Hiperglikemik merupakan keadaan adanya defek pada sekresi atau kerja insulin yang dapat berakibat diabetes melitus. Diabetes yang berlangsung lama memungkinkan pasien mengalami depresi yang ditandai dengan mood tertekan, kehilangan kesenangan atau minat, perasaan bersalah atau harga diri rendah, gangguan makan atau tidur, kurang energi, dan konsentrasi yang rendah. Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada atau tidaknya depresi pada penderita lansia dengan diabetes melitus tipe 2. Metode: Penelitian analitik dengan desain cross sectional study dan case control. Data diperoleh dengan menggunakan kuesioner yang dibagikan kepada lansia yang menderita DM dan non DM. Hasil: Subyek dalam penelitian ini berjumlah 176 orang lansia, terdiri dari 88 kelompok kasus (DM) dan 88 kelompok kontrol (non DM), didapatkan penderita DM yang paling banyak mengalami depresi berjenis kelamin laki-laki berjumlah 31 orang, non depresi terbanyak pada perempuan 22 orang. Mereka yang menderita DM 1,9 kali lebih beresiko untuk mengalami depresi dibanding non DM (OR = 1,9 (interval keyakinan 95%) 1,044 - 3,457, P = 0,036). Rerata lama penyakit pada subyek yang depresi antara DM dan non DM berbeda bermakna (5,51 ± 2,66 vs 3,54 ± 2,22, P = 0,000). Rerata KGD pada penderita DM yang depresi dibanding non depresi berbeda bermakna (310,31 ± 101,01 vs 262,89 ± 92,78, P = 0,029). Rerata lama penyakit untuk tingkatan depresi (ringan, sedang, berat) berbeda secara bermakna (3,00 ± 0,00 vs 4,97 ± 2,36 vs 7,06 ± 2,70, P = 0,000). Kesimpulan: Lansia penderita DM lebih beresiko mengalami depresi dibanding lansia non DM. Rerata lama penyakit pada subyek yang depresi antara DM dan non DM berbeda bermakna. Rerata KGD pada penderita DM yang depresi dibanding non depresi berbeda bermakna. Rerata lama penyakit untuk tingkatan depresi (ringan, sedang, berat) berbeda secara bermakna.