Sylvi Irawati
Departemen Farmasi Klinis Dan Komunitas Pusat Informasi Obat Dan Layanan Kefarmasian (PIOLK), Fakultas Farmasi, Universitas Surabaya

Published : 8 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 8 Documents
Search

Pencegahan Penyakit Kardiovaskular pada Pasien Diabetes Melitus Rawat Jalan: Fokus pada Penggunaan Antiplatelet, Statin dan Antihipertensi yang Belum Rasional Lie, Putri G. C. E.; Irawati, Sylvi; Presley, Bobby
Indonesian Journal of Clinical Pharmacy Vol 5, No 3 (2016)
Publisher : Indonesian Journal of Clinical Pharmacy

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (313.362 KB) | DOI: 10.15416/ijcp.2016.5.3.169

Abstract

  Komplikasi penyakit kardiovaskular merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas pada pasien diabetes melitus (DM) sekaligus dapat menambah beban biaya bagi pasien maupun negara dalam era Jaminan Kesehatan Nasional (JKN). Sebagai salah satu upaya untuk mencegah dan mengurangi risiko tersebut, American Diabetes Associaton (ADA) merekomendasikan pemberian statin, antiplatelet, dan antihipertensi pada pasien DM. Penelitian ini bertujuan untuk melihat profil penggunaan obat untuk pencegahan penyakit kardiovaskular pada pasien DM rawat jalan. Penelitian ini bersifat non-eksperimental dan cross-sectional, dilakukan terhadap 100 pasien DM rawat jalan di sebuah rumah sakit di Surabaya selama periode November–Desember 2014. Hasil penelitian menunjukkan dari 100 pasien yang memenuhi kriteria penggunaan statin, hanya 25 pasien DM yang menggunakan statin. Sebanyak 23 (30,67%) pasien mendapatkan antiplatelet dari total 75 pasien DM yang memenuhi kriteria penggunaan antiplatelet. Antihipertensi ditemukan digunakan pada 42 pasien (87,50%) dari total 48 pasien DM dengan hipertensi, namun tidak semua pasien menggunakan angiotensin-converting enzyme inhibitors (ACEIs) atau angiotensin-receptor blockers (ARBs) sebagai pilihan terapi seperti yang direkomendasikan oleh berbagai pedoman terapi. Dengan demikian, secara keseluruhan penggunaan obat pencegahan penyakit kardiovaskular pada pasien DM masih belum optimal. Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang membatasi penggunaan obat pencegahan primer maupun sekunder penyakit kardiovaskular pada pasien DM.Kata kunci: Antihipertensi, antiplatelet, diabetes melitus, pencegahan kardiovaskular, statin Prevention of Cardiovascular Disease in Diabetes Mellitus Outpatient: Focusing on Antiplatelet, Statins and Irrational Antihypertensive Drug Use Cardiovascular disease complication is a major cause of morbidity and mortality in diabetes mellitus (DM) patients and all at once is an addition to economic burden to both the patient and government in the era of universal coverage (UC). As one of strategies to prevent and reduce the risk of cardiovascular disease complication, American Diabetes Associaton (ADA) recommends the use of statins, antiplatelet, dan antihipertensive agents in DM patients. This study aimed to describe the profile of cardiovascular disease preventive drugs used in DM outpatients. This was non-experimental and cross-sectional study included 100 DM outpatients during the period of November–December 2014. This study found that only 25 out of 100 patients who met-statin criteria were on statins. Antiplatelet agents were only prescribed in 23 (30.67%) out of 75 DM patients who met criteria. Antihypertensive agents were used in 42 (87.50%) out of 48 DM patients who were hypertensive, however angiotensin-converting enzyme inhibitors (ACEIs) or angiotensin-converting blockers (ARBs) were not used as an agent of choice as recommended by various guidelines. Overall, the use of cardiovascular disease preventive drugs in DM patients has yet to be optimal. Further research was needed to identify factors which confine the use of cardiovascular disease primary and secondary preventive drugs in DM patients.Keywords: Antihypertensive, antiplatelet, cardiovascular prevention, diabetes mellitus, statins
Profil Kompatibilitas Sediaan Obat Intravena dengan Pelarut pada Pasien Intensive Care Unit Dwijayanti, Sharly; Irawati, Sylvi; Setiawan, Eko
Indonesian Journal of Clinical Pharmacy Vol 5, No 2 (2016)
Publisher : Indonesian Journal of Clinical Pharmacy

