M. Sayful
Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar

Published : 3 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

Strategi Penghidupan Nelayan Pedagang di Tempat Pelelangan Ikan (Lelong) M. Sayful
SIGn Journal of Social Science Vol 1 No 1: Juni - November 2020
Publisher : CV. Social Politic Genius (SIGn)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (218.314 KB) | DOI: 10.37276/sjss.v1i1.95

Abstract

Lebih dari 30 tahun Lelong di Kota Makassar eksis sebagai lembaga perekonomian yang bergerak di bidang perdagangan sumber daya kelautan dan perikanan. Oleh karena itu, Lelong merupakan sarana yang penting bagi kelangsungan hidup masyarakat, khususnya bagi para nelayan. penelitian ini bertujuan untuk menguraikan strategi penghidupan para nelayan pedagang, dan juga menganalisis lebih mendalam tentang penerapan strategi adaptasi dalam menghadapi kerentanan finansial yang akan mengganggu kehidupan sosial ekonomi para nelayan di pesisir Lelong Kota Makassar. Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif kualitatif. Penelitian ini dilaksanakan di Lelong Rajawali, Kota Makassar. Informan dalam penelitian ini berjumlah sepuluh orang dan terdiri dari nelayan pedagang, pengelola Lelong, serta pembeli ikan. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu data primer dan data sekunder. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara observasi, wawancara dan studi dokumen. Data primer dan data sekunder kemudian dianalisis dengan menggunakan model analisis deskriptif kualitatif, serta menguraikannya dalam bentuk naratif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat dua faktor yang menyebabkan nelayan pedagang mengalami kerentanan finansial, yaitu meningkatnya jumlah nelayan pedagang di Lelong dan berkurangnya pembeli untuk berbelanja di Lelong. Adapun strategi penghidupan yang dilakukan oleh nelayan pedagang di Lelong adalah dilandasi oleh dua hal, yaitu pembelian tunai dan hutang. Sebagian besar nelayan pedagang lebih memilih untuk berhutang saat bertransaksi dengan nelayan penangkap ikan. Lebih lanjut, Strategi adaptasi yang dilakukan antara lain strategi konsolidasi, strategi akumulasi, dan strategi diversifikasi. Dengan dasar kesimpulan tersebut, para nelayan pedagang membutuhkan ruang aliansi perlindungan demi tercapainya sekuritas ekonomi yang berkepanjangan.
Tambang Pasir dan Dampak Sosial Ekonomi Masyarakat di Pesisir Pantai Dewi Anggariani; Santri Sahar; M. Sayful
SIGn Journal of Social Science Vol 1 No 1: Juni - November 2020
Publisher : CV. Social Politic Genius (SIGn)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (216.225 KB) | DOI: 10.37276/sjss.v1i1.96

Abstract

Secara umum, pembangunan infrastruktur dimaksudkan untuk lebih meningkatkan kesejahteraan bagi masyarakat. Namun apabila mengabaikan aspek studi kelayakan dan analisis dampak lingkungan, maka akan berpotensi menciptakan kerusakan ekologi maupun ekonomi dan sosial budaya masyarakat setempat. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui landasan kebijakan, juga untuk mengetahui dampak sosial dan ekonomi dari keberadaan tambang pasir terhadap masyarakat Galesong. Penelitian ini menggunakan bentuk studi mikro demografi atau biasa disebut quasi anthropological. Penelitian ini dilakukan di wilayah pesisir pantai Galesong. Analisis data dalam penelitian ini dilakukan secara kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa aktivitas penambangan pasir di wilayah pesisir pantai Galesong dimulai pada Tahun 2017 sehingga belum mengacu pada Perda Sulsel No. 2 Tahun 2019, dimana sebagai acuan untuk mengeluarkan izin lokasi dan izin pengelolaan pertambangan pasir di Sulawesi Selatan. Adapun dampak dari aktivitas penambangan pasir terhadap kondisi sosial ekonomi masyarakat di wilayah pesisir pantai Galesong, antara lain hilangnya wilayah penangkapan ikan akibat pengerukan pasir laut, menyebabkan air menjadi keruh. Selain itu, terjadi perubahan sosial ekonomi, dimana para nelayan kecil harus meninggalkan aktifitasnya dan bergabung dengan para nelayan penangkap ikan di laut dalam dan menjadi sawi pada punggawa perahu-perahu besar. Dampak selanjutnya adalah adanya patroli polisi laut yang membuat para nelayan merasa tertekan dan tidak lagi memiliki kebebasan untuk melaut seperti dulu kala. Dengan dasar kesimpulan tersebut, diharapkan Pemerintah Daerah membuat model kebijakan dalam pengelolaan aktivitas penambangan pasir di wilayah pesisir pantai Galesong. Jika tidak, cepat atau lambat masalahnya akan semakin membesar.
EKSISTENSI RITUAL TOLAK BALA PADA MASYARAKAT NELAYAN KODINGARENG M. Sayful
Jurnal JINNSA (Jurnal Interdipliner Sosiologi Agama) Vol 3 No 1 (2023): Volume 3 Nomor 1 Tahun 2023
Publisher : Program Studi Sosiologi Agama Fakultas Ushuluddin, Adab dan Dakwah IAIN Manado

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Tulisan ini mengkaji tentang Eksistensi Ritual Tolak Bala Pada Masyarakat Nelayan Kodingareng (Tinjauan Antropologi Terhadap Kepercayaan Lokal Masyarakat Nelayan di Pulau Kodingareng Makassar). Adapun fokus masalah yang ingin dicapai adalah untuk memahami makna dari pelaksanaan ritual tolak bala Je’ne Uring di Pulau Kodingareng, serta mengapa ritual ini masih tetap bertahan di tengah perkembangan zaman. Metode penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan jenis penelitian lapangan (field research). Teknik pengumpulan data juga digunakan dalam penelitian ini, yaitu: Observasi, wawancara dan dokumentasi untuk mengidentifikasi dan memahami subyek informan yang diteliti. Dalam melakukan penyajian data, yakni pengolahan dan analisis data, peneliti cenderung menggunakan model reduksi data, serta penarikan kesimpulan agar data yang dihasilkan dapat disusun secara sistematis dan memadai. Selain itu, analisis data yang dilakukan oleh peneliti berlangsung sepanjang penelitian ini, sehingga memungkinkan untuk terus menerus melakukan evaluasi dan proses triangulasi data. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa 1) Ritual je’ne uring merupakan tradisi masyarakat nelayan Kodingareng yang ditujukan sebagai rasa syukur dan memohon kepada Yang Maha Kuasa untuk kembali dibukakan pintu rezeki ketika nelayan melaut. Selain itu, ritual ini juga bertujuan untuk memohon kepada Sang Pencipta agar dijauhkan dari bala dan marabahaya ketika para nelayan Kodingareng beraktivitas di laut. 2) Ritual tolak bala bernama Je’ne Uring di Pulau Kodingareng masih eksis di tengah perubahan zaman dan masuknya Islam sebagai agama formal di dalam masyarakat pesisir dan pulau-pulau Makassar. Hal ini dikarenakan sebagian masyarakat yang tetap menjalankan ritual tolak bala tersebut menganggap tradisi ini sebagai sesuatu yang bermanfaat bagi mereka. Selain itu, sikap dan penghormatan terhadap warisan dari nenek moyang juga menjadi faktor penting mengapa ritual dan kepercayaan lokal ini masih tetap dipertahankan oleh sebagian masyarakat nelayan Kodingareng.