Guntur Adi Putra
Universitas Negeri Malang

Published : 2 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

Menilik diplomasi pendidikan Agama Buddha oleh Kerajaan Sriwijaya dalam Prasasti Nalanda abad ke-9 M Guntur Adi Putra; Yuliati Yuliati
Historiography: Journal of Indonesian History and Education Vol 1, No 3 (2021)
Publisher : Universitas Negeri Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1058.456 KB) | DOI: 10.17977/um081v1i32021p343-351

Abstract

This paper is a study that reveals the existence and diplomatic relations between Buddhist religious education established by the Sriwijaya Kingdom and the Pala Kingdom based on the Nalanda Inscription in the 9th century AD. Srivijaya's fame lies not only in its strength as a maritime empire but also in the aspect of religious diplomacy. The Buddhist teachings adopted by the Srivijaya Kingdom were very strong and attracted monks to study in this kingdom. One of the monks who had studied in Sriwijaya was I-Tsing from China. Through this, we can know that Srivijaya was once the center of Buddhism in Southeast Asia. The Srivijaya Kingdom then established diplomatic relations with Nalanda in India to strengthen the skills of its students to learn more about Buddhism. In Nalanda, Maha Vihara Nalanda is also touted as a center for learning Buddhism in Asia. Thus, based on the Nalanda Inscription which was made in the 9th century, it is known that Srivijaya-Nalanda agreed to establish educational cooperation to increase the capacity and spread of Buddhism in Asia. This study uses a literature study with a qualitative approach. In addition, to analyze the content of existing sources, the researcher also uses historical methods consisting of heuristic steps, source criticism, interpretation, and historiography. Tulisan ini merupakan kajian yang mengungkap keberadaan dan hubungan diplomatik antara pendidikan agama Buddha yang dijalin oleh Kerajaan Sriwijaya dan Kerajaan Pala berdasarkan Prasasti Nalanda pada abad ke-9 Masehi. Ketenaran Sriwijaya tidak hanya terletak pada kekuatannya sebagai kerajaan maritim tetapi juga dalam aspek diplomasi agama. Ajaran Buddha yang dianut oleh Kerajaan Sriwijaya sangat kuat dan menarik para biksu untuk belajar di kerajaan ini. Salah satu biksu yang pernah belajar di Sriwijaya adalah I-Tsing dari Tiongkok. Melalui ini, kita dapat mengetahui bahwa Sriwijaya pernah menjadi pusat agama Buddha di Asia Tenggara. Kerajaan Sriwijaya kemudian menjalin hubungan diplomatik dengan Nalanda di India untuk memperkuat keterampilan para siswanya untuk belajar lebih banyak tentang agama Buddha. Di Nalanda, Maha Vihara Nalanda juga digadang-gadang sebagai pusat pembelajaran agama Buddha di Asia. Dengan demikian, berdasarkan Prasasti Nalanda yang dibuat pada abad ke-9 diketahui bahwa Sriwijaya-Nalanda sepakat untuk menjalin kerjasama pendidikan untuk meningkatkan kapasitas dan penyebaran agama Buddha di Asia. Penelitian ini menggunakan studi kepustakaan dengan pendekatan kualitatif. Selain itu, untuk menganalisa isi dari sumber yang ada, peneliti juga menggunakan metode sejarah yang terdiri dari langkah heuristik, kritik sumber, interpretasi, dan historiografi.
KOSMOLOGI KALPATARU: REPRESENTASI KEHIDUPAN DAN PENGHARAPAN MASYARAKAT JAWA DI ABAD 9-16 MASEHI Vita Sabrina Azda Laili; Dyas Aditya Rey Ananda; Guntur Adi Putra; Muhammad Wahyu Prahardana
Sejarah dan Budaya: Jurnal Sejarah, Budaya, dan Pengajarannya Vol 16, No 2 (2022): Sejarah dan Budaya: Jurnal Sejarah, Budaya, dan Pengajarannya
Publisher : Universitas Negeri Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.17977/um020v16i22022p265-275

Abstract

The development of three-dimensional art in Java is an illustration of local beliefs and implementation of the local wisdom of the people who make it. Kalpataru is a term used to refer to the types of sculptural motifs that are often found in several three-dimensional works of art on the island of Java. The phenomenon of using the term kalpataru is a unique thing. This is because in general Kalpataru is closely related to the lifestyle and hope of the Javanese people. However, the agreed three-dimensional artwork called kalpataru is a work that describes the living conditions of the people of the past, both natural and social environmental conditions. This writing aims to describe how kalpataru has become the term chosen to refer to tridimensional works of art with certain characteristics, besides that it also aims to get an overview of the social and environmental conditions of the community in the past, especially regarding local wisdom and expectations, from the Javanese. The research method used is a historical research method with four stages, namely heuristics, verification, interpretation, and historiography. Perkembangan seni trimatra di Jawa merupakan gambaran kepercayaan dan kearifan lokal serta bentuk implementasi kearifan lokal masyarakat pembuatnya. Kalpataru merupakan istilah yang digunakan untuk merujuk pada salah satu jenis motif pahatan yang kerap ditemui dalam beberapa karya seni trimatra di Pulau Jawa. Fenomena penggunaan istilah kalpataru ini merupakan suatu hal yang unik. Hal tersebut karena umumnya kalpataru lekat dengan pola hidup serta pengrahapan masyarakat Jawa, sebab karya seni trimatra yang disepakati untuk disebut dengan istilah kalpataru, merupakan karya yang menggambarkan kondisi kehidupan masyarakat lampau, baik kondisi lingkungan alam hingga sosial. Penulisan ini bertujuan untuk mendeskripsikan bagaimana kalpataru menjadi istilah yang dipilih untuk merujuk karya seni trimatra dengan ciri tertentu, selain itu juga bertujuan mendapatkan gambaran mengenai kondisi sosial dan lingkungan masyarakat pada masa lampau khususnya mengenai kearifan lokal serta pengharapan masyarakat Jawa. Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian sejarah dengan empat tahapan yakni heuristik, verifikasi, interpretasi, dan historiografi.