Penelitian ini bertujuan untuk (1) Mengetahui komunikasi antar budaya dalam perkawinan antara etnik bugis dan etnik Mandar di Desa Lero Kabupaten Pinrang (2) Mengetahui faktor determinan komunikasi antar budaya dalam perkawinan antara etnik bugis dan etnik Mandar di Desa Lero Kabupaten Pinrang. Jenis penelitian adalah kualitatif deskriftif. Teknik pengumpulan data yaitu dengan menggunakan metode observasi, wawancara, dan dokumentasi, kemudian dianalisis dengan teknik deskriftif kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) Komunikasi antar budaya dalam perkawinan antara etnik bugis dan etnik Mandar di Desa Lero Kabupaten Pinrang baik ditinjau dari, segi Kognitif (memahami atau pengetahuan) dikategorikan “sangat baik” dalam membedakan pernikahan mandar dan bugis walaupun masih ada yang sama, tetapi masyarakat setempat mampu membedakannya seperti pakaian, erang-erangnya dan hiburannya. Dari segi Afeksi (menghormati dan menghargai) dikategorikan “sangat baik” yaitu mereka Saling menghargai, memahami serta menghormati satu sama lain. Begitupun dengan Perilaku (efektivitas budaya) masyarakat dikategorikan “baik” dalam berperilaku walaupun beda efektivitas budaya seperti adaptasi mereka lumayan baik, perilaku berbeda Mandar sibaliparri (bekerja sama) sedangkan Bugis sipakamase-mase (susah senang selalu ada). (2) Faktor determinan komunikasi antar budaya dalam perkawinan antara etnik bugis dan etnik Mandar di Desa Lero Kabupaten Pinrang yaitu, Stereotip (persepsi atau penilaian negatif kepada kelompok budaya), dikategorikan “tidak baik” karena jika mereka melakukan hal tersebut pasti ada rasa kecewa dan marah terhadap orang yang menilaikehidupan mereka. Etnosentrisme (perilaku yang bersifat lebih unggul dari yang lainnya) dikategorikan “pernah”, dalam rumah tangga terkadang rasa ego itu hadir sehingga mereka memaksakan kehendak hingga bertengkar tetapi tidak sampai KDRT. Mobilitas (perpindahan), dikategorikan “sangat baik”, mereka menyesuaikan diri dengan sering menjalin komunikasi sehingga mendapat suatu pengetahuan baru hingga status sosial yang layak. Saling ketergantungan (ketergantungan dengan yang lainnya) dikategorikan “sangat bagus”, mata pencaharian sebagai Nelayan mampu merubah perekonomian mereka. Tekanologi komunikasi (alat yang menggabungkan aspek sosial). dikategorikan “sangat baik”, dengan adanya teknologi memberikan kemudahan dalam mengakses literatur walaupun dulunya tidak secanggih sekarang