Claim Missing Document
Check
Articles

Found 5 Documents
Search

Hubungan status kognitif dengan tingkat kualitas hidup lansia di Panti Sosial Tresna Wreda Kota Bengkulu Pussof Yayazucah Titanic; Marcella Erwina Rumawas
Tarumanagara Medical Journal Vol. 4 No. 1 (2022): TARUMANAGARA MEDICAL JOURNAL
Publisher : Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24912/tmj.v4i2.17721

Abstract

Kualitas hidup merupakan persepsi individu tentang posisi mereka dalam kehidupan dalam konteks budaya dan sistem nilai, di mana mereka hidup dan dalam kaitannya dengan tujuan, harapan, standar, dan kekhawatiran mereka. Kualitas hidup dapat dipengaruhi berbagai faktor termasuk fungsi kognitif, yaitu suatu kemampuan penafsiran dan pengenalan individu terhadap lingkungan seperti memori, bahasa, perhatian, serta fungsi memutuskan. Pada lansia, terganggunya fungsi kognitif diduga dapat mempengaruhi kualitas hidup. Tujuan studi ini untuk mengetahui hubungan antara status kognitif dengan tingkat kualitas hidup lansia di Panti Sosial Tresna Werdha, Bengkulu.  Studi ini melibatkan 35 responden yang dipilih dengan metode non-random consecutive sampling.  Data dikumpulkan melalui wawancara, menggunakan kuesioner Mini-Mental State Examination (MMSE) untuk menilai status kognitif dan World Health Organization Quality of Life (WHOQOL-BREF) untuk menilai kualitas hidup. Data dianalisa menggunakan metode statistik Fisher- exact test.   Dari total 35 responden, 28  (80%) responden mengalami gangguan kognitif dan 21 (75%)  responden diantaranya dengan kualitas hidup buruk; sedangkan dari 7 (20%) responden yang tidak mengalami gangguan kognitif, terdapat 2 (28,8%) responden diantaranya dengan kualitas hidup buruk.  Hasil studi didapatkan hubungan yang bermakna antara status kognisi dan kualitas hidup, lansia yang mengalami gangguan kognitif berisiko memiliki kualitas hidup buruk 2,67 kali lebih besar dari pada lansia yang tidak mengalami gangguan kognitif (PR = 2,67, nilai p = 0,033). 
PENERAPAN KRITERIA SINDROM KERENTAAN PADA LANSIA DI SENTRA VAKSINASI COVID-19 DOSIS LANJUTAN UNIVERSITAS TARUMANAGARA Marcella Erwina Rumawas; Noer Saelan Tadjuddin; Shirly Gunawan; Zita Atzmardina
Jurnal Bakti Masyarakat Indonesia Vol. 5 No. 3 (2022): Jurnal Bakti Masyarakat Indonesia
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Universitas Tarumanagara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24912/jbmi.v5i3.20393

