Claim Missing Document
Check
Articles

Found 5 Documents
Search

PENERAPAN DESAIN KONTEKSTUAL LOKAL TERHADAP PERENCANAAN FASAD BANGUNAN RSUD TALAGA, MAJALENGKA Laila Khoirunnisa; Wahyu Buana Putra; Andri Sopiandi
Lakar: Jurnal Arsitektur Vol 5, No 2 (2022)
Publisher : Universitas Indraprasta PGRI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30998/lja.v5i2.14251

Abstract

RSUD Talaga merupakan rumah sakit umum tingkat daerah kelas C yang pembangunannya sedang berjalan. Kehadiran bangunan rumah sakit baru ini menjadi perhatian khusus bagaimana desain olahan fasad yang akan diterapkan. Pada studi ini akan membahas bagaimana perencanaan desain fasad bangunan rumah sakit dapat mengaitkan diri dengan fasad bangunan di lingkungan setempat. Pada perencanaannya, desain fasad RSUD Talaga menerapkan konsep arsitektur kontekstual dengan pendekatan budaya yang dapat memperkuat identitas lokal daerah tersebut. Kabupaten Majalengka merupakan daerah yang terkenal dengan produksi bata dan genteng, maka pemerintah daerah juga menetapkan untuk setiap bangunan pemerintahan dan ruang publik harus menerapkan tema terakota. Tema Terakota pada bangunan pemerintahan ini juga sudah menjadi identitas lokal Kabupaten Majalengka. Sehingga hasil dari perencanaan desain fasad dapat berkesinambungan dengan kondisi lingkungan sekitar. Tulisan ini bertujuan untuk menyampaikan hasil studi tentang rumusan kriteria perencanaan desain fasad RSUD Talaga yang menerapkan konsep arsitektur kontekstual dengan pendekatan budaya menurut sudut pandang penulis. Metoda yang digunakan adalah deskriptif kualitatif dengan sumber acuan hasil studi pustaka dan survei lapangan. Hasil akhir tulisan penelitian adalah perencanaan desain fasad yang menerapkan prinsip-prinsip arsitektur kontekstual dengan pendekatan budaya.
KOMPONEN PEMBENTUK RUANG KOTA ALUN-ALUN CIANJUR Heru Wibowo; Marwoto Marwoto; Wahyu Buana Putra
Jurnal Arsitektur ARCADE Vol 6, No 3 (2022): Jurnal Arsitektur ARCADE November 2022
Publisher : Prodi Arsitektur UNIVERSITAS KEBANGSAAN

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31848/arcade.v6i3.1070

Abstract

Abstract: One of the cities having a historically significant public square is Cianjur Regency. Since the royal era, colonial era, and up to the present, the square has served as the distinguishing feature of the center of the royal authority. The layout of the square space fluctuates depending on the prevailing political ideologies. This study employs an exploratory methodology and approaches for gathering data from field observations. Cianjur Square contains seven of the eight elements that make up urban space, including: (a) changes in land use; (b) The building mass configuration is fixed and the shape of the space is no longer symmetrical like the original form; (c) Parking and circulation areas are well-organized; (d) Open space zones are effectively used; (e) Active and comfortable pedestrian paths; (f) The marker serving as the identity of the space is very thick with Islamic religious values; (g) Supporting activities that take place simultaneously and in various ways are no longer centered on the east side of the mosque, but are spread out to the north side of the open space.Abstrak: Kabupaten Cianjur merupakan salah satu kota dengan alun-alun sebagai ruang terbuka publik yang memiliki sejarah panjang. Alun-alun merupakan ciri khas sebuah wilayah pusat pemerintahan kerajaan yang memiliki makna khusus sejak zaman kerajaan, zaman kolonial sampai dengan saat ini. Settingruang alun-alun berubah dari masa ke masa, sesuai dengan kebijakan penguasa pada masanya. Penelitian ini menggunakan metode eksploratif dengan teknik pengambilan data observasi lapangan. Terdapat tujuh dari delapan komponen pembentuk ruang kota yang ditemukan di Alun-alun Cianjur, diantaranya: (a) tata guna lahan yang mengalami perubahan; (b) Betuk ruang yang tidak lagi simetris seperti bentuk aslinya, dari terpusat menjadi linier dan konfigurasi masa bangunan yang tetap; (c) Sirkulasi dan ruang parkir yang tertata dengan baik; (d) zona ruang terbuka termanfaatkan dengan efektif; (e) Jalur pedestrian yang aktif dan nyaman; (f) Penanda sebagai identitas ruang sangat kental dengan nilai religius islami; (g) Kegiatan pendukung yang belangsung secara simultan dan beragam, tidak lagi terpusat di sisi timur masjid, namun tersebar ke sisi utara ruang terbuka.
Pemindaian Ruang pada Bangunan dengan Mobile LiDAR Camera Nitih Indra Komala Dewi; Wahyu Buana Putra
Jurnal Arsitektur TERRACOTTA Vol 4, No 1 (2023)
Publisher : Itenas, Institut Teknologi Nasional Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26760/terracotta.v4i1.8146

