Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search
Journal : Nobel Management Review

Analisis Konsep Anjak Piutang Dalam Perspektif Ekonomi Islam Ditinjau Dari Keputusan DSN-MUI Dan Konsep Akad Hiwalah Dalam Surat Edaran Bank Indonesia Indrawan Azis; Abdul Hamid Habbe; Gagaring Pagalung
Nobel Management Review Vol 2 No 2 (2021): Nobel Management Review
Publisher : Lembaga Penelitian dan Publikasi Nobel Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37476/nmar.v2i2.1872

Abstract

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui Konsep anjak piutang syariah dalam fatwa DSN-MUI yang memanfaatkan gagasan akad Hiwalah dalam surat edaran Bank Indonesia serta persamaan dan perbedaan gagasan anjak piutang syariah dalam fatwa DSN-MUI dengan akad Hiwalah. gagasan dalam Surat edaran Bank Indonesia. Penelitian ini menggunakan standarisasi pemeriksaan yuridis dengan menggunakan metodologi terapan dan pendekatan hukum. Gagasan anjak piutang syariah mengingat dalam fatwa DSN-MUI menggunakan wakalah bil ujrah, dan gagasan akad Hiwalah dalam Surat edaran Bank Indonesia adalah gagasan perpindahan kewajiban dengan menggunakan Hiwalah muthlaqah dan Hiwalah muqayyadah. ada persamaan antara gagasan angka syariah dalam fatwa DSN-MUI yang memanfaatkan gagasan akad Hiwalah dalam Surat edaran Bank Indonesia. Yaitu dari pengertian sudut pandang, objek, macam dan jenis persetujuan untuk memberikan dana talangan (qardh) dan mendapatkan ujrah/porto, dan jangka dalam KUH Perdata adalah cessie dan subrogasi. Sementara itu, perbedaan antara pemikiran syariah dalam fatwa DSN-MUI dan gagasan akad Hiwalah dalam Surat edaran Bank Indonesia adalah jenis Transfer hutang dan pindah piutang, pemberi tugas, instansi terkait, dan perbedaan dengan Hiwalah muqayyadah tidak memberikan bailout dan ujrah, serta penyelesaian sengketa. The purpose of this study is to find the idea of ​​sharia factoring in the DSN-MUI fatwa with the Hiwalah contract idea in the circular of Bank Indonesia and the similarities and differences in the sharia factoring idea in the DSN-MUI fatwa with the Hiwalah contract idea in the circular of Bank Indonesia. This study uses a standardized juridical exploration with a calculated methodology and a legal approach. The idea of ​​a sharia figure in the DSN-MUI fatwa using wakalah bil ujrah, and the idea of ​​a Hiwalah contract in a Bank Indonesia circular letter is the idea of ​​shifting obligations with Hiwalah muthlaqah and Hiwalah muqayyadah. There are similarities between the ideas of sharia figures in the DSN MUI fatwa and the idea of ​​the Hiwalah contract in the circular letter of Bank Indonesia. That is from the point of view, objects, various types of approval to provide bailout funds (qardh) and obtain ujrah/levies. Meanwhile, the difference between sharia thinking in the DSN-MUI fatwa and the Hiwalah contract idea in Bank Indonesia circulars is the type of the obligation to transfer and transfer receivables, the assignor, the office in question, the object of the exchange, and the distinction with Hiwalah muqayyadah do not provide bailout and ujrah, as is the case with dispute resolution disputes
Upaya Korporasi Mengevaluasi Tanggung Jawab Sosial Dalam Konteks Pelaporan Berkelanjutan Indrawan Azis
Nobel Management Review Vol 3 No 1 (2022): Nobel Management Review
Publisher : Lembaga Penelitian dan Publikasi Nobel Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37476/nmar.v3i1.2689