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (299.505 KB) | DOI: 10.15416/ijcp.2016.5.2.84

Abstract

Kompatibilitas merupakan salah satu faktor penentu kualitas sediaan intravena (IV) yang berdampak pada keberhasilan terapi pasien Intensive Care Unit (ICU). Tujuan penelitian ini adalah mengidentifikasi profil kompatibilitas dan inkompatibilitas sediaan obat IV yang diberikan kepada pasien ICU. Penelitian observasional ini dilakukan secara prospektif pada pasien di ICU sebuah rumah sakit swasta Surabaya selama periode Oktober–Desember 2014. Pada penelitian ini, data pencampuran obat IV dengan pelarutnya dibandingkan dengan menggunakan brosur sediaan dan Handbook on Injectable Drugs Edisi 17 (2013) sebagai acuan untuk menganalisis kompatibilitas sediaan IV. Campuran antara obat IV dan pelarutnya diklasifikasikan sebagai campuran yang kompatibel, inkompatibel, no information (NI), not applicable (NA), dan not clear (NC) dengan menggunakan kriteria tertentu. Hasil penelitian menunjukkan terdapat 1.186 pencampuran antara senyawa obat IV dengan pelarut dari total 39 pasien ICU yang diamati. Tidak ditemukan pencampuran antara senyawa obat dengan pelarut yang inkompatibel, baik pada pasien dewasa maupun anak. Sebagian besar senyawa obat dicampur dengan pelarut yang kompatibel (dewasa: 72,31%; anak: 69,84%). Akan tetapi, berdasarkan 3 pustaka rujukan untuk kasus kompatibilitas sediaan IV yang digunakan dalam penelitian ini, masih terdapat campuran antara senyawa obat dengan pelarut yang belum diketahui informasi kompatibilitasnya sehingga diklasifikasikan sebagai NI (dewasa: 19,68%; anak: 30,16%). Sebagian kecil dari pencampuran senyawa obat IV dengan pelarutnya, diklasifikasikan sebagai NA dan NC, yaitu sebesar 7,48% dan 0,53%, secara berturut-turut. Terbatasnya informasi terkait kompatibilitas dan stabilitas sediaan IV tersebut mendorong dilakukannya pemantauan kondisi pasien dan kadar obat secara berkesinambungan.Kata kunci: Campuran intravena, ICU, kompatibilitas Profile of Intravenous Admixture Compatibility in The Intensive Care Unit (ICU) Patients Compatibility is one of the important factors determining the quality of intravenous (IV) admixtures which may directly impact to the outcome of treatment to the Intensive Care Unit (ICU) patients. The objective of this study was to identify the profile of compatibility and incompatibility among IV admixtures given to the ICU patients. This observational research was conducted prospectively to the patients admitted in the ICU at a private hospital in Surabaya from October–December 2014. In this research, compatibility data of IV drug and its solution was compared with drug brochure and Handbook on Injectable Drugs 17th ed (2013) as references to analyze the compatibility of IV admixtures. The admixture between IV drug and its solvent was classified as compatible, incompatible, no information (NI), not applicable (NA), and not clear (NC), using a specific criteria. There were 1.186 IV drug‑solvent admixtures observed in 39 ICU patients. There were no IV drug-solvent admixtures classified as incompatible in both adult and child patients. Most of IV drugs were admixed with compatible solvents (adults: 72.31%; children: 69.84%). However, according to two of IV drugs compatibility references used in this research, there were some IV drug-solvent admixtures with unknown information about its compatibility that were classified as NI (adults: 19.68%; children: 30.16%). There were a few of IV drug-solvent admixtures classified as NA and NC, of 7.48% and 0.53%, respectively. The lack of information related to compatibility and stability of the IV admixtures emphasize the importance to continually monitor patients’ condition and drug concentration.Key words: Compatibility, ICU, intravenous admixture
Pencegahan Penyakit Kardiovaskular pada Pasien Diabetes Melitus Rawat Jalan: Fokus pada Penggunaan Antiplatelet, Statin dan Antihipertensi yang Belum Rasional Putri G. C. E. Lie; Sylvi Irawati; Bobby Presley
Indonesian Journal of Clinical Pharmacy Vol 5, No 3 (2016)
Publisher : Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (311.946 KB) | DOI: 10.15416/ijcp.2016.5.3.169

