Muchammad Ismail, Muchammad
IAIN Sunan Ampel Surabaya

Published : 6 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 6 Documents
Search

STRATEGI KEBUDAYAAN: PENYEBARAN ISLAM DI JAWA Ismail, Muchammad
IBDA` : Jurnal Kajian Islam dan Budaya Vol 11 No 1 (2013): IBDA': Jurnal Kajian Islam dan Budaya
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Institut Agama Islam Negeri Purwokerto

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (112.099 KB) | DOI: 10.24090/ibda.v11i1.67

Abstract

This article reveals the Walisongo’s role as the Javanese’s Islamicscholars who spread out Islam in Java Island. Their teaching has manysocial contributions especially on the messages that were taught by theJavanese Islamic scholars. the preaches contain a series of cultural symbolswhich is basically reflects the social changes.The descriptive methodis used to describe the messages which are implicitly and explicitly lie attheir language. The sociology and culture analysis is not only intended torevealing the meaning of the symbols but also to find out the structure ofthe language.
Da'wa, Keris, and Community Elites in Java Ismail, Muchammad; Mu'adi, Sholih
Proceedings of International Conference on Da'wa and Communication Vol. 3 No. 1 (2021): Initiating a New Paradigm on Da’wa and Communication for the Post-Pandemic Era
Publisher : Da’wa and Communication Faculty of the Sunan Ampel State Islamic University, Surabaya, Indonesia.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15642/icondac.v3i1.468

Abstract

The keris is recognized as an heirloom by the people of the archipelago until now it is still interesting to study. Why is that. It is undeniable that many people are pro and contra of the keris cultural heritage. This study is to see people’s view on Keris. This study uses a qualitative approach with a phenomenological approach. One of the research methods used is participant observation The results of the data findings there are three discussions, among others; a) the history of the keris has existed since the Hindu-Buddhist era in Java. Keris comes from the Keker language and Aris Kekeran means fence (barrier, warning, control). Meanwhile, Aris means calm, steady, smooth. b) Keris in the Islamic perspective, Islam does not prohibit owning a keris because it is an asset of cultural capital in religion for preaching by the elite of society. c) the form of elite behavior in the possession of a keris there is a moderating attitude that the keris must be preserved to the community including the elite making it the object of the keris as a medium of da'wah d). keris as a moral and ethical symbol, during the movement of the Walisongo the keris was not just a noble iron aji, but in it contained the values ​​and philosophy of the meaning of exemplary life, the keris for its owner was the embodiment of prayer to God by the master to the owner of the keris.
Model Komunikasi Reses Anggota DPRD dalam Menyerap Aspirasi Masyarakat di Kabupaten Bangkalan : (Studi berdasarkan Latar Belakang Pendidikan Anggota DPRD) Holilah, Holilah; Ismail, Muchammad
Indonesian Journal of Political Studies Vol. 3 No. 2 (2023): October
Publisher : Department of Political Sciences, Faculty of Social and Political Sciences, UIN Sunan Ampel Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15642/ijps.2023.3.2.150-175

Abstract

Kegiatan reses yang dilakukan oleh anggota dewan merupakan salah satu medium dalam melakukan komunikasi politik untuk menyerap aspirasi konstituen. Latar belakang pendidikan anggota dewan menjadi salah satu aspek penting yang ikut menentukan model komunikasi yang digunakan saat reses sehingga terwujud komunikasi yang efektif dan partisipatif. Studi ini bertujuan untuk melihat apakah ada perbedaan model komunikasi yang digunakan anggota dewan yang berpendidikan sarjana dengan bukan sarjana di Kabupaten Bangkalan serta apakah ada kendala komunikasi yang melingkupi. Studi ini merupakan penelitian lapangan (fild reseach) dengan menggunakan pendekatan kualitatif, dengan jenis studi kasus. Informan berjumlah 10 orang terdiri dari anggota DPRD sarjana dan bukan sarjana, masyarakat, tokoh partai, tokoh agama, tokoh masyarakat dan tokoh perempuan. Dengan teknik pengumpulan data wawancara dan dokumentasi. Hasil studi menunjukkan bahwa model komunikasi reses yang digunakan oleh anggota DPRD yang berpendidikan sarjana dan bukan sarjana tidak ada perbedaan yang signifikan. Model komunikasi cenderung dua arah pada waktu reses. Sedangkan kendala yang dihadapi ialah minimnya perempuan menyampaikan aspirasi pada saat reses, mayoritas aspirasi disampaikan oleh laki-laki.
Pandangan Masyarakat tentang Gaya Kepemimpinan Kepala Desa Berpendidikan Sarjana dan Bukan Sarjana di Madura Holilah, Holilah; Ismail, Muchammad
Journal Politique Vol. 2 No. 2 (2022): July
Publisher : Prodi Ilmu Politik, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15642/politique.2022.2.2.101-118

