despicing, netralisasi dan bleaching.Hasil penelitian menunjukan bahwa biosorben batang jagung teraktivasi H2SO4 dan HNO3 yang digunakan pada proses bleaching minyak goreng bekas dapat menurunkan angka peroksida dan ALB. Penurunan angka peroksida terbesar pada proses bleaching oleh biosorben teraktivasi H2SO4 10% dan teraktivasi HNO3 1 M mencapai 9,53% dan 14,12%, berturut-turut.  Penurunan terbesar kadar ALB pada proses bleaching sebesar 8,65% pada biosorben teraktivasi H2SO4 20% dan 8,63% pada biosorben teraktivasi HNO3 1 M. Hasil analisis spektra FTIR biosorben yang telah digunakan pada proses bleaching menunjukan adanya gugus fungsi baru C-H metilen (2855 cm-1) dan C=O ester (1742 cm-1) yang diduga merupakan peroksida dan ALB yang teradsorpsi secara kimia oleh biosorben. Hasil analisis statisitik ANOVA menunjukan bahwa variasi konsentrasi asam sulfat dan asam nitrat tidak mempunyai pengaruh terhadap penurunan angka peroksida, akan tetapi mempunyai pengaruh terhadap penurunan ALB
Adsorpsi Logam Ni dan Cu pada Limbah Cair Laboratorium Kimia menggunakan Biosorben Batang Jagung Termodifikasi Asam Sitrat Yulianti, Eny; Mahmudah, RIf'atul; Ma'rifah, Ainul; Azmiyani, Ulal
ALCHEMY Vol 7, No 1 (2019): ALCHEMY: Journal of Chemistry
Publisher : Department of Chemistry, Faculty of Science and Technology UIN Maulana Malik Ibrahim Malan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (625.925 KB) | DOI: 10.18860/al.v7i1.7933

Abstract

Corn stalk contains 40-50% cellulose, 20-40% hemicellulose, 4-15% lignin which had potential as biosorbent in binding metal ions. In this study, demineralization and modification by adding citric acid (1.5 M and 2 M) of corn stalk were conducted to convert hydroxyl groups into carboxylic. Then, it was analyzed its functional groups using Boehm titration and FTIR. The modified corn stalk was applied directly to chemical laboratory liquid waste which contains multicomponent of heavy metal ions. By modifying the corn stalk, the number of hydroxyl and carboxylic groups increased, but the number of lactone group was constant. The success of the modification was characterized by the appearance of ester uptake at 1734 cm-1 and increased adsorption ability. The variations in the concentration of citric acid in modification corn stalk showed that biosorbent with addition 1.5 M citric acid had higher in the number of acid site than addition 2 M citric acid to absorb Ni and Cu.  Keywords: Corn stalk, citric acid, biosorbent, functional group  Batang jagung mengandung sekitar 40-50% selulosa, 20-40% hemiselulosa, 4-15% lignin yang berpotensi sebagai biosorben pengikat ion logam. Pada penelitian ini dilakukan demineralisasi dan modifikasi dengan penambahan asam sitrat (1,5 M dan 2 M) untuk mengubah gugus hidroksil pada selulosa membentuk karboksilat. Selanjutnya, dianalisis gugus fungsinya menggunakan titrasi Boehm dan FTIR. Hasil modifikasi diaplikasikan langsung pada limbah cair laboratorium kimia yang mengandung banyak jenis ion logam berat. Biosorben batang jagung setelah dimodifikasi mengalami peningkatan jumlah gugus fungsi hidroksil dan karboksilat, tetapi gugus lakton tetap. Keberhasilan modifikasi ditandai dengan munculnya serapan ester pada 1734 cm-1 dan peningkatan kemampuan adsorpsi. Dari hasil variasi konsentrasi asam sitrat diperoleh informasi bahwa biosorben dengan penambahan asam sitrat 1,5 M mempunyai situs asam lebih tinggi dan mempunyai kemampuan adsorpsi terhadap ion logam Ni dan Cu lebih besar dibanding penambahan asam sitrat 2 M. Kata kunci:  Batang jagung, asam sitrat, biosorben, gugus fungsi
A LOW-COST ADSORBENT COCONUT WASTE ASH ACTIVATED NaCl FOR METHYLENE BLUE REMOVAL Pujiana, Nurliza; Yulianti, Eny; Rahmatulloh, Arief; Khalifah, Susi Nurul; Istighfarini, Vina Nurul
Jurnal Neutrino:Jurnal Fisika dan Aplikasinya Vol 12, No 2 (2020): April
Publisher : Department of Physics, Maulana Malik Ibrahim State Islamic University of Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.18860/neu.v12i2.8208

Abstract

Removal methylene blue from water using coconut waste ash activated by NaCl is studied in this paper. The characteristic of morphology and pore structure of coconut waste ash is analyzed using SEM, show that pores were formed after activation. XRF analysis revealed that the coconut waste ash before activation contains 20,19 % of Si. The effect of NaCl concentration on the adsorption behavior is investigated. The results show that the optimum concentration of NaCl to activating the coconut waste ash is 300 ppm. The adsorption capacity of coconut waste ash without activation, NaCl-activated coconut waste ash on 200 ppm, 300 ppm, and 400 ppm is 1.103 mg/g, 1.152 mg/g, 1.2102 mg/g, and 1.1109 mg/g respectively.