Abstract

  Komplikasi penyakit kardiovaskular merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas pada pasien diabetes melitus (DM) sekaligus dapat menambah beban biaya bagi pasien maupun negara dalam era Jaminan Kesehatan Nasional (JKN). Sebagai salah satu upaya untuk mencegah dan mengurangi risiko tersebut, American Diabetes Associaton (ADA) merekomendasikan pemberian statin, antiplatelet, dan antihipertensi pada pasien DM. Penelitian ini bertujuan untuk melihat profil penggunaan obat untuk pencegahan penyakit kardiovaskular pada pasien DM rawat jalan. Penelitian ini bersifat non-eksperimental dan cross-sectional, dilakukan terhadap 100 pasien DM rawat jalan di sebuah rumah sakit di Surabaya selama periode November–Desember 2014. Hasil penelitian menunjukkan dari 100 pasien yang memenuhi kriteria penggunaan statin, hanya 25 pasien DM yang menggunakan statin. Sebanyak 23 (30,67%) pasien mendapatkan antiplatelet dari total 75 pasien DM yang memenuhi kriteria penggunaan antiplatelet. Antihipertensi ditemukan digunakan pada 42 pasien (87,50%) dari total 48 pasien DM dengan hipertensi, namun tidak semua pasien menggunakan angiotensin-converting enzyme inhibitors (ACEIs) atau angiotensin-receptor blockers (ARBs) sebagai pilihan terapi seperti yang direkomendasikan oleh berbagai pedoman terapi. Dengan demikian, secara keseluruhan penggunaan obat pencegahan penyakit kardiovaskular pada pasien DM masih belum optimal. Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang membatasi penggunaan obat pencegahan primer maupun sekunder penyakit kardiovaskular pada pasien DM.Kata kunci: Antihipertensi, antiplatelet, diabetes melitus, pencegahan kardiovaskular, statin Prevention of Cardiovascular Disease in Diabetes Mellitus Outpatient: Focusing on Antiplatelet, Statins and Irrational Antihypertensive Drug Use Cardiovascular disease complication is a major cause of morbidity and mortality in diabetes mellitus (DM) patients and all at once is an addition to economic burden to both the patient and government in the era of universal coverage (UC). As one of strategies to prevent and reduce the risk of cardiovascular disease complication, American Diabetes Associaton (ADA) recommends the use of statins, antiplatelet, dan antihipertensive agents in DM patients. This study aimed to describe the profile of cardiovascular disease preventive drugs used in DM outpatients. This was non-experimental and cross-sectional study included 100 DM outpatients during the period of November–December 2014. This study found that only 25 out of 100 patients who met-statin criteria were on statins. Antiplatelet agents were only prescribed in 23 (30.67%) out of 75 DM patients who met criteria. Antihypertensive agents were used in 42 (87.50%) out of 48 DM patients who were hypertensive, however angiotensin-converting enzyme inhibitors (ACEIs) or angiotensin-converting blockers (ARBs) were not used as an agent of choice as recommended by various guidelines. Overall, the use of cardiovascular disease preventive drugs in DM patients has yet to be optimal. Further research was needed to identify factors which confine the use of cardiovascular disease primary and secondary preventive drugs in DM patients.Keywords: Antihypertensive, antiplatelet, cardiovascular prevention, diabetes mellitus, statins
Kajian Penggunaan, Ketepatan, dan Biaya Antibiotik pada Pasien Rawat Inap Anak di Sebuah Rumah Sakit Umum di Surabaya Silvia Monica; Sylvi Irawati; Eko Setiawan
Indonesian Journal of Clinical Pharmacy Vol 7, No 3 (2018)
Publisher : Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (524.455 KB) | DOI: 10.15416/ijcp.2018.7.3.194