Abstract

The advanced dose of COVID-19 vaccination aims to maintain the level of immunity and extend the period of protection against SARS-CoV-2 virus infection, given especially to vulnerable groups of people, one of which is the elderly. Currently, the number of elderly people receiving COVID-19 vaccination is still inadequate, partly due to public misinformation regarding the side effects of post-vaccination in the elderly. It has been known that vaccination in the elderly must be carried out with extra care because of the frailty of the elderly.  Therefore, to ensure that vaccination for the elderly is effective and optimal, the feasibility of receiving a COVID-19 vaccination needs to be determined through screening for frailty syndromes. The advanced-dose COVID-19 Vaccination Center at Tarumanagara University, in partnership with the Grogol Petamburan District Health Center, West Jakarta, was held on February 2-4, 2022. Besides the general criteria for vaccination, which included history of diseases and the results of measuring body temperature and blood pressure, the medical team from the Faculty of Medicine Tarumanagara University applied the criteria for frailty syndrome to the elderly, namely difficulty climbing 10 stairs or walking 100-200 meters, often feeling tired, have at least 5 of 11 chronic diseases and experienced significant weight loss in the past year. Elderly was not eligible to receive COVID-19 vaccine if there were >2 conditions of vulnerability were found.  Of the 45 elderly who took part in the activity, none had a frailty condition >2, so a further dose of COVID-19 vaccination could be given. ABSTRAK: Vaksinasi COVID-19 dosis lanjutan bertujuan untuk mempertahankan tingkat kekebalan serta memperpanjang masa perlindungan terhadap infeksi virus SARS-CoV-2, diberikan terutama pada kelompok masyarakat rentan, salah satunya adalah lansia. Saat ini jumlah lansia yang menerima vaksinasi COVID-19 belum memadai, diantaranya disebabkan media informasi publik mengenai efek samping pasca vaksinasi pada lansia.  Telah diketahui bahwa vaksinasi pada lansia harus dilakukan dengan ekstra hati-hati karena adanya kondisi kerentaan (frailty) pada lansia.  Sebab itu, untuk memastikan pemberian vaksinasi pada lansia efektif dan optimal, kelayakan menerima vaksinasi COVID-19 perlu ditentukan melalui penapisan sindrom kerentaan.  Sentra Vaksinasi   COVID-19 dosis lanjutan di Universitas Tarumanagara, bermitra dengan Puskesmas Kecamatan Grogol Petamburan Jakarta Barat, diselenggarakan pada tanggal 2-4 Februari 2022. Selain kriteria umum layak vaksinasi yang mencakup hasil pengukuran suhu tubuh dan tekanan darah serta riwayat penyakit, tim medis dari Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara menerapkan kriteria sindrom kerentaan pada sasaran lansia, yaitu kesulitan naik 10 anak tangga, kesulitan berjalan 100-200 meter, sering merasa kelelahan, memiliki minimal 5 dari 11 penyakit kronik dan mengalami penurunan berat badan yang bermakna dalam setahun terakhir.  Jika didapatkan >2 kondisi kerentaan, maka lansia belum layak divaksinasi COVID-19. Dari 45 lansia yang menghadiri kegiatan tersebut, tidak didapatkan lansia dengan kondisi renta >2 sehingga dinyatakan layak diberikan vaksinasi COVID-19 dosis lanjutan.  
PREVALENSI MULTIMORBIDITAS, KEBUTUHAN PERAWATAN DAN KETERBATASAN AKTIVITAS PADA LANSIA DI JAKARTA Marcella Erwina Rumawas; Imam Bukhori
Ebers Papyrus Vol. 29 No. 1 (2023): EBERS PAPYRUS
Publisher : Medical Faculty Universitas Tarumanagara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24912/ep.v29i1.23964

Abstract

Latar Belakang: Multimorbiditas, yaitu didapatkannya dua atau lebih kondisi medis pada individu dalam waktu bersamaan, merupakan masalah kesehatan yang sering ditemukan pada lansia. Adanya multimorbiditas dapat menyebabkan peningkatan kebutuhan perawatan dan membatasi aktivitas sehari-hari. Di Indonesia, informasi mengenai multimorbiditas pada lansia masih sangat minim. Tujuan penelitian ini adalah diketahuinya prevalensi multimorbiditas, kebutuhan perawatan dan keterbatasan aktivitas pada lansia di Jakarta. Metode: Penelitian deskriptif potong lintang meliputi subyek lansia usia ≥60 tahun yang dipilih secara non-random konsekutif dengan menerapkan kriteria seleksi pada anggota komunitas yayasan Al-Madiniyah, Jakarta Barat. Pengumpulan data menggunakan kuesioner Self–Administered Comorbidity Questionnaire (SCQ), yang terdiri dari 12 kondisi medis tertentu dan maksimal 3 kondisi medis tersering lainnya, disertai informasi mengenai kebutuhan perawatan dan keterbatasan aktivitas untuk setiap kondisi medis. Hasil: Didapatkan prevalensi multimorbiditas sebesar 60% pada 40 subyek lansia (minimal 2 dan maksimal 6 multimorbiditas), terutama pada perempuan (87,5%), usia 60-69 tahun (66,7%), menikah (55%), tidak tamat sekolah dasar/tidak sekolah (58,3%) dan ibu rumah tangga (70,8%). Pada 24 subyek lansia dengan multimorbiditas, kondisi medis tersering adalah penyakit sendi (70,8%), gangguan lambung (62,5%) dan nyeri punggung (58,3%), yang mana 79,8% membutuhkan perawatan dan 20,8% mengalami keterbatasan aktivitas. Kesimpulan: Penelitian ini menunjukkan adanya kebutuhan perawatan dan keterbatasan aktivitas pada lansia dengan multimorbiditas.
PERBEDAAN RERATA TEKANAN DARAH SISTOLIK SEBELUM DAN SESUDAH 30 MENIT KONSUMSI KOPI PADA SUBJEK USIA DEWASA Margi Lestari; Alfianto Martin; Marcella Erwina Rumawas; Kenny Jose Christopher Tjandra; Emia Debora Karo-Karo
Jurnal Muara Medika dan Psikologi Klinis Vol. 2 No. 2 (2022): Jurnal Muara Medika dan Psikologi Klinis
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Universitas Tarumanagara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24912/jmmpk.v2i2.24636

