Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

Batik Buketan Motif Bunga Nasional Indonesia Dan Penerapannya Dalam Busana Bernuansa Vintage Budiarti Nafisah; Esther Mayliana; I Made Sukanadi
Style : Journal of Fashion Design Vol 1, No 1 (2021): Style : Journal of Fashion Design
Publisher : Institut Seni Indonesia Padangpanjang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (807.1 KB) | DOI: 10.26887/style.v1i1.2109

Abstract

National flowers are considered to represent the character of the nation and state. The flowers chosen as the national flower of Indonesia are white jasmine, moon orchid, and raflesia arnoldi. Floral motifs have often been used as a source of ideas for making batik since ancient times, one of which is the Bouquetan batik motif which was popularized by Dutch women at that time. classic style.The author makes four collections of works entitled "TOENEMEN", meaning that it grows as the idea taken in this work is the Indonesian national flower, these three flowers have a deep philosophy about the value of a nation or individual, the values needed for growth are sincerity, kindness, beauty. also unique.
Perancangan Motif Batik Rumah Gadang Dalam Busana Kasual Nifha Sartika; I Made Sukanadi; Aruman A
Style : Journal of Fashion Design Vol 1, No 1 (2021): Style : Journal of Fashion Design
Publisher : Institut Seni Indonesia Padangpanjang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1337.977 KB) | DOI: 10.26887/style.v1i1.2110

Abstract

Rumah Gadang, known by the Minangkabau people as the Bagonjong house or the Baanjuang house, is a West Sumatran traditional house which is one of Indonesia's distinctive architectural heritages which is still being preserved. One way to preserve it is to animate it as a source of inspiration in the creation of a work of= art. The purpose of this study is to visualize the shape of Rumah Gadang into a batik motif in casual clothing. This applied research uses the method of creation ranging from observation of data in the field to the realization of the work. This creation research resulted in seven design works and three works that were realized in the form of clothing. The characteristics of the work are made different, with a typical concept of Casual clothing.
DAMPAK EKSISTENSI MOTIF BATIK WALANG JATI KENCONO TERHADAP PENINGKATAN EKONOMI DAN SOSIAL PENGRAJIN BATIK DI GUNUNGKIDUL I Made Sukanadi
Gorga : Jurnal Seni Rupa Vol 11, No 2 (2022): Gorga : Jurnal Seni Rupa
Publisher : Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Medan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24114/gr.v11i2.39026