Abstract

Ketepatan penggunaan antibiotik merupakan salah satu aspek penting untuk memastikan efektivitas dan keamanan terapi pada semua kelompok pasien, terutama kelompok pasien dengan perbedaan fisiologi dan profil farmakokinetika. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji penggunaan, ketepatan, dan biaya antibiotik pada bangsal rawat inap anak selama periode November–Desember 2015. Metode pengumpulan data pada penelitian ini adalah observasi yang dilakukan secara prospektif terhadap seluruh data rekam medis pasien rawat inap anak yang mendapatkan antibiotik selama periode pengambilan data. Data pasien rawat inap anak yang mendapatkan antibiotik dengan indikasi profilaksis sebelum pembedahan, menghendaki pulang paksa, dan memerlukan perawatan khusus pada saat pengambilan data dieksklusi dari penelitian. Total terdapat 109 rekam medis pasien yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Sebesar 82 pasien (75,23%) pada penelitian ini berusia 1–24 bulan. Terdapat 5 pasien (4,59%) dengan diagnosis keluar noninfeksi dan tidak memiliki tanda infeksi yang menerima antibiotik. Tidak terdapat pasien yang mendapatkan kultur bakteri. Golongan antibiotik yang paling banyak digunakan adalah sefalosporin generasi III yaitu sebesar 114 antibiotik (90,48%), dan sebanyak 63 antibiotik (55,26%) di antaranya adalah seftriakson. Penggunaan antibiotik pada 21 pasien (45,65%) dinyatakan sesuai dosis, pada 19 pasien (41,30%) hanya sesuai dosis dan frekuensi, serta pada 6 pasien diklasifikasikan sebagai tidak ada yang sesuai. Biaya rata-rata antibiotik per pasien pada penelitian ini adalah sebesar Rp209.731,72. Penggunaan antibiotik pada pasien rawat inap anak pada rumah sakit tempat pengambilan data perlu dioptimalkan ketepatannya. Kultur bakteri dan uji sensitivitas perlu diupayakan di rumah sakit tempat pengambilan data sebagai upaya penjaminan ketepatan antibiotik.Kata kunci: Antibiotik, pediatrik, review penggunaan obat Review of the Utilization, Appropriateness, and Cost of Antibiotics among Paediatric Inpatients in a Public Hospital in SurabayaAbstractAn appropriate utilization of antibiotics is one of important aspects to assure treatment effectiveness and safety in all patient groups, especially in patients with distinctive physiology and pharmacokinetic profile. This study aimed to assess the utilization, appropriateness and cost of antibiotics administered in a pediatric hospital ward during November–December 2015. Method used to collect the data was observation conducted prospectively towards all medical records of paediatric inpatients receiving antibiotics during the study period. Medical records of patients receiving prophylaxis antibiotics before surgery, patients discharged against medical advice, and patients suddenly needed medical treatment in a special ward were excluded from the study. Overall, a total of 109 medical records met inclusion and exclusion criteria, in which 82 (75.23%) patients’ age ranged from 1 month to 2 years. There were 5 (4.59%) patients with non-infectious diagnoses and no signs of infection receiving antibiotics. No patients were tested for a microbial culture. The most utilized antibiotic class was the 3rd generation of cephalosporins (114 antibiotics, 90.48%); 63 (55.26%) of which was ceftriaxone. The utilization of antibiotics in 21 (45.65%) patients was considered dose appropriate, in 19 (41.30%) patients were dose-frequency appropriate and in 6 patients was classified as none appropriate. The mean of the cost of antibiotic per patient was IDR 209,731.72. There is a need to optimalize the appropriateness of antibiotic utilization in hospitalized pediatrics at the study hospital. Microbial culture and sensitivity tests would plausibly be one of preliminary steps to guard the appropriateness of antibiotic utilization.Keywords: Antibiotics, drug utilization review, paediatrics
Profil Kompatibilitas Sediaan Obat Intravena dengan Pelarut pada Pasien Intensive Care Unit Sharly Dwijayanti; Sylvi Irawati; Eko Setiawan
Indonesian Journal of Clinical Pharmacy Vol 5, No 2 (2016)
Publisher : Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (88.841 KB) | DOI: 10.15416/ijcp.2016.5.2.84

