Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

TA’WIL DALAM EPISTEMOLOGI ULU Muhsin, M.
Kodifikasia Vol 7, No 1 (2013)
Publisher : Kodifikasia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Karya Imam al-Ghaza>li> yang berjudul Jawa>hir al-Qur’a>n, Fays}al al-Tafri>qahdan Qanu>n al-Ta’wi>l menjawab adanya dugaan absennya pemikiran al-Ghaza>li> di bidang ‘Ulu>m al-Qur’a>n. Khusus dalam Fays}al al-Tafri>qah danQanun> al-Ta’wil> , ia membahas teori dan kaidah ta’wil. Dalam konsepsi al-Ghaza>li> , bangunan dan struktur al-Qur’an terdiri dari ajaran kulit (al-S}adfwa al-Qas}r), dan ajaran inti: rahasia (Asra>r wa al-Jawha>r). Demikian jugailmu-ilmu al-Qur’an terdiri dari ilmu yang berkaitan dengan lapisan luar,ajaran kulit (al-Qas}r); dan ilmu yang berkaitan dengan permata (ilmuJawha>r). Posisi al-Ghazali sebagai seorang sufi acapkali menjadikan hatisebagai ukuran dalam melakukan ta’wil. Di sisi lain, dia menyatakan bahwaukuran penta’wilan adalah akal. Jika mengacu pada yang pertama, makata’wil al-Ghaza>li> bercorak ta’wil batini; dan jika mengacu pada yang keduaia bercorak ta’wil rasional. Bertolak pada latar belakang dan kegelisahanakademik tersebut, maka penelitian berfokus pada teori ta’wil al-Ghaza>li>.Penelitian ini mennggunakan metode berfikir deduktif, dengan teorihermeneutika teoritis dan teori ta’wil. Hermeneitika teoritis dimaksudkanuntuk ‚membaca‛ dan ‚mengungkap secara obyektif‛ pemikiran al-Ghaza>li>di bidang Ulu>m al-Qur’a>n , sedang alat yang akan digunakan untuk‚menilai‛ teori ta’wil al-Ghaza>li> adalah teori ta’wil. Berangkat dari teorita’wil al-Ghaza>li> yang bercorak rasional serta berada di bawah naungan teorikeilmuannya yang bercorak sufistik, bisa dikatakan teori ta’wilnyamerupakan teori ta’wil rasional batini. Itu terlihat dari prinsip ta’wilnya,yakni menjadikan akal sebagai pijakan penta’wilan; di sisi lain, pembagianal-Qur’an yang menjadi dua kategori: z}ahir dan batin, baik pada sisi strukturajarannya maupun sisi maknanya pada lafaz.
TA’WIL DALAM EPISTEMOLOGI ULUM AL-QUR’AN IMAM AL-GHAZALI Muhsin, M.
Kodifikasia Vol 7, No 1 (2013)
Publisher : IAIN PONOROGO

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (200.461 KB) | DOI: 10.21154/kodifikasia.v7i1.783

Abstract

Karya Imam al­Ghazali yang berjudul Jawahir al­Qur?an, Faysal al­Tafriqah dan Qanun al­Ta?wil menjawab adanya dugaan absennya pemikir an  al­Ghazali di bidang ?Ulum al­Qur?an. Khusus dalam Fays al al­Tafriqah dan Qanun al­Ta?wil, ia membahas teori dan kaidah ta?wil. Dalam konsepsi al­Ghazali , bangunan dan struktur al­Qur?an terdiri dari ajaran kulit (al­ Sadf wa al­ Qasr), dan ajaran inti: rahasia (Asrar wa al­Jawhar). Demikian juga ilmu­ilmu al­Qur?an terdiri dari ilmu yang berkaitan dengan lapisan luar, ajaran kulit (al­Qasr); dan ilmu yang berkaitan dengan permata (ilmu Jawhar). Posisi al­Ghazali sebagai seorang sufi acapkali menjadikan hati sebagai ukuran dalam melakukan ta?wil. Di sisi lain, dia menyatakan bahwa ukuran penta?wilan adalah akal. Jika mengacu pada yang pertama, maka ta?wil al­Ghazali bercorak ta?wil batini; dan jika mengacu pada yang kedua ia bercorak ta?wil rasional. Bertolak pada latar belakang dan kegelisah an akademik tersebut, maka penelitian berfokus pada teori ta?wil al­Ghazali. Penelitian ini mennggunakan metode berfikir deduktif, dengan teori hermeneutika teoritis dan teori ta?wil. Hermeneutika teoritis di maksud kan untuk ?membaca? dan ?mengungkap secara obyektif? pemikiran al­Ghazali dibidang Ulum al­Qur?an, sedang alat yang akan digunakan untuk ?menilai? teori ta?wil al­Ghazali adalah teori ta?wil. Berangkat dari teori ta?wil al­Ghazali yang bercorak rasional serta berada di bawah naungan teori keilmuannya yang bercorak sufistik, bisa dikatakan teori ta?wil nya merupakan teori ta?wil rasional batini. Itu terlihat dari prinsip ta?wilnya, yakni menjadikan akal sebagai pijakan penta?wilan; di sisi lain, pembagian al­Qur?an yang menjadi dua kategori zahir dan batin, baik pada sisi struktur ajarannya maupun sisi maknanya pada lafaz.