Claim Missing Document
Check
Articles

Found 13 Documents
Search

DESAIN PENGEMBANGAN KURIKULUM INTEGRATIF DAN IMPLEMENTASINYA DALAM PEMBELAJARAN Mukhlasin, Ahmad; Wibowo, Rakhmat
TAWADHU Vol 2, No 1 (2018): Jurnal Tawadhu
Publisher : IAIIG Cilacap

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (26.17 KB)

Abstract

The curriculum as a system as well as a tool to achieve the goal of education becomes very urgent and absolute in an educational program. The curriculum is not enough just to contain the competences of students only, but the curriculum must also be able to synergize with all aspects of human life. This is the importance of the integrative curriculum as an integrated learning system both between its contents and the reality of human needs. On the one hand, a system will work best if the system is well planned, organized and applied properly. This means that the design of a curriculum will also determine whether the curriculum will be accomplished and deliver on the educational objectives or be forced to fail and need to be redesigned.The design of integrative curriculum development is the effort to develop the curriculum to develop the ability of reasoning in the formation of knowledge based on interaction with the environment and experience in life. This approach is intended as an effort to integrate three things namely the development, growth and ability of learners knowledge.
DESAIN PENGEMBANGAN KURIKULUM INTEGRATIF DAN IMPLEMENTASINYA DALAM PEMBELAJARAN Mukhlasin, Ahmad; Wibowo, Rachmat
Jurnal Tawadhu Vol 2, No 1 (2018): Jurnal Tawadhu
Publisher : IAIIG Cilacap

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (221.221 KB)

Abstract

The curriculum as a system as well as a tool to achieve the goal of education becomes very urgent and absolute in an educational program. The curriculum is not enough just to contain the competences of students only, but the curriculum must also be able to synergize with all aspects of human life. This is the importance of the integrative curriculum as an integrated learning system both between its contents and the reality of human needs. On the one hand, a system will work best if the system is well planned, organized and applied properly. This means that the design of a curriculum will also determine whether the curriculum will be accomplished and deliver on the educational objectives or be forced to fail and need to be redesigned.The design of integrative curriculum development is the effort to develop the curriculum to develop the ability of reasoning in the formation of knowledge based on interaction with the environment and experience in life. This approach is intended as an effort to integrate three things namely the development, growth and ability of learners' knowledge.Keywords: design, integrative curriculum, and implementation
ANALISIS KEBIJAKAN POLITIK PADA PENINGKATAN KUALITAS TENAGA PENDIDIK Utomo, Sandi Aji Wahyu; Mukhlasin, Ahmad
Jurnal Tawadhu Vol 3, No 1 (2019): Jurnal Tawadhu
Publisher : IAIIG Cilacap

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (223.816 KB)

Abstract

Mutu pendidikan di Indonesia sedang menghadapi permasalahan yang pelik. Indonesia telah memandang dari berbagai perspektif dan sudut pandang terkait mutu pendidikan. Dari sekian banyak permasalahan pendidikan, akan bermuara pada ujung tombak proses pendidikan yakni guru. Maka diperlukanlah kebijakan pemerintah guna membentuk pendidik-pendidik di Indonesia yang memiliki komptensi mumpuni. Pemerintah sendiri telah mencangkan bahwasanya guru paling tidak wajib lulusan Strata I/ DIV. Kemudian memiliki empat kompetensi khusus yakni kompetensi pedagogik, kompetensi professional, kompetensi sosial, dan kompetensi kepribadian. Lalu kebijakan yang harus ditempuh pemerintah dan pihak-pihak yang terkait untuk meningkatkan mutu pendidik dan tenaga kependidikan.Peningkatan mutu pendidikan dan tenaga kependidikan. Peningkatan gaji dan kesejahteraan guru. Membangun sistem sertifikasi pendidik dan tenaga kependidikan, serta sistem penjaminan mutu pendidikan. Kebijakan sertifikasi guru di Indonesia telah berjalan selama beberapa tahun, diasumsikan bahwa sertifikasi akan berdampak positif bagi guru seperti meningkatnya pengetahuan dan wawasan tentang tugas dan fungsi guru sebagai profesional, meningkatnya penguasaan terhadap kurikulum dan pembelajaran serta mengubah mindset guru sebagai pekerjaan profesional.Namun kenyataannya bahwa sertifikasi belum banyak membawa dampak bagi peningkatan profesionalisme guru. Dampak dari sertifikasi lebih kepada peningkatan kesejahteraan guru daripada peningkatan profesionalisme. Sertifikasi juga belum memperlihatkan peningkatan penghargaan terhadap status guru sebagai sebuah pekerjaan yang dibanggakan. Sertifikasi guru juga belum membawa dampak bagi peningkatan disiplin guru dalam menjalankan tugas profesionalnya. Kata Kunci: Kebijakan Politik, Kualitas Tenaga Pendidikan
KEPEMIMPINAN PENDIDIKAN DI ERA REVOLUSI INDUSTRI 4.0 Mukhlasin, Ahmad
Jurnal Tawadhu Vol 3, No 1 (2019): Jurnal Tawadhu
Publisher : IAIIG Cilacap