Abstract

Salah satu faktor eksternal yang memengaruhi peningkatan tekanan darah adalah konsumsi kopi. Hal tersebut menyebabkan tekanan darah serta pengendaliannya sangat penting dilakukan terutama jika dikonsumsi secara berkepanjangan. Kopi bersifat psikostimulan karena dapat mengubah suasana hati dan efek menyegarkan tubuh, namun kafein yang merupakan kandungan utama kopi dapat memberikan efek terhadap tekanan darah. Konsumsi kafein dengan dosis 300 mg dapat memengaruhi tekanan darah sistolik sebesar 5-15 mg. Penelitian ini bertujuan mengetahui apakah terdapat perbadaan rerata tekanan darah sebelum dan 30 menit setelah konsumsi kopi. Sampel penelitian adalah subjek dengan usia di atas 18 tahun. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan desain pretest-posttest design. Pengambilan sampel dilakukan dengan cara consecutive non-random sampling. Pengukurantekanan darah dilakukan pada sebelum dan 30 menit sesudah konsumsi kopi. Hasil pengukuran dilakukan analisis statistik dengan paired sample T-test dengan tingkat kemaknaan 95%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 34 dari 50 responden (68%) rutin konsumsi kopi. Rerata tekanan darah sistolik sebelum konsumsi kopi adalah 131,98 ± 19,58 mmHg. Tekanan darah sistolik 30 menit setelah konsumsi kopi adalah sebesar 128,38 ± 16,37 mmHg. Kesimpulan penelitian ini adalah terdapat perbedaan rerata signifikan dari tekanan darah sistolik sebelum dan 30 menit setelah konsumsi kopi. Konsumsi kopi menurunkan tekanan darah sistolik dan bermakna secara statistik.
Pengetahuan Dan Sikap Tentang Higiene Pangan Pada Pedagang Makanan Di Wilayah Kelurahan Tomang, Jakarta Barat Adelia Helmi Pratiwi; Marcella Erwina Rumawas
Ebers Papyrus Vol. 29 No. 2 (2023): EBERS PAPYRUS
Publisher : Medical Faculty Universitas Tarumanagara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24912/ep.v29i2.27216

Abstract

Di Indonesia terutama di kota-kota besar, tidak sulit menemukan pedagang makanan baik warung, kaki lima maupun keliling. Selain mudah ditemukan, pilihan menu yang bervariasi, rasa yang lezat dan harganya yang relatif lebih terjangkau membuat banyak orang mengonsumsinya. Lokasi pedagang makanan di sisi jalan raya pada area yang padat dapat mengontaminasi makanan/minuman yang dijual dan menyebabkan terjadinya penyakit akibat kontaminasi makanan atau disebut juga dengan foodborne disease (FBD). Masalah keamanan pangan atau food safety (FS) diduga berpengaruh terhadap meningkatnya jumlah kasus FBD terutama diare, bahkan hingga kematian. Perilaku pedagang makanan mengupayakan pangan aman dikonsumsi, didasarkan pada pengetahuan & sikapnya tentang higiene pangan terutama FBD maupun FS. Penelitian deskriptif cross-sectional ini bertujuan untuk mengetahui tingkat pengetahuan dan sikap pedagang makanan terhadap praktik higiene pangan. Penelitian ini diikuti oleh 100 pedagang yang berjualan makanan/minuman secara menetap atau keliling di wilayah Kelurahan Tomang, Jakarta Barat, yang direkrut secara consecutive sampling dan diwawancarai dengan panduan kuesioner. Hasil penelitian ini didapatkan mayoritas responden memiliki tingkat pengetahuan yang baik tentang FBD (58%) dan FS (93%), dan sikap terhadap FS yang cukup (62%). Diperlukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui faktor-faktor yang dapat memengaruhi tingkat pengetahuan dan sikap pedagang makanan terhadap praktik higiene pangan serta besar pengaruhnya dalam menurunkan kasus FBD.