Abstract

ABSTRAKDokumentasi merupakan bagian integral dari pengumpulan, penyimpanan, dan pengelolaan catatan arsitektur, penelitian, dan dokumen bangunan dalam arsitektur.  Lamanya waktu dalam proses pendataan lapangan dan keakuratan data yang diperoleh merupakan kendala yang dihadapi dalam proses pendataan lapangan untuk mendapatkan data dokumentasi arsitektur.  Kemajuan teknologi kamera pada smartphone semakin meningkat.  Dengan kemajuan teknologi saat ini, fungsi kamera pada smartphone tidak hanya sebagai alat pengambilan gambar fotografi tetapi sudah berkembang ke arah pemindaian objek.  Pemindaian benda bangunan telah banyak menggunakan teknologi pemindaian objek untuk mendapatkan tangkapan visual tiga dimensi dari ruang atau massa bangunan, salah satunya dengan metode 3D Scanner.  Penelitian ini bertujuan untuk menguji dan membandingkan metode 3D Scanner dengan menggunakan dua metode pengumpulan data yaitu kamera spot dan kamera dinamis.  Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sensor LiDAR yang terdapat pada iPhone memungkinkan pengguna menggunakannya dalam kegiatan survei untuk mengumpulkan data outdoor dan indoor yang ada. Berdasarkan analisis uji One Way Anova diperoleh P-value sebesar 0.976.  nilai P-value<0.05, yang berarti tidak ada perbedaan antara Dimensi yang dipindai dengan metode statis (X1), metode dinamis (X2), dan penggunaan laser distance (X3). Pelaksanaan pemindaian dengan metode statis memerlukan ketelitian dan kecermatan, mengingat keterbatasan jarak pemindaian dan pergerakan alat putar 360-tracking iPhone.  Pada penggunaan metode pemindaian statis, diperlukan beberapa titik pemindaian dan intensitas pemindaian.Kata kunci: sensor lidar, pemindaian statis, pemindaian dinamis, ABSTRACTDocumentation is integral to the collection, storage, and management of architectural records, research, and building documents in architecture. The length of time in the field data collection process and the accuracy of the data obtained are the obstacles encountered in obtaining architectural documentation data. Advances in camera technology on smartphones are increasing. With current technological advances, the function of the camera on a smartphone is not only a tool for taking photographic images but has developed for scanning objects. Scanning of building objects has widely used object scanning technology to obtain a three-dimensional visual capture of the space or mass of a building, one of which is the 3D Scanner method. This study aims to test and compare the 3D Scanner method using two data collection methods, namely spot cameras and dynamic cameras. The results of this study indicate that the LiDAR sensor found on the iPhone allows users to use it in survey activities to collect existing outdoor and indoor data. Based on the One Way Anova test analysis, a P-value of 0.976 was obtained. The P-value <0.05 means there is no difference between the Dimensions scanned with the static method (X1), the dynamic method (X2), and the use of laser distance (X3). Scanning using the static method requires accuracy and precision, considering the limitations of the scanning distance and the movement of the iPhone's 360-tracking rotary device. Several scanning points and intensities are necessary when using the static scanning method.Keywords: lidar sensor, static scanning method, dynamic scanning method,
Re-Design Facade Gedung Graha Widya Wisuda Institut Pertanian Bogor (IPB) Atas Tinjauan Ulang Program Ruang Fauzan Azima; Wahyu Buana Putra; Andri Sopiandi
Lakar: Jurnal Arsitektur Vol 6, No 1 (2023)
Publisher : Universitas Indraprasta PGRI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30998/lja.v6i1.15908

