p-Index From 2019 - 2024
0.961
P-Index
This Author published in this journals
All Journal Jurnal Kewarganegaraan
Gathut Imam Gunadi
Universitas Pertahanan Republik Indonesia

Published : 6 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 6 Documents
Search
Journal : Jurnal Kewarganegaraan

Fenomena Lemahnya Supply Chain Industri Pertahanan Dalam Konteks Nasionalisme Gathut Imam Gunadi
Jurnal Kewarganegaraan Vol 6 No 1 (2022): 1 Januari - 30 Juni 2022 (In Press)
Publisher : UNIVERSITAS PGRI YOGYAKARTA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (633.17 KB) | DOI: 10.31316/jk.v6i1.2718

Abstract

AbstrakPada dasarnya, Indonesia telah menerapkan metode Supply Chain dalam Industri pertahanan negara. Namun, masih ada kendala dalam implementasi rantai pasokan tersebut. Tulisan ini bertujuan untuk menganalisa supply chain industri pertahanan nasional untuk memperkuat Industri Pertahanan Nasional. Metode SWOT (Strengths, Weaknesses, Opportunities, Threats) merupakan analisa yang digunakan dalam penulisan ini. Kajian ini diharapkan dapat memberikan analisis terhadap optimalisasi implementasi supply chain industri pertahanan. Hasil analisis faktor internal diperoleh 4 aspek kekuatan dan 4 aspek kelemahan. Analisis hasil faktor eksternal diperoleh 4 aspek peluang dan 4 aspek ancaman. Analisis hasil matriks ditemukan bahwa strategi yang sesuai dengan kebijakan pelaksanaan supply chain industri pertahanan adalah strategi ST. Strategi ST terdiri dari penyesuaian kualitas produk, sinergitas dengan kualitas produk supplier dengan kualitas produk bahan baku yang baik, manajemen supply chain yang sesuai dengan kebutuhan, peningkatan kualitas dan produktivitas secara terus-menerus.Kata kunci: Supply Chain, Industri Pertahanan, SWOT (Strength, Weakness, Opportunity, Threat) AbstractBasically, Indonesia has applied the Supply Chain method in the national defense industry. However, there are still obstacles in implementing the supply chain. This paper aims to analyze the supply chain of the national defense industry to strengthen the National Defense Industry. The SWOT (Strengths, Weaknesses, Opportunities, Threats) method is the analysis used in this paper. This research is designed to give an examination of supply chain optimization in the defense industry The investigation of internal components yielded four areas of strength and four areas of weakness. The results of the external factors analysis yielded four aspects of opportunities and four elements of threats.. The ST approach, according to the matrix results, is the one that is in line with the policy of implementing the defense industry supply chain. Adjusting product quality, synergy with supplier product quality with good quality raw material goods, supply chain management based on needs, and ongoing quality and productivity development are all part of the ST approach.Keywords: Supply Chain, Defense Industry, SWOT (Strength, Weakness, Opportunity, Threat)
Peran Penting Tentara Sukarela Pembela Tanah Air (PETA) Dalam Perjuangan Meraih Kemerdekaan Indonesia Gathut Imam Gunadi; Beny Budhi Septyanto; Unggul Satrio Yudhotomo
Jurnal Kewarganegaraan Vol 6 No 1 (2022): 1 Januari - 30 Juni 2022 (In Press)
Publisher : UNIVERSITAS PGRI YOGYAKARTA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (544.709 KB) | DOI: 10.31316/jk.v6i1.2724

