Rr. Desire Meria Nataliningrum
Unknown Affiliation

Published : 2 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

FAKTOR RISIKO PAJANAN ERGONOMI DAN GANGGUAN MUSKULOSKELETAL PADA DOKTER GIGI DI KOTA CIMAHI JAWA BARAT Rr. Desire Meria Nataliningrum; Gemmy Sistarina
Medika Kartika : Jurnal Kedokteran dan Kesehatan Vol 4 No 4 (2021): Medika Kartika : Jurnal Kedokteran dan Kesehatan
Publisher : Fakultas Kedokteran Universitas Jenderal Achmad Yani

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (572.39 KB)

Abstract

Posisi kerja yang tidak ergonomis dapat menyebabkan gangguan muskuloskeletal. Dalam melakukan pekerjaannya, dokter gigi mengalami pajanan ergonomi cukup besar karena bekerja dalam posisi janggal, melakukan pekerjaan repetitif, menggunakan tenaga yang besar, dan menggunakan peralatan yang tidak ergonomis. Evaluasi pajanan ergonomi menggunakan kuesioner Baseline Risk Identification of Ergonomic Factor (BRIEF) memberikan gambaran risiko pajanan ergonomi yang diberikan oleh metode kerja, posisi kerja dan durasi kerja. Kuesioner Body Discomfort Map (BDM) merupakan alat bantu subjektif untuk menjelaskan bagian tubuh yang merasakan gangguan muskuloskeletal. Penelitian dilakukan dengan metode potong lintang bertujuan untuk mencari hubungan antara risiko pajanan ergonomi yang dialami oleh dokter gigi dengan bagian tubuh yang mengalami keluhan. Sebanyak 39 dokter gigi yang sudah mempunyai pengalaman praktik 1 tahun diambil secara simple random sampling di wilayah kota Cimahi . Hasil penelitian menunjukkan hubungan antara faktor risiko pajanan ergonomi dengan gangguan muskuloskeletal pada daerah tangan dan pergelangan tangan kanan (p=0,018) dan pada daerah leher (p=0,026). Hasil tersebut sesuai dengan pajanan ergonomi yang diterima oleh dokter gigi seperti gerakan repetitif, posisi kerja yang janggal, gerakan yang membutuhkan kekuatan, desain kerja yang kurang baik, dan frekuensi vibrasi yang tinggi, Pekerjaan dokter gigi sangat sering menggunakan tangan dan pergelangan tangan kanan untuk melakukan perawatan atau tindakan dengan posisi yang tidak fisiologis. Daerah leher adalah daerah yang mengikuti posisi tubuh saat melakukan gerakan menyamping untuk memeriksa pasien. Kesimpulan pajanan ergonomi mempunyai hubungan dengan keluhan gangguan muskuloskeletal yang dialami oleh dokter gigi pada bagian tangan dan pergelangan tangan kanan serta daerah leher. DOI : 10.35990/mk.v4n4.p409-420
PELAKSANAAN PROTOKOL KESEHATAN PADA MASA PANDEMI COVID-19 DI FASILITAS PELAYANAN KESEHATANKOTA CIMAHI JAWA BARAT INDONESIA Rr. Desire Meria Nataliningrum; Evi Sovia; Anita Liliana Susanti
Medika Kartika : Jurnal Kedokteran dan Kesehatan Vol 4 No 3 (2021): Medika Kartika : Jurnal Kedokteran dan Kesehatan
Publisher : Fakultas Kedokteran Universitas Jenderal Achmad Yani

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (288.127 KB)

Abstract

Terkait dengan penatalaksanaan pandemi Corona virus disesase-19 (Covid-19), Kementerian Kesehatan Republik Indonesia telah memberikan pedoman bagi tenaga kesehatan tentang pengelompokan risiko tenaga kesehatan di fasitas pelayanan kesehatan, bekerja pada masa pandemi,penelusuran tenaga kesehatan yang terkonfirmasi positif, dan koordinasi diantara petugas lintas instansi. Tenaga kesehatan yang bekerjadi Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) memiliki risiko tinggi penularan infeksi Covid-19. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran pelaksanaan protokol kesehatan pada masa pandemi Covid-19 yang dilakukan di 10 Puskesmas di Kota Cimahi. Penelitian menggunakan disain potong lintang dengan memberikan kuesioner dalam bentuk google form kepada Kepala Puskesmas. Hasil penelitian menunjukkan 8 dari 10 Puskesmas dikunjungi lebih dari 100 orang pengunjung terkait Covid-19. Area triase sebagai area skrining pasien hanya dimiliki oleh 7 Puskesmas, dan hanya 4 Puskesmas yang memberlakukan pengisian formulir self assessment pada pengunjung. Semua Puskesmas melakukan pemeriksaan suhu tubuh pada pengunjung sebelum memasuki ruangan Puskesmas. Akan tetapi hanya 1 puskesmas yang memiliki ruang isolasi. Lima puskesmas memberlakukan pemisahan area pasien dengan keluhan Infeksi Saluran Pernafasan Atas (ISPA). Semua puskesmas memberlakukan penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) sesuai dengan kelompok risiko tetapi hanya 2 puskesmas yang memiliki sistem pengawasan penggunaan APD. Sebagian puskesmas memiliki ruang khusus untuk memakai dan melepaskan APD. Sembilan Puskesmas memiliki prosedur penanganan limbah APD bekas pakai. Sistem rujukan pasien terkonfirmasi Covid-19 dimiliki oleh semua puskesmas. Namun demikian dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan protokol kesehatanpada masa pandemi Covid-19 di 10 Puskesmas di Kota Cimahi masih belum optimal. Disarankan kepada Kepala Puskesmas untuk meningkatkan pelaksanaan protokol kesehatan. DOI : 10.35990/mk.v4n3.p318-329