Abstract

This research aims to answer the problem of the impact of the existence of the Walang Jati Kencono batik motif on the social and economic changes of the community and batik craftsmen of Gunungkidul Regency. The existence of regulation from the Regional Government of Gunung Kidul Regency regarding the use of batik uniforms for elementary, junior high, and high school / vocational schools has strengthened the existence of batik products and the sustainability of batik production by batik craftsmen in Gunungkidul. This research uses the qualitative descriptive method. The data collection method uses observation, interview, and documentation techniques. Data validation by triangulation and data analysis used the stages of data reduction, data presentation, and creating conclusions. The results of this study explain that: (1) The existence of the Walang Jati Kencono batik motif, which has been designated as a school uniform in Gunungkidul Regency, has a very impact on social changes in the batik craftsmen, which increases and as the economy improves. (2) The policy of the Gunungkidul Regency government through the Regent's Regulation that raises the Walang Jati Kencono batik motif as a school uniform in the Gunungkidul area strongly supports economic progress and the existence of batik craftsmen in Gunungkidul. (3) The skills of batik makers in Gunungkidul as batik producers can meet the needs of the local market both from the official, school, and tourism sectors.Keywords: batik, walang jati kencono, gunungkidul. AbstrakPenelitian  ini  memiliki tujuan menjawab permasalahan dampak eksistensi motif batik Walang Jati Kencono terhadap perubahan sosial dan ekonomi masyarakat dan pengrajin batik Kabupaten Gunungkidul. Adanya peraturan Pemerintah Daerah Kabupaten Gunung Kidul tentang penggunaan seragam batik bagi sekolah SD, SMP, SMA/SMK telah memperkuat eksistensi produk batik hasil dan keberlangsungan produksi batik oleh pengrajin batik di Gunungkidul. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif. Metode pengumpulan data menggunakan teknik observasi, wawancara, dan dokumentasi. Validasi data dengan triangulasi dan analisis data menggunakan tahapan reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Hasil  penelitian  ini  menjelaskan bahwa:  (1)  Eksistensi motif batik Walang Jati Kencono yang telah ditetapkan sebagai seragam sekolah di  Kabupaten Gunungkidul sangat memberikan dampak terhadap perubahan sosial jumlah pengrajin batik yang meningkat dan seiring dengan peningkatan ekonomi. (2) Kebijakan pemerintah Kabupaten Gunungkidul melalui Peraturan Bupati yang mengangkat batik motif Walang Jati Kencono sebagai seragam sekolah di wilayah Gunungkidul sangat mendukung kemajuan ekonomi dan eksistensi pengrajin batik di Gunungkidul. (3) Keterampilan para pembatik di Gunungkidul sebagai produsen batik mampu memenuhi kebutuhan pasar lokal baik dari sektor dinas, sekolah, dan pariwisata.Kata Kunci:batik, walang jati kencono, gunungkidul. Author :I Made Sukanadi : Institut Seni Indonesia Yogyakarta References :Amidjaja, N. T. (1966). Batik. Jakarta: Djambatan.BAPPEDA, B. (2018). Informasi Pembangunan Kabupaten Gunungkidul. Informasi BAPPEDA, Gunungkidul Yogyakarta: BAPPEDA.Bolaffi, G., & Raffaele, B. (2003). Dictionary of Race, Ethnicity and Culture. London-Thousand Oaks-New Delhi: Sage Publications.Dharsono, D. (2016). Kreasi Artistik Perjumpaan Tradisi Modern Dalam Paradigma Kekaryaan Seni. Karanganyar: Citra Seni Lembaga Pengkajian dan Konservasi Budaya Nusantara.Erawati, N. V., & Kahono, S. (2010). Keanekaragaman dan kelimpahan belalang dan kerabatnya (Orthoptera) pada dua ekosistem pegunungan di Taman Nasional Gunung Halimun-Salak. Jurnal Entomologi Indonesia, 7(2), 100-100.Erniwati, E. (2017). Pola Aktivitas dan Keanekaragaman Belalang (Insecta: Orthoptera) di Taman Naasional Gunung Ciremai, Kuningan, Jawa Barat. Jurnal Biologi Indonesia, 5(3).Gustami, S. P. (2008). Nukilan Seni Ornamen Indonesia. Yogyakarta: Jurusan Kriya Fakultas Seni Rupa Institut Seni Indonesia, Arindo.Hadiwijiono, H. (2001). Sari Sejarah Filsafat Barat 2. Yogyakarta: Kanisius.Helmiati, H., Misgiya, M., Atmojo, W. T., & Silaban, B. (2020). Eksperimen Pewarnaan Batik Dengan Bahan Alami Buah Naga (Hylocereus Undatus). Gorga : Jurnal Seni Rupa, 9(1), 22. https://doi.org/10.24114/gr.v9i1.16973.Langsing, M. K. (1974). Art, Artist, and Art Education. New York: Mc Graww-Hill Book Company.Mpapa, B. L. (2016). Analisis kesuburan tanah tempat tumbuh pohon jati (Tectona grandis L.) pada ketinggian yang berbeda. Jurnal Agrista, 20(3), 135-139.Natanegara, E. A., & Djaya, D. (2015). Batik Indonesia. In Yayasan Batik Indonesia: Harapan Prima Printing.Nasution, S, and Kaelan, K. (2005). Buku Penuntun Membuat Tesis, Skripsi, Disertasi. Jakarta: Bumi Aksara.Pebriyeni, E. (2019). Perkembangan Fungsi Seni Kerajinan Tenun Songket Silungkang. Gorga : Jurnal Seni Rupa, 8(1), 214. https://doi.org/10.24114/gr.v8i1.13585.Rahayu, S. (2017). Ensiklopedia Keanekaragaman Belalang (Acrididae) Taman Hutan Raya Bunder Gunungkidul Sebagai Sumber Belajar Biologi. Skripsi tidak diterbitkan. Yogyakarta: Program Studi Pendidikan Biologi UIN Sunan Kalijaga.Sembiring, S. B., & Guntur. (2018). Fungsi Topeng Tembut-Tembut Desa Seberaya Kecamatan Tiga Panah Kabupaten Karo. Gorga : Jurnal Seni Rupa, 07(01).Supriono, P. (2016). Ensiklopedia The Heritage of Batik Identitas Pemersatu Kebanggaan Bangsa karya Supriono. Andi Yogyakarta.Turner, V. W. (1982). From Ritual to Theatre (the human seriousness of play). New York: PAJ Publications.Wansaka, A., Hidayah, H. N., & Bakhittah, H. A. (2019). Kampung Batik Manding Siberkreasi sebagai Model Pelestarian Pendidikan Karakter. Jurnal Pendidikan Sejarah Indonesia, 2(2), 122-140.Wardoyo, S., Wulandari, T., Guntur, Dharsono, & Zularnain. (2021). Penciptaan Selendang Batik Sri Kuncoro Khas Budaya Samin Margomulyo Bojonegoro. Gorga : Jurnal Seni Rupa, 10(November).Williams, R. (1989). Resources of Hope : Culture, Democracy, Socialism. R. Gable (ed): Verso.Wulandari, T. (2021). Eksistensi Batik Encim Dalam Arena Produksi Kultural Di Pekalongan. Gorga : Jurnal Seni Rupa, 10(1), 164–171. https://doi.org/10.24114/gr.v10i1.25255.
MEMORABILIA BUNG HATTA DALAM SENI KAYU Edi Eskak; Ahmad Bahrudin; Wahyono Wahyono; I Made Sukanadi
Dinamika Kerajinan dan Batik: Majalah Ilmiah Vol 39, No 2 (2022): DINAMIKA KERAJINAN DAN BATIK : MAJALAH ILMIAH
Publisher : Balai Besar Kerajinan dan Batik

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22322/dkb.v39i2.7711

Abstract

Ketokohan Bung Hatta atau Drs. Muhammad Hatta sebagai pahlawan nasional dan proklamator kemerdekaan Republik Indonesia menarik untuk dijadikan inspirasi penciptaan seni dengan media kayu. Penciptaan menjadi karya seni selain dapat menggerakkan industri kreatif, juga sebagai pengenangan tokoh inspiratif untuk diteladani bagi generasi berikutnya.  Keteladanan yang dapat diambil dari Bung Hatta antara lain adalah sikap dan perilaku beliau selaras antara perkataan dengan perbuatannya. Bung Hatta terkenal dengan jiwa nasionalis, religius, organisatoris yang handal, penuh etika dan etiket, tertib, dan disiplin. Media kayu dipilih karena merupakan bahan lokal yang mudah didapatkan serta dapat diaplikasikan dengan berbagai teknik seni rupa, sehingga akan menumbuhkan industri kreatif berbasis sumber daya alam dan kearifan lokal. Metode yang digunakan adalah pengumpulan data, analisis data, inspirasi penciptaan, desain, serta perwujudan karya. Hasilnya adalah karya seni dengan media kayu dengan aplikasi teknik: ukir datar, skrol, sablon, lukis, dan pirografi.