Abstract

AbstrakDidalam Perjalanan sejarah pergerakan bangsa Indonesia untuk dapat mencapai kemerdekaan negara Indonesia dapat kita ketahui bahwa serangkaian peristiwa tersebut awalnya terjadi sejak terlaksananya Kebangkitan Nasional yang terjadi pada tanggal 20 Mei 1908, seteleh itu disusul oleh peristiwa yang tak kalah pentingnya yaitu lahirnya Sumpah Pemuda yang pelaksanaannya terjadi pada tanggal 28 Oktober 1928. Tidak sampai disitu saja, terdapat juga kegiatan perjuangan politik yang dilakukan oleh para tokoh-tokoh Nasionalis melalui pengembangan organisasi atau partai politik. Selama terjadinya pergerakan kebangsaan tersebut yang dilakukan oleh tokoh-tokoh Indonesia masih belum mampu untuk membentuk sebuah kekuatan militer bangsa Indonesia yang kedepannya diperlukan untuk dapat mendukung perjuangan mewujudkan cita-cita politik Indonesia Merdeka. Sejarah perjuangan kemerdekaan indonesia tidak bisa dipisahkan dari peran keberadaan tentara Pembela Tanah Air (PETA). Tentara PETA merupakan pasukan pembela tanah air yang berupa tentara sukarelawan yang diisi oleh pemuda-pemuda Indonesia. Pada awalnya pembentukan pasukan PETA dari bantuan Jepang ini bertujuan untuk mempertahankan wilayahnya dari serangan tentara Sekutu, namun bangsa Indonesia melihat pembentukan Tentara PETA itu sebagai persiapan menuju Indonesia Merdeka. Bisa dikatakan bahwa tentara Pembela Tanah Air (PETA) merupakan modal utama kekuatan Tentara Keamanan Rakyat yang akhirnya dikemudian hari bertransformasi menjadi Tentara Nasional Indonesia.Kata kunci: Perjuangan Kemerdekaan, Gerakan Kebangsaan, PETA. AbstractWe can learn from the historical journey of the Indonesian nation's movement to achieve independence of the Indonesian state that this series of events began with the implementation of the National Awakening on May 20, 1908, and was followed by an equally important event, namely the birth of the Youth Pledge on October 28, 1928. It didn't stop there; Nationalist figures were also involved in political warfare through the formation of political organizations or parties. During the national movement led by Indonesian personalities, they were unable to build a military force for the Indonesian country, which would be required in the future to support the struggle to achieve Indonesia's democratic goals. The participation of the Pembela Tanah Air (PETA) army in the war for Indonesian independence cannot be separated from the history of the struggle. The PETA army is a volunteer army made up of Indonesian youngsters that serves as a homeland defense force. The construction of the PETA forces with Japanese support was initially intended to defend their area against Allied attacks, but the Indonesians envisioned the PETA Army as a precursor to an independent Indonesia. The Pembela Tanah Air (PETA) army might be considered the major capital of the People's Security Army, which later became the Indonesian National Army.Keywords: Struggle for Independence, National movement, PETA.
Analisis Pemenuhan Kebutuhan Munisi Kaliber Kecil (MKK) Dalam Negeri Dengan Metode SWOT Beny Budhi Septyanto; Gathut Imam Gunadi; Manan Manan
Jurnal Kewarganegaraan Vol 6 No 1 (2022): 1 Januari - 30 Juni 2022 (In Press)
Publisher : UNIVERSITAS PGRI YOGYAKARTA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (707.924 KB) | DOI: 10.31316/jk.v6i1.2757

