Claim Missing Document
Check
Articles

Found 6 Documents
Search

Analisis Faktor Yang Berhubungan Dengan Self Management Penderita Hipertensi Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Rawat Inap Penengahan Lampung Selatan 2022 Meri Oktaviani; Samino Samino; Dina Dwi Nuryani
Jurnal Dunia Kesmas Vol 11, No 4 (2022): Volume 11 Nomor 4
Publisher : Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Malahayati

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33024/jdk.v11i4.7772

Abstract

Hipertensi merupakan salah satu penyebab utama kematian dini yang paling sering terjadi di seluruh dunia. Prevalensi hipertensi di Lampung Selatan sebesar 12,50%. Hipertensi dapat menyebabkan terjadinya komplikasi apabila penderitanya tidak melakukan pengontrolan tekanan darah atau self management. Berdasarkan prasurvey di UPTD Puskesmas Rawat Inap Penengahan, self management penderita hipertensi rendah sebesar 60%. Tujuan penelitian untuk mengetahui faktor yang berhubungan dengan self management penderita hipertensi di Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Rawat Inap Penengahan Lampung Selatan 2022.Jenis penelitian kuantatif dengan rancangan cross sectional. Populasi penelitian berjumlah 1.092 penderita dan sampel berjumlah 322 penderita dengan teknik pengambilan sampel purposive sampling, analisis data menggunakan analisis univariat, bivariat menggunakan analisis chi square dan multivariat regresi logistik.Berdasarkan hasil analisis diketahui terdapat hubungan dukungan keluarga (p value 0,004), literasi kesehatan (p value 0,000), dan pengetahuan (p value 0,000) terhadap self management penderita hipertensi. Namun tidak terdapat hubungan antara motivasi (p value 0,148) dan persepsi akan penyakit hipertensi (p value 0,251) terhadap self management hipertensi. Variabel pengetahuan menjadi variabel yang paling dominan berhubungan dengan self management penderita hipertensi dengan (OR 5,5) kemudian variabel dukungan keluarga (OR 2,3), literasi kesehatan (OR 1,9). Sehingga self management berhubungan dengan variabel pengetahuan, dukungan keluarga dan literasi kesehatan. Saran kepada UPTD Puskesmas Rawat Inap Penengahan Lampung Selatan untuk melakukan edukasi  menggunakan media visual (poster, leaflet, flyer, booklet), audio (lagu-lagu terkait pengelolaan hipertensi) atau audio visual seperti video yang diperdengarkan agar penderita hipertensi lebih memahami materi edukasi.
Analisis Kesiapan Rumah Sakit Pertamina Bintang Amin (RSPBA) Bandar Lampung dalam Mempersiapkan Kamar Rawat Inap Standar (Peraturan Pemerintah no. 47 tahun 2021) Hardwiko Defityanto; Samino Samino; Lolita Sary; Riyanti Riyanti
Jurnal Pendidikan dan Konseling (JPDK) Vol. 4 No. 6 (2022): Jurnal Pendidikan dan Konseling
Publisher : Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31004/jpdk.v4i6.8418

