Claim Missing Document
Check
Articles

Found 29 Documents
Search

Perbandingan Ketahanan Hidup Pasien Hemodialisis dengan Komorbid Hipertensi Tahun 2018 Nurhalina Sari; Nova Muhani; Dias Dumaika; Aprizal Hendardi
JPKM: Jurnal Profesi Kesehatan Masyarakat Vol 2, No 2: Oktober 2021
Publisher : STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47575/jpkm.v2i2.218

Abstract

Keberadaan pasien hemodialisis adalah akibat dari meningkatnya kasus penyakit ginjal kronis (PGK). Hipertensi menjadi salah satu faktor utama yang bisa mempercepat penurunan kualitas hidup penderita PGK. Diketahui rerata dan hubungan ketahanan hidup pasien hemodialisis dengan komorbid hipertensi di Rumah Sakit Abdoel Moeloek, Lampung. Penelitian menggunakan desain kohort retrospektif. Sumber data berasal dari dokumen rekam medis pasien hemodialisis di Rumah Sakit Abdoel Moeloek selama tahun 2018. Analisis data menggunakan kaplan meier dan regresi cox. Distribusi frekuensi menunjukkan sebanyak 283 (79.9%) orang yang mengalami hipertensi. Proporsi kelompok hipertensi yang meninggal sebanyak 147 (51.9%) orang. Rerata ketahanan hidup kelompok hipertensi adalah 38 bulan, sedangkan pada kelompok non-hipertensi adalah 47 bulan. Hasil uji regresi cox menunjukkan nilai p-value sebesar 0.033 dan hazard rasio 1.5 (95% interval kepercayaan 1.0-2.2). Rerata lama hidup pasien hemodialisis pada kelompok hipertensi lebih pendek dibandingkan kelompok non-hipertensi. Kelompok hipertensi memiliki risiko ketahanan hidup 1.5 kali lebih besar untuk mengalami kematian dibandingkan kelompok non-hipertensi pada pasien hemodialisis. Kesadaran untuk rutin mengukur tekanan darah dan melakukan deteksi dini hipertensi sangat dianjurkan melalui pemanfaatan program Posbindu (Pos Pelayanan Terpadu) di Puskemas dan mengoptimalkan sosialisasi program Germas (Gerakan Masyarakat Hidup Sehat) kepada masyarakat melalui berbagai media.
Analisis Survival pada Penderita Gagal Ginjal Kronik dengan Komorbiditas Diabetes Melitus Nova Muhani; Nurhalina Sari
Media Kesehatan Masyarakat Indonesia Vol. 16 No. 2: JUNI 2020
Publisher : Faculty of Public Health, Hasanuddin University, Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (651.203 KB) | DOI: 10.30597/mkmi.v16i2.9047

Abstract

Chronic Kidney Disease (CKD) is a global public health problem with an increasing prevalence and incidence of kidney failure a poor prognosis and high treatment costs. CKD is the leading cause of death globally, the biggest cause of CKD is comorbidity with diabetes mellitus. the highest mortality occurred in the first 6-12 months undergoing hemodynamic which is 33%. The purpose of this study was to determine the age, sex, hemoglobin level, and survival time of CKD patients undergoing hemodialysis based on diabetes mellitus comorbidity. The study design was a prospective cohort, with a sample of 159 respondents. The study used data from the daily report of the hemodialysis unit Abdul Moeloek Hospital in Lampung Province, responded is new patients undergoing hemodialysis were then observed for 12 months. The analysis used a survival analysis with Cox regression. The results showed an average survival of 5 months, death occurred (event) by 47.8%, patients with CKD with Diabetes mellitus comorbidity 27.7%. Hemodialysis respondents type of female (55,3%) and male (44,7%), age less than 60 years 64.4%, hemoglobin levels less than 7 mg% (severe anemia) 28.4%. Statistical test results obtained sex p=0.602, age p=0.582, anemia p=0.567, and a history of diabetes mellitus (p=0.001 with α=0.05, (Risk Ratio=2.3). CKD Patients with comorbidities with diabetes Mellitus they are should better maintain health with a protein diet and control blood sugar.
Pre-eklampsia Berat dan Kematian Ibu Nova Muhani; Besral Besral
Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional Vol. 10 No. 2 November 2015
Publisher : Faculty of Public Health Universitas Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (754.909 KB) | DOI: 10.21109/kesmas.v10i2.884

