Vebby Tifanny
Mahasiswa Magister Desain Produk Universitas Trisakti

Published : 1 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 1 Documents
Search

BUSANA PENGANTIN AESAN GEDE (TENUN SONGKET DAN AKSESORIS) PADA UPACARA PERNIKAHAN ADAT PALEMBANG SUMATERA SELATAN Vebby Tifanny; Nanang Rizali; Ganal Rudiyanto
Jurnal Seni dan Reka Rancang: Jurnal Ilmiah Magister Desain Vol. 1 No. 2 (2019): Jurnal Seni & Reka Rancang: Jurnal Ilmiah Magister Desain
Publisher : Universitas Trisakti

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (320.475 KB) | DOI: 10.25105/jsrr.v1i2.6735

Abstract

The fabric known as Palembang songket weaving (hand-woven brocade, intricate patterned with gold thread) features high cultural evidence, because the songket is associated with various things such as high sales value, high quality fabrics made of silk and gold, and duration the time it takes to make it. Songket contains a certain meaning that shows how the use and level of people who wear it. Songket tent first appeared in Ki Gede Ing Suro area and later developed to experience various changes in the type of yarns used to make Aesan Gede cloth used in traditional Palembang wedding ceremonies, while the inside of songket remains unchanged. There are a number of elements that characterize Palembang songket. The problems discussed in this research are the background of Palembang songket in the traditional wedding procession of Palembang, the form and accessories of Aesan Gede in the procession of wedding custom, and the philosophical and symbolic meaning contained in Aesan Gede clothes used in the traditional wedding procession of Palembang. The purpose of this study is to examine the role of songket cloth in the customary wedding procession of Palembang. This study used descriptive qualitative method. The results showed that: first, the background of the creation of Palembang songket cloth in the ceremony of marriage is influenced by the aristocracy in the era of Sriwijaya kingdom. At that time songket should only be used by the King and Queen. Secondly, Palembang songket used in the ceremony procession of Palembang's traditional wedding ceremony is Aesan Gede and Aesan Paksangkong. Each dress has different characteristics. Third, Aesan Gede dress worn during traditional wedding ceremonies of Palembang, contains important philosophical and symbolic meaning.  AbstrakKain yang dikenal sebagai tenun songket Palembang (brokat tenunan tangan, bercorak rumit dengan benang emas) menampilkan bukti budaya yang tinggi, karena kain songket ini terkait dengan berbagai hal seperti nilai penjualannya yang tinggi, kualitas kainnya yang tinggi terbuat dari sutera dan emas, dan lamanya waktu yang dibutuhkan untuk membuatnya. Songket berisi makna tertentu yang menunjukkan bagaimana penggunaannya dan tingkat orang yang memakainya. Tenda songket pertama kali muncul di kawasan Ki Gede Ing Suro dan kemudian berkembang untuk mengalami berbagai perubahan dalam jenis benang yang digunakan untuk membuat kain Aesan Gede yang digunakan dalam upacara pernikahan tradisional Palembang, sementara bagian dalam kain songket tetap tidak berubah. Ada sejumlah elemen yang menjadi ciri khas songket Palembang. Permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini adalah latar belakang adanya songket Palembang dalam prosesi adat pernikahan tradisional Palembang, bentuk dan aksesoris Aesan Gede dalam prosesi adat pernikahan, dan makna filosofis dan simbolis yang terkandung dalam busana Aesan Gede yang digunakan dalam prosesi pernikahan tradisional Palembang. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengkaji peranan kain songket pada prosesi pernikahan adat Palembang. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: pertama, latar belakang terciptanya pemakaian kain songket Palembang dalam upacara adat pernikahan dipengaruhi oleh aristokrasi pada jaman kerajaan Sriwijaya. Saat itu songket hanya boleh dipakai oleh Raja dan Ratu. Kedua, songket Palembang yang dipakai pada acara prosesi adat pernikahan Palembang itu merupakan busana Aesan Gede dan Aesan Paksangkong. Masing-masing busana memiliki ciri khas yang berbeda. Ketiga, busana Aesan Gede yang dipakai dalam upacara pernikahan adat tradisional Palembang, mengandung makna filosofis dan simbolis yang penting.