Abstract

Kehidupan seluruh umat manusia sangatlah penting dengan adanya pendidikan untuk memfasilitasi segala sesuatunya maka diperlukan adanya sarana dan prasarana di kampus salah satunya gedung GWW (Graha Widya Wisuda) Institut Pertanian Bogor (IPB) yang merupakan gedung yang berfungsi sebagai tempat pertemuan antar mahasiswa, pihak kampus dalam melaksanakan suatu kegiatan, khususnya kegiatan wisuda, gedung yang terletak di Jl. Meranti, Babakan, Kec.Dramaga, Bogor, Jawa Barat dengan bangunan segi enam ini dibangun pada tahun 1990 dengan luas 4.195 m2 dengan kapasitas 4.000 orang dan beberapa tempat duduk permanen sekitar 1.500 unit serta di area parkir yang menampung 800 mobil. Dikarenakan adanya peningkatan jumlah siswa setiap tahunnya,adanya kebutuhan space pada auditorium gedung GWW (Graha Widya Wisuda) dikarenakan adanya review terhadap program space pada auditorium untuk menambah orang/kursi pada auditorium sehingga terjadi perubahan fasad bangunan. Metode penelitian dengan mengumpulkan, menganalisis, dan menghitung data baik secara langsung di lokasi pembangunan maupun bekerja sama dengan instansi/perusahaan PT. Roaming Room untuk mendapatkan data. Dari penelitian ini terdapat hal baru yang dapat dijelaskan mengenai re-desain fasad bangunan dimana perubahan ruang interior bangunan dapat mempengaruhi fasad bangunan. Dan itu juga dapat berkontribusi sebagai landasan teoretis bagi banyak orang dalam desain arsitektur, memproses program ruang, dan mendesain ulang fasad,
POLA RUANG PERMUKIMAN DI SEKITAR KAWASAN KERATON SURAKARTA DAN KERATON KASEPUHAN Dwi Kustianingrum; Wahyu Buana Putra; Muhammad Miko Adityanto; Azhar Fairuz Zuhair; Ahmad Naufal Azdaffa
Jurnal Arsitektur ZONASI Vol 6, No 1 (2023): Vol 6, No 1 (2023): Jurnal Arsitektur Zonasi Februari 2023
Publisher : KBK Peracangan Arsitektur dan Kota Program Studi Arsitektur Fakultas Pendidikan Teknologi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.17509/jaz.v6i1.49008

Abstract

Abstract: The palace is the area where the ruler lives. In the everyday sense, it is the palace of the rulers in Java. The palace is also a palace which has a high philosophical, religious, and cultural meaning. The presence of the Walisongo in the archipelago has an impact not only seen in the decorations/patterns on the palace buildings, but also in the spatial layout, landscape patterns within the palace complex and around the palace. The palace as a symbol of the power building in the end, gave an influence on the development of the pattern of space around it. This study aims to detect land use, circulation and open space around the Kasepuhan Cirebon and Surakarta Palaces. These two palaces were used as objects of research because they were considered the same scope and could represent the locations of West Java and Central Java. Descriptive analysis is the study methodology employed. As a result of these two palaces: (1) land use, both have in common, namely housing, trade and green zones, (2) circulation in both Kasepuhan palaces has a grid pattern, only in Kasepuhan palace it is mixed with radials, and has surrounding functions as trade and services, (3) open space, in the Surakarta Palace there are Lor and Kidul squares for community activities, tourism and markets, while in the Kasepuhan palace there is a Balong Darmaloka open space for tourism and an open space for ceremonies and markets.the Kasepuhan Cirebon and Karaton Surakarta. These two palaces were used as research objects because they were considered to have the same scope and could represent the locations of West Java and Central Java.Keywords: Space Pattern, Karaton, Land Use, Circulation, Open SpaceAbstrak: Keraton merupakan wilayah penguasa tinggal. Dapat diistilahkan istana penguasa di wilayah tanah Jawa. Keraton adalah istana yang berarti secara filsafat, kebudayaan, dan keagamaan yang tinggi. Hadirnya para Walisongo di Nusantara memberikan dampak tidak hanya terlihat di ragam hias/corak pada bangunan-bangunan keraton, akan tetapi juga pada tata ruang, pola lanskap di dalam komplek keraton maupun di permukiman sekitar keraton. Keraton sebagai simbolis bangunan kekuasaan pada masa lampau, memberi pengaruh terhadap perkembangan pola ruang disekitarnya. Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi tata guna lahan, sirkulasi dan ruang terbuka  yang terdapat di permukiman sekitar keraton Kasepuhan Cirebon dan Keraton Surakarta. Kedua keraton ini dijadikan objek penelitian karena dianggap mempunyai lingkup yang sama dan dapat  mewakili lokasi daerah Jawa Barat dan Jawa Tengah. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif analistis. Sebagai kesimpulan pola permukiman di sekitar kedua keraton ini: (1) Tataguna lahan, keduanya mempunya kesamaan yaitu zona perumahan,, perdagangan dan jasa dan zona hijau, (2) Sirkulasi di kedua  keraton Kasepuhan  mempunyai pola grid, hanya yang di Keraton Kasepuhan bercampur dengan radial, dan mempunyai fungsi disekitarnya sebagai perdangangan dan jasa, (3) Ruang/ Area terbuka, Kompleks Keraton Surakarta memiliki Alun-alun Lor dan Kidul yang berfungsi sebagai tempat aktifitas masyarakatnya, wisata dan pasar, adapun di Komplek Keraton Kasepuhan terdapat ruang terbuka Balong Darmaloka untuk wisata dan ruang terbuka alun-alun untuk upacara dan pasar.Kata Kunci: pola ruang, keraton,tata guna lahan, sirkulasi,ruang terbuka