Abstract

AbstrakPre-eklampsia berat, salah satu penyebab utama kematian ibu di Indonesia dan di RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Lampung, merupakan penyebab kematian ibu nomor satu (47,25%). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan prediktor pre-eklampsi berat (PEB) yang dinilai dari tekanan darah sistolik, tekanan darah diastolik, proteiunuria, eklampsia, sindrom hemolysis, elevated liver enzymes, low platelets count (HELLP) dengan kematian ibu di RSUD Dr. H. Abdul Moeloek. Penelitian ini menggunakan desain kasus kontrol dengan jumlah sampel 60 kasus dan 120 kontrol. Data diolah dari rekam medis rumah sakit selama periode lima tahun (2010 – 2014). Hasil penelitian ini memperlihatkan bahwa sindrom HELLP memiliki risiko kematian ibu 12 kali lebih tinggi (95%CI 2,9 – 53,7) dan eklampsia memiliki risiko 12,1 kali lebih tinggi (95%CI 3,8 – 38,6). Tekanan darah diastolik 110 – 119 mmHg memiliki risiko 7,4 kali lebih tinggi (95%CI 1,8 – 29,2), tekanan darah diastolik ≥ 120 mmHg memiliki risiko 5,5 kali lebih tinggi (95%CI 1,1 – 23,1), tekanan darah sistolik > 190 mmHg memiliki risiko 2,1 kali lebih tinggi (95%CI 0,5 – 7,4), tekanan darah sistolik 170 – 190 mmHg memiliki risiko 1,6 kali lebih tinggi (95%CI 0,5 – 4,5), proteinuria +3 memiliki risiko 4,2 kali lebih tinggi (95%CI 0,3 – 27,4), proteinuria +4 memiliki risiko 3,2 kali lebih tinggi (95%CI 0,5 – 31,7) setelah dikontrol oleh usia ibu, gravida, usia kehamilan, metode persalinan, pemberian diasepam, pendidikan, tempat tinggal, dan pekerjaan. Oleh karena itu, perlu meningkatkan deteksi dini komplikasi kehamilan dan penanganan yang baik kasus preeklampsia untuk mencegah kematian ibu akibat eklampsia dan sindrom HELLP.AbstractSevere preeclampsia, one of main causes of maternal death in Indonesia and at Dr. H. Abdul Moeloek Lampung Public Hospital, is the leading cause of maternal death (47.25%). This study aimed to determine relation of severe preeclampsia predictor as assessed from systolic blood pressure, diastolic blood pressure, proteiunuria, eclampsia and HELLP syndrome with maternal death at Dr. H. Abdul Moeloek Public Hospital. This study used case control design with 60 cases and 120 control total of sample. Data was managed from hospital medical records during five years period (2010 – 2014). Results of study showed HELLP syndrome had risk of maternal death 12 times higher (95%CI 2.9 – 53.7) and eclampsia had the risk 12.1 times higher (95%CI 3.8 – 38.6). Then diastolic blood pressure 110 – 119 mmHg had the risk 7.4 times higher (95%CI 1.8 – 29.2), diastolic blood pressure ≥ 120 mmHg had the risk 5.5 times higher (95%CI 1.1 – 23.1), sistolic blood pressure > 190 mmHg had the risk 2.1 times higher (95%CI 0.5 – 7.4), sistolic blood pressure 170 – 190 mmHg had the risk 1.6 times higher (95%CI 0.5 – 4.5), proteinuria +3 had the risk 4.2 times higher (95%CI 0.3 – 27.4), proteinuria +4 had the risk 3.2 times higher (95%CI 0.5 – 31.7) after controlled by maternal age, gravida, pregnancy age, delivery method, diazepam provision, education, domicile and employment. Therefore, it needs to improve early detection of pregnancy complication and good management of preeclampsia case to prevent maternal death due to eclampsia and HELLP syndrome.
Determinants of Exclusive Breastfeeding Practices of Female Healthcare Workers in Jakarta, Indonesia Siti Rapingah; Nova Muhani; Besral Besral; Poppy Yuniar
Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional Vol 16, No 1 (2021): Volume 16, Issue 1, February 2021
Publisher : Faculty of Public Health Universitas Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (92.809 KB) | DOI: 10.21109/kesmas.v16i1.2715