Abstract

Kompatibilitas merupakan salah satu faktor penentu kualitas sediaan intravena (IV) yang berdampak pada keberhasilan terapi pasien Intensive Care Unit (ICU). Tujuan penelitian ini adalah mengidentifikasi profil kompatibilitas dan inkompatibilitas sediaan obat IV yang diberikan kepada pasien ICU. Penelitian observasional ini dilakukan secara prospektif pada pasien di ICU sebuah rumah sakit swasta Surabaya selama periode Oktober–Desember 2014. Pada penelitian ini, data pencampuran obat IV dengan pelarutnya dibandingkan dengan menggunakan brosur sediaan dan Handbook on Injectable Drugs Edisi 17 (2013) sebagai acuan untuk menganalisis kompatibilitas sediaan IV. Campuran antara obat IV dan pelarutnya diklasifikasikan sebagai campuran yang kompatibel, inkompatibel, no information (NI), not applicable (NA), dan not clear (NC) dengan menggunakan kriteria tertentu. Hasil penelitian menunjukkan terdapat 1.186 pencampuran antara senyawa obat IV dengan pelarut dari total 39 pasien ICU yang diamati. Tidak ditemukan pencampuran antara senyawa obat dengan pelarut yang inkompatibel, baik pada pasien dewasa maupun anak. Sebagian besar senyawa obat dicampur dengan pelarut yang kompatibel (dewasa: 72,31%; anak: 69,84%). Akan tetapi, berdasarkan 3 pustaka rujukan untuk kasus kompatibilitas sediaan IV yang digunakan dalam penelitian ini, masih terdapat campuran antara senyawa obat dengan pelarut yang belum diketahui informasi kompatibilitasnya sehingga diklasifikasikan sebagai NI (dewasa: 19,68%; anak: 30,16%). Sebagian kecil dari pencampuran senyawa obat IV dengan pelarutnya, diklasifikasikan sebagai NA dan NC, yaitu sebesar 7,48% dan 0,53%, secara berturut-turut. Terbatasnya informasi terkait kompatibilitas dan stabilitas sediaan IV tersebut mendorong dilakukannya pemantauan kondisi pasien dan kadar obat secara berkesinambungan.Kata kunci: Campuran intravena, ICU, kompatibilitas Profile of Intravenous Admixture Compatibility in The Intensive Care Unit (ICU) Patients Compatibility is one of the important factors determining the quality of intravenous (IV) admixtures which may directly impact to the outcome of treatment to the Intensive Care Unit (ICU) patients. The objective of this study was to identify the profile of compatibility and incompatibility among IV admixtures given to the ICU patients. This observational research was conducted prospectively to the patients admitted in the ICU at a private hospital in Surabaya from October–December 2014. In this research, compatibility data of IV drug and its solution was compared with drug brochure and Handbook on Injectable Drugs 17th ed (2013) as references to analyze the compatibility of IV admixtures. The admixture between IV drug and its solvent was classified as compatible, incompatible, no information (NI), not applicable (NA), and not clear (NC), using a specific criteria. There were 1.186 IV drug‑solvent admixtures observed in 39 ICU patients. There were no IV drug-solvent admixtures classified as incompatible in both adult and child patients. Most of IV drugs were admixed with compatible solvents (adults: 72.31%; children: 69.84%). However, according to two of IV drugs compatibility references used in this research, there were some IV drug-solvent admixtures with unknown information about its compatibility that were classified as NI (adults: 19.68%; children: 30.16%). There were a few of IV drug-solvent admixtures classified as NA and NC, of 7.48% and 0.53%, respectively. The lack of information related to compatibility and stability of the IV admixtures emphasize the importance to continually monitor patients’ condition and drug concentration.Key words: Compatibility, ICU, intravenous admixture
Persepsi dan Kecenderungan Keterlibatan Apoteker di Apotek pada Proses Rekonsiliasi Obat Eko Setiawan; Sylvi Irawati; Bobby Presley; Susilo Ari Wardhani
Jurnal Sains Farmasi & Klinis Vol 2, No 1 (2015): J Sains Farm Klin 2(1), November 2015
Publisher : Fakultas Farmasi Universitas Andalas

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (363.371 KB) | DOI: 10.29208/jsfk.2015.2.1.55