Abstract

Pada setiap pembicaraan tentang bagaimana melaporkan tanggung jawab sosial tentu harus mempertimbangkan tanggung jawab organisasi. Apakah perusahaan bertanggung jawab kepada pemilik langsung mereka sendiri (pemegang saham) atau apakah mereka memiliki kewajiban kepada masyarakat luas di mana mereka beroperasi. Tentu saja, banyak organisasi menyatakan secara terbuka bahwa mereka meminta pertanggungjawaban mereka kepada pihak selain pemegang saham. Sebuah perusahaan harus secara sukarela mengungkapkan kepada publik tentang kinerja sosial dan lingkungannya, yang berarti bahwa manajer mengakui bahwa mereka bertanggung jawab kepada kelompok-kelompok yang relevan di negara ini, tidak hanya dalam hal kinerja keuangan mereka tetapi juga kinerja sosial dan lingkungan mereka. Aspek lingkungan ini harus dijelaskan dalam banyak kemajuan dalam pelaporan tanggung jawab sosial publik mereka, berharap bahwa semua pemegang saham sepenuhnya menyadari posisi keuangan dan kinerja operasi mereka, kegiatan, risiko, prospek bisnis dan keberlanjutan perusahaan. Perusahaan harus mengungkapkan akuntansi mereka untuk lingkungan sosial ekonomi yang lebih luas seperti tanggung jawab sosial perusahaan (CSR), yang berisi peta sosial, menunjukkan keselarasan tujuan antara perusahaan dan masyarakat. At any talk about how to report social responsibility must certainly consider the responsibilities of the organization. Whether the company is accountable to their own direct owners (shareholders) or whether they have obligations to the wider community in which they operate. Of course, many organizations state publicly that they hold them accountable to parties other than shareholders. A company must voluntarily disclose to the public about its social and environmental performance, which means that managers recognize that they are accountable to relevant groups in the country, not only in terms of their financial performance but also their social and environmental performance. This aspect of the environment should be explained in many advances in their public social responsibility reporting, hoping that all shareholders are fully aware of their financial position and operating performance, activities, risks, business prospects and sustainability of the company. Companies must disclose their accounting for the broader socioeconomic environment such as corporate social responsibility (CSR), which contains a social map, showing the alignment of goals between the company and society.
Relasi Gender Dan Pengalaman Kerja Terhadap Persepsi Etis Mahasiswa Akuntansi Di Makassar Karlina Ghazalah Rahman; Indrawan Azis; Sahri Sahri
Nobel Management Review Vol 2 No 4 (2021): Nobel Management Review
Publisher : Lembaga Penelitian dan Publikasi Nobel Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37476/nmar.v2i4.2982

Abstract

Seorang akuntan tidak hanya dituntut untuk memiliki kompentensi tetapi juga etika dalam menjalankan profesinya. Etika memiliki peran yang sangat penting dalam mencapai tujuan dari profesi akuntan. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui relasi gender dan pengalaman kerja terhadap persepsi etis mahasiswa akuntansi di wilayah makassar. Penelitian ini merupakan penelitian dengan metode kuantitatif dengan pendekatan deskriptif. Metode pengumpulan data menggunakan kuesioner sebagai instrument utama. Jenis data yang digunakan adalah data kuantitatif. Metode analisis data adalah analisis regresi linear berganda dengan aplikasi SPSS. Hasil penelitian menunjukkan bahwa gender dan pengalaman kerja berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap persepsi etis mahasiswa akuntansi. An accountant is not only required to have competence but also ethics in carrying out his profession. Ethics has a very important role in achieving the goals of the accountant profession. The purpose of this study is to determine the relationship between gender and work experience in the ethical perceptions of accounting students in the Makassar region. This research is research with quantitative methods with a descriptive approach. The data collection method uses questionnaires as the main instrument. The type of data used is quantitative data. The data analysis method is multiple linear regression analysis with SPSS applications. The results showed that gender and work experience had a positive and significant effect on the ethical perception of accounting students.