“Seni mendidik anak”, sebagai sebuah istilah, mewakili urgensi pendidikan di lingkungan keluarga yang dilakukan oleh orang tua terhadap anak. Terbukti bahwa dalam lingkungan keluarga, anak memang memperoleh berbagai pengetahuan, pengalaman, aktivitas dan mendapatkan pengasuhan dari orang tua. Dalam tulisan ini akan dianalisis seni mendidik anak dalam pandangan Ibn al Qayyim al Jauziyah yang masih relevan dengan kehidupan saat ini. Penelitian pustaka ini menemukan bahwa, menurut Ibn al Qayyim, mendidik anak harus sejak dini, dimulai dengan memahami fitrah anak, pemberian ASI eksklusif, melatih berbicara, mengatur pola makan, hingga menanamkan pendidikan akhlak. Dari pendapat tersebut, dapat disarikan bahwa terdapat tiga pendekatan dalam mendidik anak: pertama, biologis, dilakukan dengan memandang anak sebagai untuk entitas yang tumbuh. Sehingga beberapa upaya dilakukan untuk menopang pertumbuhannya. Kedua, psikologis, meniscayakan bahwa anak adalah manusia yang berkembang. Itu sebabnya anak harus diberikan stimulus positif untuk perkembangannya. Ketiga, pendekatan teologis, yang merupakan pangkal dari dua pendekatan sebelumnya. Melalui pendekatan ini, setiap anak harus dikenalkan dengan tauhid, disinari dengan ajaran agama dan diajarkan nilai-nilai akhlak. Maka, mendidik anak tidaklah mudah, tidak seperti membalikkan telapak tangan. Ia membutuhkan proses yang harus dilalui secara bertahap, sinergis dan berkelanjutan.