Linda Julianti Wijayadi
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara

Published : 2 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

Karakteristik kadar hidrasi kulit pada lansia di Panti Wreda Kristen Hana: Kajian terhadap pruritus Alvin Rinaldo; Linda Julianti Wijayadi; Sari Mariyati Dewi
Tarumanagara Medical Journal Vol. 1 No. 2 (2019): TARUMANAGARA MEDICAL JOURNAL
Publisher : Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24912/tmj.v1i2.3823

Abstract

Penuaan ialah proses degenerasi yang dialami oleh semua makhluk hidup, termasuk manusia. Setiap bagian tubuh manusia akan mengalami penuaan, termasuk kulit. Kulit akan mengalami penurunan produksi sebum, produksi keringat dan fungsi sawar kulit seiring bertambahnya usia. Penurunan tersebut akan mengakibatkan terjadinya kulit kering atau Xerosis. Xerosis akan memicu terjadinya keluhan pruritus. Pruritus merupakan gejala kulit tersering yang dialami oleh lansia. Pruritus kronik yang tidak ditangani dengan baik, akan mengganggu kualitas hidup seseorang. Beberapa faktor lain seperti jumlah asupan cairan, mandi, kebiasaan penggunaan sabun mandi antiseptik, pajanan sinar matahari, penggunaan pelembab, penyakit sistemik dan penggunaan obat-obatan sistemik juga berpengaruh terhadap keluhan pruritus. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui perbandingan kadar hidrasi kulit pada lansia yang mengalami pruritus dan tidak, yang selanjutnya diharapkan dapat menjadi acuan untuk penelitian lainnya. Kadar hidrasi kulit diukur menggunakan korneometer. Penelitian ini bersifat observasional analitik dengan desain potong lintang. Sejumlah 79 lansia dari penghuni panti menjadi subjek penelitian. Kadar hidrasi kulit lansia yang mengalami pruritus lebih rendah dibandingkan dengan yang tidak mengalami pruritus. Terdapat perbedaan yang bermakna secara statistik dengan uji t tidak berpasangan (sig 2-Tailed<0,01) antara kadar hidrasi kulit kelompok lansia yang mengalami keluhan pruritus dan yang tidak mengalami keluhan pruritus, sehingga penggunaan pelembab dapat disarankan pada kulit lansia yang kering untuk mencegah dan mengurangi keluhan pruritus.
Perbandingan kadar malondialdehid pada kasus akne vulgaris derajat ringan: Kajian terhadap premenstrual acne flare Karinnia Karinnia; Linda Julianti Wijayadi; Frans Ferdinal; David Limanan
Tarumanagara Medical Journal Vol. 1 No. 2 (2019): TARUMANAGARA MEDICAL JOURNAL
Publisher : Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24912/tmj.v1i2.3835

Abstract

Akne Vulgaris (AV) adalah suatu kelainan multifaktorial pada unit pilosebaseus, ditandai dengan komedo; papul; pustula; kista; dan nodul. Akne vulgaris diklasifikasikan menjadi derajat ringan, sedang, dan berat berdasarkan jumlah dan jenis lesinya. Stres oksidatif (SO) berperan dalam patogenesis AV dan kadarnya meningkat sesuai derajat keparahan AV. Malondialdehid (MDA) yaitu hasil proses degenerasi lemak tak jenuh ganda merupakan petanda SO yang paling sering digunakan. Selama 2/3 siklus menstruasi yaitu pada hari ke-9 sampai hari ke-24, wanita mengalami SO. Hal ini mungkin berkaitan dengan premenstrual acne flare yang paling sering terjadi saat seminggu sebelum menstruasi. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis karakteristik kadar MDA yang dikaitkan dengan ada tidaknya premenstrual acne flare. Subjek penelitian berusia antara 18-21 tahun dan memiliki AV derajat ringan, dibagi menjadi dua kelompok (n=12/kelompok): kelompok dengan dan tanpa premenstrual acne. Pada kedua kelompok dilakukan pengukuran kadar MDA menggunakan metode Wills ED pada hari ke-1 dan hari ke-21 siklus menstruasi. Hasil penelitian menunjukkan kadar MDA pada kelompok dengan premenstrual acne flare lebih tinggi daripada kelompok tanpa premenstrual acne flare meskipun tidak bermakna secara statistik. Terdapat hubungan yang signifikan (R2= 0,4161 dan p<0,05) serta hubungan yang tidak signifikan (R2= 0,3065 dan p>0,05) antara kedua kelompok berturut-turut pada hari ke-1 serta hari ke-21 siklus menstruasi. Hal ini menandakan terdapat faktor yang sama yang dapat mempengaruhi kadar MDA pada kedua kelompok subyek penelitian.