Zulfahani Zulfahani
UIN Sunan Kalijaga

Published : 1 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 1 Documents
Search

AJARAN TASAWUF ABU YAZID AL-BUSTHAMI Zulfahani Zulfahani; Ahmad Mukhlasin
Al-Munqidz : Jurnal Kajian Keislaman Vol 8, No 1: Januari (2020)
Publisher : Institut Agama Islam Imam Ghozali

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.52802/amk.v8i1.179

Abstract

Lintasan sejarah Islam yang berakar pada tradisi asketisme tidak bisa dipisahkan dengan ajaran yang disebut tasawuf. Terlepas dari pembagian aliran tasawuf yang dikemukakan oleh Goldziher, tidak bisa disangkali bahwa Nabi dan para sahabatnya telah sedari awal kelahiran Islam mencontohkan sebuah gaya hidup dan perilaku zuhud. kezuhudan atau asketisme adalah hikmah pemahaman yang membuat para penganutnya mempunyai pandangan khusus terhadap kehidupan duniawi, di mana mereka tetap bekerja dan berusaha, akan tetapi kehidupan dunia itu tidak menguasai kecenderungan kalbu mereka, serta tidak membuat mereka mengingkari Tuhannya.Para asketis (zahid) dalam masyarakat Islam awal di kehidupan sehari-harinya adalah orang-orang yang bekerja, memiliki jabatan dalam pemerintahan, memiliki usaha, bahkan terkadang merupakan orang kaya. Ajaran asketisme ini pada gilirannya berkembang menjadi ajaran-ajaran yang dirumuskan dalam teori-teori dan masyarakat muslim mulai mengenal nama tasawuf yang dimaknai sebagai moralitas-moralitas berdasarkan Islam. Tapi meskipun begitu sekurang-kurangnya pada akhir abad ketiga Hijriah kita bisa melihat peralihan konkrit pada asketisme Islam, dan para asketis (zâhid) pada masa itu tidak lagi dikenal dengan gelar ‘az-zâhid’ tapi sudah dikenal dengan gelar ‘ash-shûfi’. Mereka pun cenderung membicarakan konsep-konsep yang tidak dikenal di masa sebelumnya, seperti tentang moral, jiwa, tingkah laku, pembatasan arah yang harus ditempuh seorang sâlik, maqamât, hâl, makrifat dan metode-metodenya, tauhid, fanâ`, baqâ`, ittihâd, dan hulûl. Bukan hanya istilah-istilah tasawuf baru yang diperkenal pada fase perkembangan ini, namun para sufi juga menyusun prinsip-prinsip teoritis dari semua konsepnya itu.Abu Yazid al-Busthami adalah seorang sufi yang menghadirkan konsep baru di tengah khazanah sufisme dan mistisme Islam, yaitu ajaran fanâ`, baqâ`, dan ittihâd. Ia juga menjadi tokoh pembatas antara masa asketisme (kezuhudan) dan masa tasawuf teoritis (mistisme). Konsep ajaran fanâ` adalah keadaan lenyapnya kesadaran seorang sufi akan dirinya sendiri dan alam sekitarnya yang diperoleh dengan jalan membersihkan diri dari akhlak-akhlak tercela dan syahwat-syahwat dunia. Setelah mencapai fase fanâ` seorang sufi akan tiba di kekekalan sifat-sifat ketuhanan atau disebut baqâ`.