Abstract

AbstrakPemenuhan kebutuhan munisi perorangan pada operasi tempur adalah sangat besar terutama Munisi Kaliber Kecil (MKK). Jumlah munisi operasional harus siap di gudang munisi kesatuan sesuai dengan jumlah prajuritnya dikalikan dengan 3 (tiga) kali munisi bekal pokok (BP) tempur ditambah munisi latihan yang digunakan untuk memelihara dan meningkatkan kemampuan menembak prajurit. Untuk memenuhi kebutuhan pertahanan negara dibutuhkan munisi hingga 1.300 juta butir MKK per tahun yang rencananya sudah diajukan oleh Menteri Pertahanan RI pada awal tahun 2020. PT Pindad (Persero) adalah Badan Usaha Milik Negara Strategis yang merupakan salah satu industri pertahanan nasional yang memproduksi munisi dari bebagai jenis dan kalibernya, termasuk munisi kaliber kecil 5.56 mm standar NATO, yang sampai dengan tahun 2018 hanya mampu memproduksi sebanyak 165 ribu butir MKK per tahun, kapasitas produksi yang sangat kurang untuk memenuhi kebutuhan MKK dalam negeri. Keterbatasan ini disebabkan oleh mesin produksi yang sudah tua dan hampir seluruh bahan bakunya produk impor. Sejak akhir 2019 PT Pindad (Persero) Divisi munisi diperluas prasarana produksinya dan menambah mesin produksinya dengan target penambahan kapasitas menjadi maksimal 275 juta butir MKK per tahun (Warta Pindad, 2019). Penelitian dilakukan menggunakan metode kualitatif dengan bertanya/ konfirmasi (Bukan wawancara) dan diskusi kepada Staf Ahli Bidang Kerjasama KKIP; serta melalui pengumpulan data sekunder dan literatur yang didapat. Data yang ada itu kemudian dapat untuk digunakan didalam menentukan suatu indikator-indikator pada Manufacturing Readiness Level (MRL) yang memenuhi serta melakukan analisa faktor-faktor pada produksi munisi yang menurut metoda SWOT menjadi kekuatan, kelemahan, kesempatan dan ancaman jika supply chain management pada data-data yang ada tersebut diimplementasikan; menggunakan suatu metoda yaitu metoda analisis SWOT. Dari hasil pengolahan data yang sudah di analisis menjelaskan bahwa fenomena lemahnya Chain Supply Industri Pertahanan Indonesia memang ada tapi akan dapat diminimlisir. Selanjutnya, kesimpulan yang didapatkan melalui analisis SWOT yaitu: mengajukan saran yang ditujukan kepada kepada pemerintah untuk dapat mendukung  setiap langkah yang diterapkan.supply chain management.Kata kunci: Manufacturing Readiness Level , supply chain management,munisi bekal pokok AbstractThe fulfillment of individual munitions needs in combat operations is very large, especially Small Caliber Munitions (MKK). The number of operational munitions must be ready in the unitary munitions warehouse in accordance with the number of soldiers multiplied by 3 (three) times basic combat ammunition (BP) plus training munitions used to maintain and improve the shooting ability of soldiers. To meet the country's defense needs, up to 1,300 million MKK rounds per year are needed which are planned to have been proposed by the Indonesian Minister of Defense in early 2020. PT Pindad (Persero) is a Strategic State-Owned Enterprise which is one of the national defense industries that produces munitions of various types and calibers, including small caliber 5.56 mm NATO standard munitions, which until 2018 were only able to produce as many as 165 thousand MKK rounds per year. years, the production capacity is very less to meet the needs of domestic MKK. This limitation is caused by old production machines and almost all of the raw materials are imported products. Since the end of 2019 PT Pindad (Persero) the munitions division has expanded its production infrastructure and added its production machines with a target of increasing capacity to a maximum of 275 million MKK grains per year (Warta Pindad, 2019). The research was conducted using a qualitative method by asking/confirming (not interviewing) and discussing with the Expert Staff for Cooperation in KKIP; as well as through the collection of secondary data and literature obtained. The existing data can then be used in determining an indicator at the Manufacturing Readiness Level (MRL) that meets and analyzes the factors in the production of munitions which according to the SWOT method are strengths, weaknesses, opportunities and threats if supply chain management on the data -the existing data is implemented; using a method, namely the SWOT analysis method. From the results of data processing that has been analyzed, it is explained that the phenomenon of the weakness of the Indonesian Defense Industry Supply Chain does exist but can be minimized. Furthermore, the conclusions obtained through the SWOT analysis are: submit suggestions addressed to the government to be able to support each step that is implemented. supply chain management.Keywords: Manufacturing Readiness Level, supply chain management, basic ammunition
Memupuk Nasionalisme Dalam Industri Pertahanan Manan Manan; Gathut Imam Gunadi; George Royke Deksino
Jurnal Kewarganegaraan Vol 6 No 2 (2022): September 2022
Publisher : UNIVERSITAS PGRI YOGYAKARTA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (240.012 KB) | DOI: 10.31316/jk.v6i2.3025