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (823.401 KB)

Abstract

Kepala atau pimpinan pada lembaga pendidikan, sebagai pribadi yang digunakan memutuskan apa yang benar, atau apa yang paling tepat, dalam suatu situasi tertentu khususnya kebijakan pendidikan itu sendiri. Pada Era Rovolusi Industri 4.0 sekarang ini tentu kebijakannya mengarah padan unsur dan nilai yang ada dibagian itu sendiri. dari mulai kepentingan individu hingga global berikut infrastrukturnya harus dikendalikan dengan baik.Pendidikan yang sejatinya menjadi alat ikhtiar untuk membina peradaban manusia, pada era Revolusi Industri ini harus berperan secara terbuka dan tidak dibatasi oleh kepentingan lokal saja melainkan menjawab target dan sasaran SDGs. Peran yang sangat optimal memang sangat dibutuhkan sehingga perkembangan sang sangat cepat ini tidak terhambat dan salah sasaran. Melalui kebijakan pendidikan yang nantinya mucul harus dirumuskan dengan mudah, cepat dan tetap mengedepankan hakikat manusia yang tentunya menjadi wilayah dalam dunia pendidikan.
PENDIDIKAN KARAKTER PEMIMPIN MELALUI TEMBANG DOLANAN (Analisis Tembang Lir-ilir Karya Sunan Kali Jaga) Mukhlasin, Ahmad
Jurnal Warna Vol 3, No 1 (2019)
Publisher : IAIIG Cilacap

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (566.83 KB)

Abstract

Semenjak manusia dilahirkan kedunia pada saat itu pula mendapat tugas sebagai sosok seorang pemimpin (Khalifah Fil Ard) dari sinilah kemudian tanggungjawab manusia berbeda dengan makhluk lain. Setidaknya ada tiga  tanggungjawab yang diembannya yaitu tanggungjawab pada Tuhannya, diri sendiri dan sesama makhluk. Melalui pendidikan karakterlah nantinya manusia itu sendiri akan memahami terhadap siapa dirinya.Jiwa pemimpin yang menjadi identitas pada setiap manusia merupakan salah satu pembeda dengan makhluk lainnya. bertanggung jawab atas dirinya yang sekiranya bermanfaat untuk kepentingan orang lain ini betul-betul menjadi bagian dari harga diri manusia maka dari itu atas tanggungjawab tersebut selalu menempel sejak usia anak-anak. Dunia anak tidak bisa dibiarkan berkembang dengan identitas yang bisa merusah martabat manusia secara umum. maka perlu pengenalan kebpribadian supaya hal tersebut menjadi sebuah kebiasaan. Edu-tainment adalah dunia anak yang tidak melawan dunianya, Sunan Kalijaga dalam Tembang dolanan lir ilir mencoba membangun sebuah kebiasaan dan kesadaran anak-anak untuk memiliki jiwa pangon, pengayom atau pemimpin.
PERILAKU PENDIDIK (Studi Pemikiran Syaih Mohammad Hasjim Asy'arie dalam Kitab ‘adabul ‘alim wal Muta’alim fii Baabu Al Khomis dan Implementasinya di era otomasi) Mukhlasin, Ahmad
Jurnal Tawadhu Vol 3, No 2 (2019): INTEROPRABILITAS TEORI PENDIDIKAN ULAMA SALAF DALAM KONTEKS PERADABAN OTOMASI
Publisher : IAIIG Cilacap

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (237.095 KB)