Abstract

The World Health Organization (WHO) recommended that mothers worldwide exclusively breastfeed their infants for the child's first six months to achieve optimal growth, development, and health. Indonesia had not fulfilled the global standard of breastfeeding rate so that there was low coverage of exclusive breastfeeding in East Jakarta, especially for female healthcare workers. This study aimed to determine the factors associated with exclusive breastfeeding practices of healthcare workers. This was a quantitative study using a cross-sectional design. The recruited sample consisted of 85 female public health center workers with infants aged 6-24 months. Data were collected using self-administered questionnaires. Logistic regression analysis was applied to identify factors associated with exclusive breastfeeding. The results showed that the proportion of exclusive breastfeeding was 54.1%. Variables associated with exclusive breastfeeding were knowledge, attitude, family support, co-worker support, and healthcare worker support. Multivariate analysis showed that knowledge and age were the dominant factors of exclusive breastfeeding practices with an odds ratio (OR) adjusted OR of 14 and 5, re¬spectively. Knowledge was an influential factor in the success of exclusive breastfeeding. Therefore, creating a training program related to breastfeeding would be expected to improve knowledge. Besides, a supportive policy such as providing breastfeeding facilities was needed.
Analisis Survival Pasien Hemodialisis dengan Hipertensi di Lampung Tahun 2016-2018 Nurhalina Sari; Nova Muhani
Media Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Vol 30 No 2 (2020)
Publisher : Sekretariat Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22435/mpk.v30i2.2251

Abstract

Abstract Chronic Kidney Disease (CKD) is now a serious health problem and millions die every year because they do not have access to treatment. One of the main risk factors for this catastrophic disease is hypertension. The purpose of this study was to determine survival rates in the hypertension and nonhypertension groups and to see the relationship between blood pressure, sex and age on the death status of CKD patients. The study used a retrospective cohort study design. The research data came from the medical records of patients in the hemodialysis room of Abdul Moeloek Hospital during 2016-2018, was 396 respondents. Data analysis used Kaplan Meier and Cox regression. The analysis showed the hypertensive groups were 320 (80.2 percent) and nonhipertensive groups were 76 (19.8 percent) with the proportion of hypertensive groups who died totaled 184 (57.5 percent) people. The average survival rate of the hypertension group was 33 months, whereas the nonhypertensive group was 44 months. The log rank test results show a p-value of 0.007 which indicates a lower survival rate between the hypertension and nonhypertension groups. The results of the multivariate cox regression test showed that the nonhypertensive group had a 1.6 times longer survival risk compared to the hypertensive group (p.value 0.006, 95 percent Confident Interval 1.2-2.3) after being controlled by sex. While the age variable was not significantly related to the death status of CKD patients (p.value 0.067). The conclusion is the average life span of CKD patients from the hypertension group is shorter than the nonhypertension group. The hypertension group had a shorter survival risk than the nonhypertensive group of CKD patients undergoing hemodialysis. In addition, female sex has a risk of survival longer after being controlled by blood pressure. Early detection of hypertension is highly recommended. This can be done by controlling blood pressure routines by utilizing the postbindu program at the health center. In addition, optimizing Germas (community movement healthy life) socialization was especially for young teenagers to be aware of the importance of health and to control routine blood pressure since the age of 15 years at risk. Abstrak Penyakit Ginjal Kronis (PGK) saat ini menjadi masalah kesehatan serius dan jutaan meninggal setiap tahun karena tidak mempunyai akses untuk pengobatan. Salah faktor risiko utama penyakit katastropik ini adalah hipertensi. Tujuan penelitian untuk diketahui angka ketahanan hidup pada kelompok hipertensi dan nonhipertensi serta melihat hubungan antara tekanan darah, jenis kelamin dan usia terhadap status kematian pasien PGK. Penelitian menggunakan desain studi kohort retrospektif. Data penelitian berasal dari rekam medis pasien di ruang hemodialisis RS Abdul Moeloek selama tahun 2016-2018 sebanyak 396 responden. Analisis data menggunakan kaplan meier dan regresi cox. Hasil analisis menunjukkan kelompok hipertensi sebanyak 320 (80.2 persen) dan nonhipertensi sebanyak 76 (19.8 persen) dengan proporsi kelompok hipertensi yang meninggal berjumlah 184 (57.5 persen) orang. Rata-rata ketahanan hidup kelompok hipertensi adalah 33 bulan, sedangkan pada kelompok nonhipertensi adalah 44 bulan. Hasil uji log rank menunjukkan nilai p-value sebesar 0.007 yang menunjukkan perbedaan survival rate lebih rendah antara kelompok hipertensi dan nonhipertensi. Hasil uji regresi cox multivariat menunjukkan kelompok nonhipertensi memiliki risiko ketahanan hidup 1.6 kali lebih lama dibandingkan dengan kelompok hipertensi (p.value 0.006, 95 persen Interval Kepercayaan 1.2-2.3) setelah dikontrol oleh jenis kelamin. Sedangkan variabel umur tidak berhubungan signifikan terhadap status kematian pasien PGK (p.value 0.067). Kesimpulan adalah rata-rata lama hidup pasien PGK dari kelompok hipertensi lebih pendek dibandingkan kelompok nonhipertensi. Kelompok hipertensi memiliki risiko ketahanan hidup lebih pendek dibandingkan kelompok nonhipertensi terhadap pasien PGK yang menjalani hemodialisis. Selain itu, jenis kelamin perempuan memiliki risiko ketahanan hidup lebih lama setelah dikontrol oleh tekanan darah. Deteksi dini hipertensi sangat dianjurkan. Hal ini dapat dilakukan dengan mengontrol rutin tekanan darah dengan memanfaatkan program posbindu yang ada di puskemas. Selain itu, optimalisasi sosialisasi Germas terutama untuk para remaja muda agar sadar tentang pentingnya kesehatan dan mengontrol tekanan darah rutin sejak usia berisiko 15 tahun.
Kesintasan Penyakit Ginjal Kronik yang Menjalani Hemodialisis di Rumah Sakit Abdul Moeloek Lampung Tahun 2017-2018 Nova Muhani; Nurhalina Sari
Media Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Vol 30 No 3 (2020)
Publisher : Sekretariat Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22435/mpk.v30i3.2507