Abstract

AbstrakDalam mewujudkan komitmen dalam membangun kapabilitas dalam bidang pertahanan, Indonesia melakukan berbagai upaya dalam menetapkan sasaran pokok jangka panjang untuk membangun kemandirian industri pertahanan. Salah satu upaya yang dilakukan adalah menerbitkan UU no. 16 Tahun 2012 tentang Industri Pertahanan. Tidak hanya itu saja, Pemerintah juga sudah membentuk Komite Kebijakan Industri pertahanan atau sering disebut dengan KKIP yang bertugas mewujudkan kemandirian Industri pertahanan yang menghubungkan kedua belah pihak yang mmbutuhkan yaitu Alpalhankam dan bagian pengembangan industri strategis dalam negeri. Nasionalisme dalam bidang Industri pertahanan mempunyai kemampuan memproduksi Alpalhankam yang tidak bergantung pada negara lain merupakan target pemerintah Indonesia dalam bidang industri pertahanan yang ada di Indonesia. Meskipun demikian, masih terdapat beberapa tantangan dalam pemenuhan kebutuhan militer dengan melihat kapasitas industri pertahanan yang ada di Indonesia. Salah satu strategi lainnya adalah dengan membangun dan menanamkan nilai nasionalisme dalam industri pertahanan sehingga upaya tersebut dapat membangun industri pertahanan nasional yang tidak hanya mengembangkan Alpalhankam melalui pengadaan namun juga melalui pemberdayaan industri pertahanan dengan cara penanaman rasa nasionalisme dan bela negara.Kata Kunci: Nasionalisme, Industri Pertahanan, Alpalhankam AbstractIndonesia is currently trying to realize its commitment to building defense capabilities by setting long-term main goals to build the independence of the defense industry. In addition to issuing Law no. 16 of 2012 concerning the Defense Industry, the government also established the Defense Industry Policy Committee (KKIP) which is tasked with realizing the independence of the defense industry by bridging the needs of Alpalhankam and the development of domestic strategic industries. The military embargo imposed by the United States from 1995 to 2005 has made the Indonesian government aware of the importance of the nationalism of strategic industries for the defense system. The nationalism of the defense industry or the ability to produce its defense and security equipment without relying on other countries is one of the targets of the Indonesian government in the defense sector. Nevertheless, there are still some challenges in meeting military needs with the capacity of the defense industry. One strategy in responding to these challenges is to build and instill the values of nationalism in the defense industry so that efforts to empower the national defense industry will not only develop defense equipment through procurement but also through empowering the defense industry by inculcating the values of nationalism in the people involved. in the whole process of activities in the defense industry to state revenue.Keywords: Nationalism, Defense industry, Alpalhankam.
Material Lapisan Anti-Radar untuk Menyamarkan Kawasan Strategis dan Sarana Pendukung Militer (Markas TNI, Hanggar pesawat tempur, Hanggar Tank dan Gudang Amunisi) Hadi Sulistiyo; Moh. Fakhruddin Farhan; Nadia Aurora Soraya; Gathut Imam Gunadi
Jurnal Kewarganegaraan Vol 6 No 4 (2022): Desember 2022
Publisher : UNIVERSITAS PGRI YOGYAKARTA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (321.271 KB) | DOI: 10.31316/jk.v6i4.4223