Abstract

Tanggapan atau reaksi individu terhadap rangsangan atau lingkungan perlu dibangun sebuah kepekaan baik dalam lingkup kebutuhan skill maupun non skill. Persaingan yang sudah begitu luas tidak bisa lagi dihentikan dengan alasan jarak tempuh yang berefek pada banyaknya waktu tempuh yang dihabiskan. Pendidikan yang menjadi cermin masa depan suatu bangsa harus kokoh terbangun melalui sendi-sendi optimisme dalam berbagai skala dan kajian. Guru yang disitu menjadi sosok utama subjek tidak bisa dianggap remeh. Peran ganda yang menjadi tanggung jawabnya tidak bisa dibatasi dengan apapun dan oleh apapun. maka dari itu, Guru sebagai aktor pertama dalam melukiskan wajah bangsa harus dibingkai dan disatukan dengan kepribadian yang menjadikan tampilan wajah bangsa yang cemerlang, memiliki bobot dan daya saing yang humanis.  Syaih Mohammad Hasjim Asy'arie sebagai sosok trand senter dalam berbagai wilayah kebutuhan berbangsa. Kiyai dan bangsawan yang melekat dalam dirinya tidak menjadi belenggu untuk membentuk sebuah kepribadian yang efeknya umun. Dalam Kitab ‘adabul ‘alim wal Muta’alim, beliau berfikir jauh tentang sebuah konsep yang pantas dilakukan dalam ranah sekolah dan tentu efeknya adalah masyarakat secara global. Karakter atau sebuah kepribadian baik, beliau konsep untuk kepentingan yang tidak sesaat sehingga teori-teori dalam pemikirannya relevan pada saat ini yang tentu dengan menilai deras dan cepatnya sebuat perputaran peradaban manusia hari ini, dan tentunya harus ada kontrol dari manusia itu sendiri.
AJARAN TASAWUF ABU YAZID AL-BUSTHAMI Zulfahani Zulfahani; Ahmad Mukhlasin
Al-Munqidz : Jurnal Kajian Keislaman Vol 8, No 1: Januari (2020)
Publisher : Institut Agama Islam Imam Ghozali

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.52802/amk.v8i1.179

Abstract

Lintasan sejarah Islam yang berakar pada tradisi asketisme tidak bisa dipisahkan dengan ajaran yang disebut tasawuf. Terlepas dari pembagian aliran tasawuf yang dikemukakan oleh Goldziher, tidak bisa disangkali bahwa Nabi dan para sahabatnya telah sedari awal kelahiran Islam mencontohkan sebuah gaya hidup dan perilaku zuhud. kezuhudan atau asketisme adalah hikmah pemahaman yang membuat para penganutnya mempunyai pandangan khusus terhadap kehidupan duniawi, di mana mereka tetap bekerja dan berusaha, akan tetapi kehidupan dunia itu tidak menguasai kecenderungan kalbu mereka, serta tidak membuat mereka mengingkari Tuhannya.Para asketis (zahid) dalam masyarakat Islam awal di kehidupan sehari-harinya adalah orang-orang yang bekerja, memiliki jabatan dalam pemerintahan, memiliki usaha, bahkan terkadang merupakan orang kaya. Ajaran asketisme ini pada gilirannya berkembang menjadi ajaran-ajaran yang dirumuskan dalam teori-teori dan masyarakat muslim mulai mengenal nama tasawuf yang dimaknai sebagai moralitas-moralitas berdasarkan Islam. Tapi meskipun begitu sekurang-kurangnya pada akhir abad ketiga Hijriah kita bisa melihat peralihan konkrit pada asketisme Islam, dan para asketis (zâhid) pada masa itu tidak lagi dikenal dengan gelar ‘az-zâhid’ tapi sudah dikenal dengan gelar ‘ash-shûfi’. Mereka pun cenderung membicarakan konsep-konsep yang tidak dikenal di masa sebelumnya, seperti tentang moral, jiwa, tingkah laku, pembatasan arah yang harus ditempuh seorang sâlik, maqamât, hâl, makrifat dan metode-metodenya, tauhid, fanâ`, baqâ`, ittihâd, dan hulûl. Bukan hanya istilah-istilah tasawuf baru yang diperkenal pada fase perkembangan ini, namun para sufi juga menyusun prinsip-prinsip teoritis dari semua konsepnya itu.Abu Yazid al-Busthami adalah seorang sufi yang menghadirkan konsep baru di tengah khazanah sufisme dan mistisme Islam, yaitu ajaran fanâ`, baqâ`, dan ittihâd. Ia juga menjadi tokoh pembatas antara masa asketisme (kezuhudan) dan masa tasawuf teoritis (mistisme). Konsep ajaran fanâ` adalah keadaan lenyapnya kesadaran seorang sufi akan dirinya sendiri dan alam sekitarnya yang diperoleh dengan jalan membersihkan diri dari akhlak-akhlak tercela dan syahwat-syahwat dunia. Setelah mencapai fase fanâ` seorang sufi akan tiba di kekekalan sifat-sifat ketuhanan atau disebut baqâ`.
NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK KEPADA KAUM DHUAFA (Perspektif Al-Qur’an Surat An-Nisa Ayat 36 Tafsir Al-Maraghi) Sapto Wardoyo; Ahmad Mukhlasin; Abdullah Ridlo
QALAM: JURNAL PENDIDIKAN ISLAM Vol 1, No 2 (2020): QALAM: JURNAL PENDIDIKAN ISLAM
Publisher : STAI Sufyan Tsauri Majenang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.57210/qlm.v1i2.37