Abstract

Abstract Non-communicable diseases (NCD) have become health problems in various parts of the world. One of NCD which is a health problem is chronic kidney disease (CKD). CKD is a global public health problem with an increasing prevalence and incidence of kidney failure, poor prognosis and high cost of care. CKD is a cause of death globally, the biggest cause of CKD is coomorbidity with type 2 diabetes mellitus. The highest mortality occurred in less than the first 12 months of hemodialysis, which was 78,1%. The purpose of this study was to determine the age, sex, duration of survival of CKD patients undergoing hemodialysis based on comorbidity of type 2 diabetes mellitus. Retrospective cohort study designis used a, with a sample of 201 respondents. The study used data from the daily reports of the hemodialysis unit, namely patients who under went hemodialysis and then observed for 12 months. The outcome variable for mortality and its risks factors (diabetes, age, and gender). The analysis used survival analysis with cox regression. The results of the study were 37.8% of deaths occured, CKD patients with with diabetes mellitus comorbidity 24.9%. Respondents on hemodialysis are based on gender were male (45,3%) and female (54,7%) ages less than 45 years (27.4%).The Statistical test results obtained from non-diabetes mellitus group had a 3.1 times higher survival rate than the diabetes mellitus group (p value = 0.01). Abstrak Penyakit tidak menular (PTM) menjadi masalah kesehatan di berbagai belahan dunia. Salah satu PTM yang menjadi masalah kesehatan adalah penyakit ginjal kronik (PGK). PGK merupakan masalah kesehatan masyarakat global dengan prevalensi dan insidens gagal ginjal yang terus meningkat, prognosis yang buruk dan memerlukan biaya perawatan yang tinggi. PGK merupakan penyebab kematian secara global. Penyebab PGK terbesar adalah komorbiditas dengan diabetes melitus tipe 2. Kematian tertinggi terjadi pada kurang dari 12 bulan pertama menjalani hemodialisis yaitu sebesar 78,1%. Tujuan untuk mengetahui umur, jenis kelamin, lama ketahanan hidup pasien PGK yang menjalani hemodialisis berdasarkan komorbiditas diabetes melitus tipe 2. Desain penelitian kohort retrospektif dengan sampel sebesar 201 responden. Penelitian menggunakan data dari laporan harian unit hemodialisis yaitu pasien yang menjalani hemodialisis kemudian dilakukan observasi selama 12 bulan. Variabel outcome kematian dan faktor risikonya (diabetes, umur, dan jenis kelamin). Analisis yang digunakan analisis survival dengan cox regression. Hasil penelitian terjadi kematian sebesar 37,8%, pasien PGK dengan komorbiditas diabetes melitus 24,9%. Responden hemodialisis berdasarkan jenis kelamin Laki-laki (45,3%) dan perempuan (54,7%) umur kurang dari 45 tahun 27,4%. Hasil uji statistik diperoleh kelompok tidak diabetes melitus memiliki kesintasan 3,1 kali lebih tinggi dibandingkan kelompok diabetes melitus (p Value = 0,01).
Hubungan Penerapan Patient Safety Terhadap Mutu Pelayanan Gizi Pasien Rawat Inap Rumah Sakit Pertamina Bintang Amin Nova Muhani; Dalfian Adnan TH; Elitha M Utari; Muhammad Ilham Rivaldi
Avicenna: Jurnal Ilmiah Vol. 16 No. 1 (2021): Jurnal Ilmiah Avicenna
Publisher : Public Health Department, Faculty of Health Science University Muhammadiyah Bengkulu