Abstract

Abstrak Kemajuan teknologi beriringan dengan kemajuan ancaman. Teknologi memudahkan kehidupan manusia, di samping itu muncul ancaman mengikuti perkembangan teknologi. Berkaitan dengan kawasan strategis nasional khususnya kawasan atau pangkalan militer dan sarana pendukungnya, teknologi bisa berperan dalam menjaga dan meningkatkan pertahanan dan keamanan dalam kegiatan-kegiatan berkaitan pertahanan negara. Namun teknologi juga bisa mengancam keamanan kawasan militer dan sarana pendukungnya yang berdampak pada pertahanan negara. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengkaji rekayasa material anti radar yang dapat dipergunakan untuk menyamarkan kawasan militer dan sarana pendukungnya guna menghindari tangkapan atau deteksi radar musuh melalui studi kepustakaan yaitu dengan mengumpulkan informasi terkait topik bahasan yang ada pada buku, artikel ilmiah, dokumen, maupun berbagai sumber tertulis lainnya yang relevan terkait material lapisan anti-radar. Hasil penelitian pemanfaatan material komposit laminasi dengan lapisan berstruktur nano yang diaplikasikan pada struktur bangungan dengan energi radiasi datang pada 8 GHz hingga 12 GHz memungkinkan penetrasi radiasi elektromagnetik ke dalam material dengan penyerapan hingga sekitar 90% dari energi gelombang elektromagnetik yang datang dikarenakan adanya CNT yang digunakan dalam lapisan berstruktur nano berfungsi mengubah impedansi material, menjadi Radar Absorbing Material (RAM) yang efektif. Kata Kunci: Kemajuan Teknologi, Kawasan Strategis, Militer, Radar Absorbing Material (RAM) Abstract Advances in technology go hand in hand with advances in threats. Technology facilitates human life, in addition, threats arise following technological developments. In relation to national strategic areas, especially military areas or bases and their supporting facilities, technology can play a role in maintaining and improving defense and security in activities related to national defense. However, technology can also threaten the security of military areas and their supporting facilities which have an impact on national defense. The purpose of this research is to examine the engineering of anti-radar materials that can be used to disguise military facilities, supporting facilities, and defense equipment to avoid the capture or detection of enemy radars through literature studies, namely by collecting information related to the topic of discussion in books, scientific articles, documents, and various other relevant written sources related to anti-radar coating materials. Studies on the use of laminated composite materials with nanostructured coatings applied to building structures at incident radiant energies between 8 GHz and 12 GHz have shown that up to about 90% of the incident electromagnetic energy can be absorbed, rendering the material radiant. can be passed through. This is due to the CNTs being used in nanostructured coatings that change the impedance of the material, making it an effective radar absorbing material (RAM). Keywords: Advances in technology, strategic areas, Radar Absorbing Material (RAM)
Konsep Sistem Pengadaan Munisi Kaliber Kecil Mendukung Logistik Wilayah Pertahanan Ibukota Negara Nusantara Waskito Dwiwicaksoputro; Gathut Imam Gunadi; Kasim
Jurnal Kewarganegaraan Vol 6 No 4 (2022): Desember 2022
Publisher : UNIVERSITAS PGRI YOGYAKARTA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31316/jk.v6i4.4495

Abstract

Abstrak Persiapan keamanan yang dilakukan Indonesia dalam perspektif persiapan logistik untuk mendukung kekuatan TNI dalam melaksanakan tugasnya salah satunya adalah keberadaan munisi kaliber kecil. Munisi Kaliber Kecil adalah proyektil padat yang terbuat dari logam yang ditembakkan dari senjata. Untuk mengetahui bagaimana gambaran besar pengadaan amunisi kaliber kecil dalam memperkuat pertahanan ibu kota negara Nusantara, penelitian ini menganalisis mengenai desain sistem yang tepat dalam pengadaan munisi kaliber kecil serta proses pengadaan munisi kaliber kecil untuk mendukung logistik di Ibu Kota Negara Nusantara. Pengadaan munisi kaliber kecil dimaksudkan sebagai penguatan sistem pertahanan dan keamanan IKN Nusantara. Dengan pendekatan system thinking dan analisis SWOT, dilakukan kajian lebih lanjut pada skema sistem pengadaan munisi kaliber kecil. Sistem yang ada saat ini sudah baik, namun tidak berarti tak ada ruang perbaikan. Kata Kunci: Analisis SWOT, Pengadaan Munisi, System Thinking