Abstract

Studi ini ingin melengkapi studi sebelumnya tentang gaya kepemimpinan kepala desa dari perspektif pandangan masyarakat, khususnya tentang pandangan masyarakat tentang gaya kepemimipinan kepala desa sarjana dan bukan sarjana dalam menyelenggarakan pemerintahan desa. Apakah terdapat perbedaan gaya kepemimpinan kepala desa yang berpendidikan sarjana dengan yang bukan sarjana dalam menyelenggarakan pemerintahan dan faktor apa saja yang melatar belakangi terjadinya perbedaan gaya kepemimpinan kepala desa tersebut. Studi ini adalah penelitian lapangan (filed reseach) dengan pendekatan kualitatif, jenis studi kasus. Lokasi penelitian di empat desa kecamatan Tanjungbumi Kabupaten Bangkalan, Desa Paseseh dan Desa Bumianyar mewakili kepala desa berpendidikan sarjana dan Desa Telaga Biru dan Tambak Pocok mewakili kepala desa tidak berpendidikan sarjana. Informan penelitian adalah warga masing desa dan beberapa tokoh diantaranya tokoh pemerintah, masyarakat, kyai, perempuan dan blater. Pengumpulan data dengan wawancara dan dokumentasi. Teori yang digunakan, teori Gaya Kepemimpinan dari Harbani Pasolong. Penelitian ini ditemukan pertama, gaya kepemimpinan kepala desa yang berpendidikan sarjana adalah demokratis dan otoriter. Gaya kepemimpinan kepala desa bukan sarjana, kepala desa Telaga Biru menurut warganya demokratis, sedangkan kepala desa Tambak pocok dinilai memiliki gaya kepemimpinan demokratis dan otoriter. Kedua, Faktor yang melatar belakangi gaya kepemimpinan kepala desa adalah sesuai teori sifat kepemimpinan yaitu karakter kepala desa dan lingkungan kepala desa dibesarkan, sedangkan strata pendidikan tidak cukup mempengaruhi gaya kepemimpinan kepala desa.
PEMETAAN DAN RESOLUSI KONFLIK (Studi Tentang Korban Lumpur Lapindo Sidoarjo) Ismail, Muchammad
The Sociology of Islam Vol. 1 No. 1 (2011): June
Publisher : Prodi Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, UIN Sunan Ampel Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15642/jsi.2011.1.1.%p

Abstract

Penelitian ini mengkaji peta konflik akibat bencana lumpur Sidoarjo mulai 29 Mei tahun 2006 sampai 29 Mei tahun 2008 antara warga masyarakat lokal dengan PT. Lapindo Brantas Hasil penelitian menunjukkan konflik karena warga korban menuntut tanggung jawab PT Lapindo mengenai ganti rugi (cash and carry) dan pemukiman kembali (resettlement). Konflik terjadi karena kedua belah pihak bertikai masing-masing memiliki pemahaman dan kepentingan yang berbeda. Masalah yang di konflikkan adalah tidak ada petunjuk teknis ganti rugi, kelengkapan verifikasi data fisik, alokasi dana bantuan warga tidak sesuai jadwal, tidak ada acuan penetapan area terdampak, tidak ada penaganan kompensasi gagal panen, adanya pungutan liar dari instansi terkait, pemberian Jadup serta uang kontrakan tidak sesuai kebutuhan hidup, persoalan lokasi pemukiman baru yang tidak sesuai kultur dan bermasalahnya logistik nasi basi dalam pengungsian. Resolusi konflik 1) Arbitrasi yaitu warga meminta LSM sebagai pihak ketiga dengan membuat suatu keputusan yang tidak mengikat. Upaya yang sudah dilakukan dengan pihak ke tiga melalui pendekatan yuridis atau politik hukum, hasil putusan akhir gugatan warga korban dimenangkan perusahaan. 2) Mediasi yaitu terlibatnya Emha Ainun Najib sebagai mediator yang banyak memberikan kesempatan warga melakukan pengamatan data saat bertempat di istana presiden Puri Cikeas Bogor, dengan penuturan cerita (story-telling) tanpa diinterupsi dan sekaligus menindak lanjuti hasil pertemuan rapat pemerintah. Dan menghasilkan konsep pembayaran ganti rugi Cash and Carry 20% dan 80%. 3) Negosiasi yaitu upaya yang dilakukan warga dengan PT. Lapindo untuk mencari problem solving dari kedua belah pihak agar merasa sama-sama diuntungkan. Dan menghasilkan konsep pembayaran Cash and Resettlemen. Kata Kunci: Pemetaan, ganti rugi dan resolusi konflik
PESANTREN DAN PERUBAHAN SOSIAL Ismail, Muchammad
The Sociology of Islam Vol. 1 No. 1 (2011): June
Publisher : Prodi Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, UIN Sunan Ampel Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15642/jsi.2011.1.1.%p

Abstract

The growth of Pesantren as a traditional Islamic boarding school in the urban area has demonstrated that there have been changes in the pesantren itself. Some examples of Pesantren existing till now in urban areas are Pesantren for students Al-Hikam Malang, Pesantren for Students An-Nur Surabaya, and Pesantren Luhur Al-Husna Surabaya. Those three pesantren, at least there are two changes emerging in Pesantren tradition. First, from educational system perspective, not only teaching classical Islamic intellectualism, Pesantren have been also teaching modern sciences to their students which called Santri. Second, from leadership perspective which Pesantren have their unique leader called Kyai, Pesantren recently produce the concept of ‘Kyai Nasib’ as a specific typology for Islamic leaders who are chosen not because of their relation with the former Kyai nor descendants of Kyai, but because of their piousness, spirituality, managerial knowledge and charisma. Kata Kunci: pesantren, perubahan sosial, Kyai, “Kyai Nasib”, kharisma