Abstract

The objective of this study was to gain insight into the perception and the likelihood to practice medication reconciliation among pharmacists working at the apotek. Two guiding questions were given to each participant and participants were asked to write the answer on the paper. Thematic analysis was used to analyse the data. There were 31 pharmacists involved in this study. All of participants perceived that medication reconciliation was important to be implemented. Almost all of participants (i.e 30 from 31 pharmacists) clearly stated that they would like to implement medication reconciliation. And, there were 3 themes found as the main motivation factors in implementing the medication reconciliation. Pharmacists who were working at the apotek had a good perception about medication reconciliation and also showed the likelihood to implement medication reconciliation. Further research need to be conducted in order to explore the barriers in implementing medication reconciliation.
Studi Pendahuluan Profil Penggunaan Obat dan Kepatuhan terhadap Pengobatan pada Pasien Lupus di Komunitas Sylvi Irawati; Adji Prayitno; Angel Angel; Rosati Herma Safitri
Jurnal Sains Farmasi & Klinis Vol 2, No 1 (2015): J Sains Farm Klin 2(1), November 2015
Publisher : Fakultas Farmasi Universitas Andalas

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (360.1 KB) | DOI: 10.29208/jsfk.2015.2.1.53

Abstract

This study aimed to describe medications used and compliance in systemic lupus erythematosus (SLE) patients. This was a nonexperimental and prospective study. Patients aged ≥18 years old, used medications for SLE and consented to participate were included in this study. Data was collected from September to November 2012 by observation and interview. Pill count method was used to measure patients compliance. All of 15 patients participated in this study were female with median of age 30 years old. Three patients received single medication and the rest received combination drugs. All patients used corticosteroids. In 12 patients it was combined with 1 or 2 of disease-modifying antirheumatic drugs (DMARDs). More than 50% patients did not comply with their medications. Further research is needed to elicit barriers for noncompliance and to produce strategy for improving the medication-taking-related behaviour in SLE patients.
KAJIAN PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PADA PASIEN DIARE AKUT DI BANGSAL RAWAT INAP ANAK Kristina Eni Trisnowati; Sylvi Irawati; Eko Setiawan
JURNAL MANAJEMEN DAN PELAYANAN FARMASI (Journal of Management and Pharmacy Practice) Vol 7, No 1
Publisher : Faculty of Pharmacy, Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22146/jmpf.363

Abstract

Pemberian terapi antibiotik untuk pasien diare akut anak yang kurang tepat merupakan salah satu tantangan dalam bidang kesehatan di berbagai negara, termasuk Indonesia. Fenomena tersebut berpotensi meningkatkan biaya kesehatan yang seharusnya dapat dihindari di era implementasi program Jaminan Kesehatan  Nasional (JKN). Tujuan penelitian ini adalah untuk memberikan deskripsi profil penggunaan dan biaya antibiotik pada pasien diare akut anak yang menjalani rawat inap. Penelitian observasional ini dilakukan secara prospektif selama April-Juli 2015. Rekam medis pasien serta data tagihan biaya perawatan (billing) pasien digunakan sebagai bahan penelitian. Konfirmasi dengan tenaga kesehatan lain, jika diperlukan, dilakukan pada saat proses visite bersama dengan tenaga kesehatan lain. Analisis deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan penggunaan antibiotik dan biaya. Sebanyak 43 pasien anak memenuhi kriteria inklusi penelitian ini. Hampir seluruh pasien (93,02%) mendapatkan antibiotik dan sefalosporin generasi ketiga (69,23%) merupakan golongan antibiotik yang paling banyak diresepkan baik dalam bentuk tunggal maupun kombinasi. Sebanyak 45,49% (rentang 2,13%-79,48%) dari total biaya obat dialokasikan untuk penggunaan antibiotik. Rata-rata lama perawatan pada pasien diare akut non disentri dengan dan tanpa terapi antibiotik adalah 4,72 hari dan 2,5 hari, secara berturut-turut. Penggunaan antibiotik yang lazim diberikan kepada pasien diare akut anak tidak memperpendek lama tinggal di rumah sakit. Peresepan antibiotik pada pasien anak dengan diare akut perlu dipertimbangkan lebih lanjut dengan mempertimbangkan peta kuman lokal rumah sakit.