Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

Fonetik eksperimental: Dimensi gender pada cross tone kalimat interogatif Rofiatul Hima; Habib Rois
KEMBARA: Jurnal Keilmuan Bahasa, Sastra, dan Pengajarannya Vol. 8 No. 2 (2022): Oktober
Publisher : Universitas Muhammadiyah Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22219/kembara.v8i2.21744

Abstract

Perbedaan suara penutur, secara auditoris dapat dilihat melalui segmentasi tuturan pada komponen f0. Tujuan dalam penelitian ini adalah mengidentifikasi kontur nada kalimat interogatif pada penutur laki-laki dan perempuan dengan teknik Cross Tone pada pitch point. Penelitian ini merupakan implementasi dari metode eksperimental fonetik yang diterapkan berdasarkan ancangan IPO (Institut voor Perceptie Onderzoek). Data dalam penelitian ini adalah kalimat interogatif yang bersumber dari 6 penutur laki-laki dan 6 penutur perempuan. Analisis data yang digunakan meliputi: (1) segmentasi tuturan; (2) konversi gelombang dan nilai akustik; (3) substitusi kontur nada; dan (4) uji statistika. Hasil dalam penelitian ini menunjukkan bahwa silang nada kontur perempuan ke dalam pitch point penutur laki-laki mengalami perubahan pada tingkat jenis suara. Perubahan tersebut diakibatkan oleh penurunan nilai frekuensi fundamental pada setiap pitch point dengan interval 4 Hz-216 Hz atau jika dirata-rata mencapai 102 Hz. Berdasarkan hasil tersebut, dapat disimpulkan bahwa eksperimen silang nada dapat merubah jenis suara perempuan menyerupai suara laki-laki dan karakter penutur laki-laki dewasa menyerupai suara anak laki-laki. Merujuk hasil tersebut, suara penutur dengan frekuensi dasar rendah (laki-laki) memiliki konsistensi yang lebih kuat, sehingga cenderung tidak bisa dimanipulasikan ke dalam suara perempuan. Hasil penelitian ini dapat menambah khazanah pada kajian fonologi, khususnya dalam forensik gelombang suara.
LAGU MADURA SEBAGAI MEDIA PENGENALAN BUDAYA (TINJAUAN WACANA KRITIS) Dzarna Dzarna; Rofiatul Hima; Erdita Nur Rahmawati; Eka Jabbar Asmy
CaLLs: Journal of Culture, Arts, Literature, and Linguistics Vol 8, No 2 (2022): CaLLs, December 2022
Publisher : Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Mulawarman

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30872/calls.v8i2.7445

Abstract

Lagu menjadi sarana hiburan yang disukai banyak kalangan. Selain sebagai hiburan, lagu juga sebagai media untuk mengenalkan budaya di suatu daerah. Salah satunya adalah lagu Madura atau lagu yang menggunakan Bahasa Madura. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui budaya masyarakat Madura dalam lagu-lagu Madura yang mengarah pada pendidikan, pengajaran dan pembiasaan. Metode yang digunakan adalah analisis wacana kritis Norman Fairclough yang terdiri dari tahap kebahasaan, praktik kewacanaan, dan pratek sosiokultural. Sumber data terdiri dari 3 lagu Madura yang bertema pendidikan, pengajaran dan pembiasaan. Sedangkan data yaitu diksi, frase dan lirik-lirik lagu Madura yang menggambarkan budaya masyarakat Madura. Proses analisis data dilakukan tiga tahap yaitu tahap deskripsi, tahap interpretasi, dan tahap eksplanasi. Masing-masing tahap yaitu mengarah pada teori yaitu teks kebahasaan yang fokus pada kosakata yang mengandung kata ideologi, praktik kewacanaan yang  fokus pada pelibat wacana yang mengarah pada peran masyarakat dan praktek sosiokultural yang mengarah pada konteks situasional. Hasil penelitian ini, pendidikan masyarakat Madura pada teks lagu mengarah pada pendidikan pesantren dan begitu menjunjung tinggi seorang guru atau kiyai. Pada pengajaran masyarakat Madura begitu patuh pada pengajaran yang diajarkan oleh kiyai, ustad, guru, dan tokoh agama. Sedangkan pembiasaan, budaya masyarakat Madura suka bergoyun atau bercanda tentang keinginan untuk berpoligami. Ketiga budaya diatas tercermin dalam lirik-lirik lagu Madura.
Read Aloud Melalui Cerita Rakyat Dari Pendalungan Dina Merdeka Citraningrum; Rofiatul Hima
Journal of Community Development Vol. 3 No. 3 (2023): April
Publisher : Indonesian Journal Publisher

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47134/comdev.v3i3.107

Abstract

Instilling moral values ​​through read aloud has the potential to be developed. This type of training serves to instill moral values ​​contained in the culture of pendalungan and provide knowledge about read aloud. Especially if the knowledge of the culture of pendalungan can be introduced directly to children. Mitra is the Almuna Creative community owned by Dania Puspitasari. The proposing team intends to collaborate to carry out read aloud training through folklore from Pendalungan. As for what partners are currently facing are: (a) partner's lack of understanding about guidance to parents in choosing the right books for children, (b) partner's lack of understanding about the importance of reading aloud through folklore from pendalungan, and (c) partner's lack of understanding about the folklore of pendalungan. Thus, based on the observations and presentations that have been described, the problems and solutions offered by the PKM Team can be obtained in the read aloud training activities through folklore from Pendalungan. The activities carried out in this PKM are given through the lecture method with a participatory learning approach with an emphasis on the principle of learning by doing. By understanding the presentation of this PKM activity, participants can be moved in conveying messages through folklore from Pendalungan. The PKM team gave presentations on: (a) guidance to parents in choosing the right books for children, (b) the importance of reading aloud through folklore from pendalungan, and (c) folklore from pendalungan. The results obtained during the activity included: a) PKM participants had guidelines in choosing the right books for children, (b) PKM participants had the ability to convey messages through reading aloud strategies based on fun folklore from pendalungan, (c) PKM participants had understanding of folklore from pendalungan as a strategy for instilling moral values.
Senyapan Keraguan Tuturan Narasumber Sujiwo Tejo dalam Tayang Bincang Karni Ilyas Club Febrianti Dwi Rahayu; Fitri Amilia; Rofiatul Hima
Stilistika: Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Vol 17 No 1 (2024)
Publisher : Universitas Muhammadiyah Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30651/st.v17i1.20541

Abstract

This research aims to describe the duration of the shortest, medium and longest silent silences as well as the form of filled silences in Sujiwo Tejo's speech on the Karni Ilyas Club talk show. The method used in this research is descriptive qualitative. At the data collection stage, this research uses documentation, listening and note-taking techniques. Data analysis in this study used the HBB advanced technique matching method and the agih method with an advanced technique in the form of the lesap technique. The results of this study showed that the shortest silent silence duration was 285 ms when saying Yes // [285] and 297 ms when saying logic // [297]. Silent silences of medium duration were obtained with a duration of 462 ms, 371 ms when saying I use //[462] and screenshoot //[371] and 492 ms when saying there //[492]. Meanwhile, long silent silences have a duration of 3251 ms when saying baseball //[3251], and 3809 ms when saying Pak Karni //[3809]. The form of filled silences in Sujiwo Tejo's speech consists of filled sounds and words.