Abstract

Pendahuluan: Kamar Rawat Inap Standar merupakan salah satu upaya menyelenggarakan jaminan kesehatan sesuai prinsip asuransi sosial dan prinsip equitas. Tujuannya agar masyarakat peserta JKN mendapatkan pelayanan kamar rawat inap yang sama dan standar di seluruh rumah sakit. Saat ini rumah sakit masih menggunakan sistem BPJS 3 kelas, kedepannya akan diberlakukan menjadi tarif tunggal yaitu kelas standar. Tujuan: Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis kesiapan Rumah Sakit Pertamina Bintang Amin dalam mempersiapkan Kamar Rawat Inap Standar. Metode: Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif. Lokasi penelitian ini dilaksanakan di RSPBA, dimulai dengan pre-survey pada bulan maret 2022, dilanjutkan penelitian hingga bulan Juli 2022. Pengumpulan data menggunakan data primer dengan cara observasi, pengukuran luas ruangan, pengukuran intensitas cahaya menggunakan Luxmeter, dan pengukuran suhu ruangan menggunakan thermometer ruangan yang dilakukan di 10 ruang bangsal RSPBA. Hasil: Dari observasi dan pengukuran didapatkan bahan bangunan terpenuhi 30%. Ventilasi udara ada diseluruh ruangan namun tertutup oleh triplek atau plastic fiber. Pencahxayaan ruangan rata-rata 72,3 lux. Suhu udara rata-rata 34 0C. Setiap tempat tidur sudah memiliki 1 kotak kontak, dan belum memiliki akses nursecall. Pembagian ruangan sudah terbagi berdasarkan Indikator. Kepadatan ruangan rata-rata 7 tempat tidur dalam satu ruangan. Kamar mandi seluruhnya telah berada di dalam. Kelengkapan kamar mandi ditemukan 30% sudah memiliki tulisan symbol disable, 10 % sudah siap untuk akses kursi roda, 30% terpasang handrail, nursecall belum terpasang. Outlet oksigen rata-rata 2 dalam satu ruangan. Simpulan: Dari penelitian ini diharapkan RSPBA memiliki gambaran dan mulai melakukan beberapa perubahan, dimulai dari indikator KRIS JKN nomor 1 hingga 9 sesuai dengan rekomendasi DJSN. Untuk indikator 10 hingga 12 dapat dimasukkan dalam perencanaan jangka panjang
HUBUNGAN PERILAKU PERSONAL HYGIENE DAN PERSEPSI RISIKO TERHADAP KEJADIAN SKABIES DI LEMBAGA PEMBINAAN KHUSUS ANAK (LPKA) KELAS II BANDAR LAMPUNG TAHUN 2020 Formarida Formarida; Samino Samino; Nova Muhani
Jurnal Dunia Kesmas Vol 11, No 1 (2022): Volume 11 Nomor 1
Publisher : Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Malahayati

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33024/jdk.v11i1.3067

Abstract

Hubungan Perilaku Personal Hygiene  dan Persepsi Risiko Terhadap Kejadian Skabies Di Lembaga Pembinaan Khusus Anak (LPKA) Kelas IIBandar Lampung Tahun 2020 Oleh: Formarida1, Samino2, Nova Muhani3 ABSTRAK Skabies adalah penyakit gatal pada kulit, disebabkan oleh kepadatan, kelembapan, dan diabaikannya personal hygiene, pada dasarnya tidak berbahaya tetapi menurunkan kualitas hidup. Hasil prasurvey pada 20 responden menunjukkan bahwa responden memiliki perilaku yang buruk pada kebersihan pakaian (30%), kebersihan tangan dan kuku (60%), kebersihan handuk (40%), dan kebersihan kulit (50%). Tujuan penelitian ini yaitu diketahui hubungan perilaku personal hygiene dan persepsi risiko terhadap kejadian skabies di Lembaga Pembinaan Khusus Anak Kelas II Bandar Lampung tahun 2020. Jenis penelitian ini adalah kuantitatif dengan pendekatan cross sectional, populasi dalam penelitian yaitu anak binaan di LPKA pada bulan Juli tahun 2020 sebanyak 60 anak, dengan sampel total populasi. Pemilihan sampel yaitu probability sampling dengan sampling jenuh (sensus). Teknik pengumpulan data menggunakan kuesioner dengan wawancara terpimpin. Analisis data menggunakan univariat dan bivariat. Tidak ada hubungan antara personal hygiene terhadap kejadian skabies di LPKA Kelas II Bandar Lampung (nilai p = 0,371 > 0,05). Ada hubungan antara persepsi risiko terhadap kejadian skabies di LPKA Kelas II Bandar Lampung (nilai p = 0,012 < 0,05). Kesimpulan: Risiko sakit merupakan faktor skabies, namun personal hygiene bukan. Disarankan kepada Petugas kesehatan untuk meningkatkan upaya penyuluhan kesehatan seperti menyediakan poster dan leaflet mengenai sanitasi lingkungan, personal hygiene, persepsi risiko dan kejadian skabies, Pihak Lapas melakukan kerjasama dengan instansi kesehatan untuk melakukan evaluasi kesehatan dan kebersihan lingkungan di Lapas secara berkala.  Kata Kunci   : Skabies, Perilaku Personal Hygiene, Persepsi RisikoKepustakaan : 46 (2003-2019)Lembaga Pembinaan Khusus Anak (LPKA) Kelas II Bandar LampungFakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Malahayati
PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT PENYULUHAN CUCI TANGAN PAKAI SABUN (CTPS) DI DINAS SOSIAL UPTD REHABILITASI SOSIAL PENYANDANG DISABILITAS BANDAR LAMPUNG Gusti Ayu Rai Saputri; Annisa Primadiamanti; Samino Samino; Rr Salwa Zasya Aura Kharisma; Farra Hayka Salsabila; Trisia Dira Yuniar; Rahmat Agung; Renna Oktavia Rudi
Martabe : Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat Vol 6, No 2 (2023): martabe : jurnal pengabdian kepada masyarakat
Publisher : Universitas Muhammadiyah Tapanuli Selatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31604/jpm.v6i2.597-600

