Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

Understanding Riverine Urbanism in Kalimantan through Diachronic Approach: Case Study of Lanting Settlements in Sintang, Indonesia Mira Sophia Lubis; Dalhar Susanto; Triatno Yudo Harjoko
Journal of Architectural Design and Urbanism Vol 4, No 1 (2021): Vol 4 No 1, 2021
Publisher : Department of Architecture, Faculty of Engineering, Universitas Diponegoro, Indonesia.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/jadu.v4i1.12133

Abstract

Famous for its large rivers, Kalimantan is one of the islands in Indonesia that is characterized by a river-cultured society, where lanting or floating dwelling is one of various types of river settlements that represents a unique but also complex relationship between man and river. Despite their existence being in line with the historical development of river cities in Kalimantan, today’s urban lantings have come to be stigmatized as slums, due to society’s biased perspectives, and the dominance of the planning paradigm that is oriented towards “modern” land-based urban planning. Using the qualitative historical analysis method in the case study of lanting dwellings in Sintang, West Kalimantan, this study interprets the analytical dimensions of the complex relations between space, power and resources, which changes over time. Exploring the political-economic and ecological history shows the long journey of lanting’s existence that gave understanding of today’s lanting conditions, as well as understanding about the development of the cities themselves. This study concludes that the concept of river cities or waterfront cities in Kalimantan should be understood in a broader sense, beyond merely aesthetic and environmental considerations. Riverine settlement has deep historical roots in many Kalimantan cities and also represents complex relationships between city-hinterland and river-related urbanization process under the political-economic and ecological changes. Thus, consideration of the diachronic aspects of city-river relations should be an important basis for planning future Kalimantan cities.
Dimensi Keseharian Dan Implikasinya Pada Tata Ruang Permukiman Tepi Sungai: Sebuah Telaah Taktik Dan Strategi Mira Sophia Lubis
Uniplan: Journal of Urban and Regional Planning Vol 3, No 1 (2022): Maret
Publisher : Department of Urban and Regional Planning, Faculty of Engineering, Universitas Tanjungpura

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (494.28 KB) | DOI: 10.26418/uniplan.v3i1.55477

Abstract

Permukiman bantaran sungai sering dicap sebagai permukiman kumuh. Ini juga terjadi di kota-kota Kalimantan, yang secara historis berakar kuat pada budaya sungai. Kajian ini menggambarkan kehidupan sehari-hari penduduk permukiman tepi sungai di Kalimantan, di tengah pesatnya perkembangan kota dan perubahan lingkungan, yang mencerminkan upaya mereka dalam mempertahankan eksistensinya sebagai bagian dari masyarakat perkotaan. Permukiman terapung atau lanting di Kota Sintang dipilih sebagai studi kasus. Pendekatan etnografi spasial yang didukung dengan observasi dan wawancara mendalam digunakan untuk mengungkap keseharian warga dan implikasinya pada ruang kota. Dengan pendekatan taktik-strategi (Perramond, 2007), penelitian ini mengungkapkan makna penting di balik aktivitas sehari-hari penduduk lanting yang mencerminkan pengaruh signifikan dari pikiran dan tindakan masyarakat dalam produksi dan reproduksi ruang hidup mereka.
Desain Mural Sebagai Citra Kawasa Tepian Sungai di Kampung Beting Ely Nurhidayati; Mira Sophia Lubis; Firsta Rekayasa Hernovianty
Jurnal Pengabdi Vol 6, No 2 (2023): Oktober 2023
Publisher : Universitas Tanjungpura

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26418/jplp2km.v6i2.68869

Abstract

Seni mural merupakan seni yang hadir dengan menawarkan pendekatan yang secara langsung bersentuhan dengan masyarakat. Seni mural kerap dijumpai di kawasan-kawasan perkotaan, seperti di kawasan komersil, fasilitas umum, dan sebagainya yang memiliki bidang dinding yang luas sehingga oleh seniman mural bidang dinding ini dijadikan sebagai media untuk berkarya. Adapun tujuan dari dilakukannya lukisan mural ialah untuk menyampaikan pesan kepada masyarakat luas, memperindah kawasan, serta mengubah citra kawasan. Seni mural cukup berkembang di Indonesia, Kampung Beting di Kota Pontianak merupakan salah satu kampung yang memiliki kekayaan karya seni mural yang mengusung beberapa tema mengenai isu yang sedang hangat, seperti pendidikan, pariwisata, hingga sejarah budaya Kampung Beting. Sebagai kawasan yang memiliki nilai historis budaya Kota Pontianak, kesenian mural di Kampung Beting menjadi salah satu upaya dalam pengenalan citra budaya kesultanan Kota Pontianak kepada masyarakat luas. Upaya dilakukannya aktivitas mural kawasan ini diharapkan mampu menghilangkan stigma negatif dari Kampung Beting sebagai “daerah merah” dan mengubahnya menjadi kawasan yang edukatif serta menarik untuk dikunjungi.   
IDENTIFIKASI KESESUAIAN LOKASI TEMPAT PEMAKAMAN UMUM DI KECAMATAN SINGKAWANG BARAT Dewi Ratna Juwita; Agustiah Wulandari; Gusti Zulkifli Mulky; Mira Sophia Lubis
Plano Madani : Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota Vol 13 No 1 (2024)
Publisher : Jurusan Teknik Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24252/jpm.v13i1.45810

Abstract

The distribution of locations for public cemeteries in West Singkawang Sub-District largely ignores the location suitability provisions based on Government Regulation Number 9 of 1987. One of them is the Al-Firdaus Islamic TPU in Tengah Kelurahan because it is close to settlements. The purpose of this study was to identify the suitability of the location of the distribution of public cemeteries in West Singkawang District and provide recommendations for locations for the provision of new public cemeteries. This study used a quantitative approach with overlay and scoring analysis techniques. The results of this study were obtained from six public cemeteries, only one of which had a "fairly appropriate" classification, namely Baitul Huda Islamic Public Cemetery and five other public cemeteries had a "less appropriate" classification. The recommendations for new locations for the provision of public cemeteries are outside Singkawang Barat District, namely in Central Singkawang District, North Singkawang District, and South Singkawang District.