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36085/avicenna.v16i1.1568

Abstract

Mutu pelayanan kesehatan adalah derajat kesempurnaan pelayanan kesehatan yang sesuai dengan standar profesi dan standar pelayanan dengan menggunakan potensi sumber daya yang tersedia di rumah sakit atau puskesmas secara wajar, efisien dan efektif serta diberikan secara aman dan memuaskan sesuai norma, etika, hukum, dan sosial budaya dengan memperhatikan keterbatasan dan kemampuan pemerintah, serta masyarakat konsumen. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui hubungan penerapan patient safety (keselamatan pasien) terhadap mutu pelayanan gizi di ruangan Rawat Inap Rumah Sakit Pertamina Bintang Amin Bandar Lampung Tahun 2021. Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan menggunakan rancangan survey analitik dan pendekatan cross sectional dengan teknik accidental sampling. Sampel penelitian ini ada 105 responden. Analisis data menggunakan uji chi-square.
HUBUNGAN PENERAPAN PATIENT SAFETY TERHADAP MUTU LAYANAN PEMBERIAN OBAT PASIEN RAWAT INAP DI RUMAH SAKIT PERTAMINA BINTANG AMIN BANDAR LAMPUNG TAHUN 2021 Dalfian Adnan TH; Nova Muhani; Elitha M Utari; nur azizah
Avicenna: Jurnal Ilmiah Vol. 16 No. 1 (2021): Jurnal Ilmiah Avicenna
Publisher : Public Health Department, Faculty of Health Science University Muhammadiyah Bengkulu

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36085/avicenna.v16i1.1569

Abstract

Latar Belakang : Patient Safety adalah tidak adanya bahaya yang dapat dicegah pada pasien selama proses perawatan kesehatan dan pengurangan resiko bahaya yang tidak perlu terkait dengan perawatan kesehatan seminimal mungkin(WHO2020). Tujuan Penelitian: Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan penerapan patient safety terhadap mutu pelayanan pemberian obat pada pasien Rawat Inap Rumah Sakit Pertamina Bintang Amin Bandar  Lampung Tahun 2021.Metode Penelitian:penelitian ini merupakan penelitian  kuantitatif dengan menggunakan rancangan penelitian berupa survei analitik dengan pendekatan cross sectional. populasi  dan sampel pada penelitian ini pasien-pasien yang dirawat di unit rawat inap  pada Rumah Sakit Pertamina Bintang Amin Bandar Lampung yang harus memenuhi kriteria sampel. Hasil Penelitian: Ada hubungan yang signifikan antara penerapan patient safety terhadap mutu pelayanan Pemberian Obat Pasien Rawat Inap  di Rumah Sakit Pertamina Bintang Amin Bandar Lampung Tahun 2021 dengan p-value = 0,036 (<0.05) dan Odd Rasio (OR) = 0,2694.
DURASI TIDUR DAN KADAR KOLESTEROL TOTAL SEBAGAI FAKTOR RISIKO KEJADIAN OBESITAS PADA REMAJA AHIR Syafik Arisandi; Dessy Hermawan; Nova Muhani
Jurnal Medika Malahayati Vol 6, No 1 (2022): Volume 6 Nomor 1
Publisher : Prodi Kedokteran Fakultas Kedokteran Universitas Malahayati