Abstract

Melakukan pencucian tangan menggunakan sabun tergolong ke dalam salah satu perilaku hidup sehat dan bersih (PHBS) yang sekarang sedang menjadi perhatian dunia disebabkan praktik mencuci tangan yang kurang baik menjadi suatu permasalahan  khususnya di negara berkembang karena kebanyakan dari masyarakatnya masih lupa untuk melakukan tangan. Berdasar pada Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2011, Penyandang disabilitas atau penyandang cacat adalah orang dengan keterbatasan baik mental, intelektual, fisik maupun sensorik yang bersifat jangka panjang yang dapat menjadi penyebab dalam menghambat mereka untuk melakukan interaksi dengan lingkungan dan sikap masyarakatnya sebagai bentuk partisipasi penuh dan efektif yang didasarkan pada kesetaraan hak. Program dilakukan dengan cara memberikan informasi dan edukasi menggunakan media teknologi berupa laptop dengan media power point. Power point berisi tentang definisi, tujuan, manfaat, dampak, kapan waktu cuci tangan dan langkah-langkah mencuci tangan. Setelah itu dibagikan kuesioner untuk mengetahui pengetahuan teman-teman. Hasil yang didapat dari kegiatan penyuluhan kepada penyandang disabilitas sebelum dilakukan penyuluhan, terdapat sekitar 60% dari total peserta masih banyak yang belum tau apa itu pentingnya cuci tangan pakai sabun (CTPS). Setelah dilakukan penyuluhan, persentase berubah cukup signifikan, terdapat 90% yang sudah memahami apa pentingnya dan manfaat cuci tangan memakai sabun. Hasil persentase ini didapat dari kuesioner pre-test dan post-test. Kesimpulannya sebelum diberikan materi, masih banyak yang belum mengerti dan paham terkait pentingnya cuci tangan pakai sabun. Lalu setelah dilakukan penyuluhan, dapat dilihat bahwa sudah cukup banyak hampir semua peserta memahami apa itu pentingnya dan manfaat cuci tangan pakai sabun (CTPS).
The Relationship Factors of Peers and the Role of Parents in Adolescent Smoking Behavior Renna Oktavia Rudi; Wayan Aryawati; Agung Aji Perdana; Samino Samino
Jurnal Penelitian Pendidikan IPA Vol 9 No 6 (2023): June
Publisher : Postgraduate, University of Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29303/jppipa.v9i6.3630

Abstract

One of the problems that often occur in adolescents is smoking-related problems. Smoking, seen from any point of view, is very harmful, both for oneself and those around one. Peer factors and the role of parents can influence adolescent smoking behavior. This study aimed to determine the relationship between peer factors and the part of parents and teenage smoking behavior at SMPN 3 Menggala, Tulang Bawang Regency, in 2023. The type of research in this research is quantitative, using analytic methods with a cross-sectional approach. The population in this study were all male students at SMPN 3 Menggala, Tulang Bawang Regency, in 2023, with a total of 127 students. The sampling technique used is total sampling. This research instrument uses a questionnaire. Data analysis used univariate and bivariate (chi-square). The results of this study indicate that 80 (63%) of respondents have positive behavior, 84 (66.1%) of respondents get support from peers, and 86 (67.7%) of respondents have a parental role. The chi-square test results found a relationship between peer factors (p-value 0.011 and OR = 2.875) and the part of parents (p-value 0.036 and OR = 2.423) with adolescent smoking behavior at SMPN 3 Menggala, Tulang Bawang Regency in 2023. Suggestions need to be supervised by strict regulations by the school regarding students' smoking habits and the provision of severe sanctions for those who are caught smoking.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kelengkapan vaksinasi dasar pada balita usia 9-24 bulan Samino Samino; Hafizhah Harjiati Rahmandini; Iing Lukman; Khoidar Amirus; Riyanti Riyanti
Holistik Jurnal Kesehatan Vol 17, No 9 (2024)
Publisher : Program Studi Ilmu Keperawata Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Malahayati

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33024/hjk.v17i9.13984

Abstract

Background: Basic vaccination is the first type of vaccination that must be given to babies from birth to protect their bodies from certain diseases. The vaccination program is part of an effort to reduce morbidity, morbidity and mortality in infants and toddlers. In 2019-2020, basic vaccination achieved 95% according to the target, and from mid-2020 to the end of 2021 it was only 76% and in 2022 there will be an increase of around 85%.Purpose: To determine the determinants of the completeness of basic vaccinations for toddlers aged 9-24 months at the UPTD of the Capable Poned Inpatient Health Center in Tulang Bawang Barat in 2023.Method: Quantitative analytical research with a cross-sectional design. The technique for taking the sample size was purposive sampling, and those who met the inclusion criteria were 108 people. Data analysis used the chi square test and multivariate analysis used multiple logistic regression.Results: Analysis shows that mothers have low education (51.9%), receive family support (54.6%), access to affordable vaccination services (75.9%), receive support from the role of health workers (63.9%). There is a significant relationship between education level (p–value=0.026), family support (p–value=0.000), accessibility of vaccination services (p–value= 0.000), support from the role of health workers (p–value=0.000) and completeness of vaccination base. Multivariate analysis of family support is the dominant variable in the completeness of basic vaccinations in children compared to the role of health workers and access to health services (p-value=0.000).Conclusion: The most dominant influencing factor on the completeness of basic vaccination is the family support factor compared to the mother's education factor, service access factor, and the support factor of the role of health workers.Suggestion: There is a need to increase outreach and education about the importance of basic vaccinations for the health and immunity of babies to avoid dangerous diseases, to increase knowledge among the public, especially mothers and their families, so they can understand the purpose and benefits of vaccination for the health of their toddlers. Keywords: Children; Vaccinations; Toddlers. Pendahuluan: Vaksinasi dasar merupakan jenis vaksinasi pertama yangg harus diberikan pada bayi sejak lahir untuk melindungi tubuhnya dari penyakit tertentu. Program vaksinasi termasuk dalam upaya untuk menurunkan angka kesakitan, kecatatan dan kematian pada bayi dan balita. Pada tahun 2019-2020 awal pencapaian vaksinasi dasar 95% sesuai target, dan pertengahan tahun 2020 sampai akhir tahun 2021 menjadi hanya 76% dan pada tahun 2022 mengalami kenaikan sekitar 85%.Tujuan: Untuk mengetahui determinan kelengkapan vaksinasi dasar pada balita usia 9-24 bulan di UPTD Puskesmas Rawat Inap Mampu Poned Dayamurni Tulang Bawang Barat tahun 2023.Metode: Penelitian analitik kuantitatif dengan rancangan Cross-Sectional. Teknik pengambilan jumlah sampel purposive  sampling, dan yang memenuhi kriteria inklusi sebanyak 108 orang. Analisa data menggunakan uji chi square dan analisa multivariat menggunakan regressi logistic ganda.Hasil: Analisis diperoleh bahwa ibu berpendidikan rendah (51.9%), mendapat dukungan keluarga (54.6%), aksesibilitas pelayanan vaksinasi yang terjangkau (75.9%), mendapatkan dukungan peran petugas kesehatan (63.9%). Ada hubungan yang signifikan antara tingkat pendidikan (p–value=0.026), dukungan keluarga (p–value=0.000), Aksesibilitas Pelayanan Vaksinasi (p–value= 0,000),dukungan peran petugas kesehatan(p–value=0,000) dengan kelengkapan vaksinasi dasar. Analisa multivariate dukungan keluarga merupakan variabel dominan terhadap kelengkapan vaksinasi dasar pada anak dibandingkan dengan peran petugas kesehatan dan akses pelayanan kesehatan ( p–value=0.000).Simpulan: Faktor berpengaruh yang paling dominan terhadap kelengkapan vaksinasi dasar adalah faktor dukungan keluarga dibandingkan dengan faktor pendidikan ibu, faktor akses pelayanan, dan faktor dukungan peran petugas kesehatan.Saran: Perlu ditingkatkan lagi penyuluhan dan edukasi tentang pentingnya vaksinasi dasar untuk kesehatan dan kekebalan tubuh bayi agar terhindar dari penyakit berbahaya, untuk meningkatkan pengetahuan kepada masyarakat khususnya ibu-ibu dan keluarganya sehingga bisa mengerti apa tujuan dan manfaat dari vaksinasi untuk kesehatan balitanya. Kata Kunci: Anak-anak; Balita; Vaksinasi Dasar.