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33024/jmm.v6i1.6563

Abstract

Durasi tidur pendek dan Kadar kolesterol total dalam darah yang tinggi menjadi pemicu munculnya penyakit tidak menular (PTM) serta menjadi faktor risiko kejadian obesitas. Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2018 menunjukan tingkat obesitas orang dewasa di Indonesia berjumlah 21,8 persen, hal ini menunjukan adanya peningkatan prevalensi dari hasil riskesdas di tahun 2013 yaitu sebesar 14,8. Proporsi kasus obesitas mahasiswa kedokteran universitas malahayati sebesar 17%. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahu hubungan durasi tidur dan kadar kolesterol total dengan kejadian obesitas mahasiswa di Universitas Malahayati Bandar Lampung. Jenis enelitian ini adalah penelitian observasional analitik dengan pendekatan Case Controll untuk melihat hubungan durasi tidur dan kadar kolesterol pada kejadian obesitas. Populasi pada penelitian ini adalah mahasiswa fakultas kedokteran angkatan 2017 yang berjumlah 327, sampel diambil dengan metode purposive sampling yang terdiri dari 2 kelompok yaitu 30 mahasiswa obesitas dengan IMT > 25 dan 30 mahasiswa  yang tidak obesitas dengan IMT normal < 25. Data diperoleh melalui pengisian kueioner dan pengambilan sampel darah kolesterol total. Teknik analisis data untuk menguji hipotesis yaitu uji statistis chi square. Dari hasil penelitian responden dengan durasi tidur kurang pada kelompok kasus yaitu 24 (80%) dan kelompok kontrol 15 (50%). Sedangkan responden pada kelompok kasus yang memiliki kadar kolesterol total tinggi yaitu 16 (53,3%) dan dan pada kelompok kontrol 7 (23,3%). Hasil uji chi-squarehubungan durasi tidur pada kejadian obesitas yaitu (p=0,029 <α0,05, OR 4,00) dan hubungan kolesterol total pada kejadian obesitas yaitu (p=0,033 <α0,05, OR 3,75). Durasi tidur dan kadar kolesterol total memiliki hubungan yang bermakna dengan kejadian obesitas. Mahasiwa dengan obesitas cendrung memiliki durasi tidur yang lebih pendek dan memiliki kadar kolesterol total lebih tinggi daripada mahasiwa yang tidak obesitas. 
Penyuluhan Penerapan Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat (PHBS) Tatanan Sekolah Di SDN 01 Langkapura Nova Muhani; Christin Angelina Febriani; Dhiny Easter Yanti; Aulyya Rahmah; Echa Rafika; Fadhilah Amanda Sari; Ghina Gabrilla Yusuf; Renna Oktavia Rudi; Yolandha Adinda Pratiwi
Jurnal Loyalitas Sosial: Journal of Community Service in Humanities and Social Sciences Jurnal Loyalitas Sosial VOL.4 NO.1 Maret 2022
Publisher : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Pamulang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32493/JLS.v4i1.p27-38

Abstract

Kegiatan pengabdian masyarakat ini bertujuan untuk mendukung upaya Pemerintah dalam Program Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS). Kegiatan ini dilakukan melalui kegiatan sosialisasi bagi siswa / siswi khususnya untuk meningkatkan kesadaran seberapa pentingnya Perilaku Hidup Bersih dan Sehat di lingkungan sekitar. Pengabdian masyarakat ini dilaksanakan di SD Negeri 1 Langkapura Bandar Lampung pada Hari Rabu,15 Desember 2021. Pada kegiatan ini peserta diberikan Pre Test untuk mengetahui pengetahuan awal peserta tentang PHBS. Pada akhir kegiatan dilakukan Post Test untuk mengetahui apakah ada peningkatan pengetahuan yang telah diberikan dibandingkan dengan pengetahuan awal. Hasil kegiatan ini menunjukkan bahwa adanya peningkatan angka pemahaman dan pengetahuan responden setelah diberikan Penyuluhan Kesehatan tentang Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS).Kata kunci : PHBS; Sekolah; Siswa