Abstract

: In Islam it self has been taught about moral education for humans that is contained in the life guidelines of Muslims, namely in the al-Qur'an and al-Hadith. In the Koran, there is a lot of explanation regarding moral education that must be studied and also carried out by humans in everyday life with the aim of creating a generation of noble morals as contained in the Qur'an surah An-Nisa verse 36. Morals include all aspects of human life in accordance with their position as individual beings, social creatures, human beings who live in nature, and as God's creatures. The formulation of the problem in this research is how the values of moral education for the poor that are contained in the Al-Qur'an Surah An-Nisa verse 36 Tafsir Al-Maraghi. The aim is to find out the values of moral education for the poor in Q.S An-Nisa verse 36, to provide information and knowledge to the public regarding the values of moral education contained in Q.S An-Nisa verse 36. This type of research in this thesis is library research (library research) with the research approach used is a qualitative approach. This research was conducted by reading literature books related to the discussion of this thesis. The results of the author's research on the values of moral education for the poor, the perspective of the Qur'an, Surah An-Nisa verse 36 Tafsir Al-Maraghi is that the values of moral education for the poor are contained in QS An-Nisa verse 36 which in this case the morals of the dhuafa consist of several values of moral education, namely: (1) morals towards the dhuafa, (2) the rights of the dhuafa, (3) prohibition of the dhuafa.
Nilai Pendidikan Akhlak dalam Al-Qur’an: STUDI QS. AL-BAQARAH AYAT 125-127 TAFSIR AL-MISBAH Ahmad Mukhlasin; Maragustam Siregar; Jumaeni Ali Rokhman
Attanwir : Jurnal Keislaman dan Pendidikan Vol. 14 No. 2 (2023): September
Publisher : STAI Attanwir Bojonegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.53915/jurnalkeislamandanpendidikan.v14i2.436

Abstract

Pentingnya nilai pendidikan akhlak untuk menjadi trand pada gaya hidup masyarakat sebagai upaya membangun dan mempertahankan kebudayaan ditengah perkembangan teknologi yang tentunya akan berdampak pada sosial masyarakat. Akhlak yang menjadi citra bagi setiap individu dapat berpengaruh luas dilingkunagn masyarakat sehingga perlu adanya kejelasan sumber ketauladanan supaya akhlak yang menjadi kebiasaan dan budaya memiliki sandaran yang jelas tidak sekedar perubahan zaman saja. Penelitian ini termasuk dalam penelitian deskriptif-kualitatif dan berjenis studi Pustaka (library research). Sumber primer dalam penelitian ini adalah Buku tafsir al Misbah Karya M. Quraish Shihab, sedangkan sumber data sekundernya adalah literatur lainnya, baik berupa buku, jurnal, majalah dan lain sebagainya yang masih memiliki kaitan dengan topik yang peneliti kaji. Dari kajian yang dilakukan dapat diketahui bahwa nilai pendidikan akhlak yang terdapat dalam QS. Al-Baqarah Ayat 125 adalah memberi rasa nyaman di sekitar tempat tinggal, untuk berkumpul dan beristirahat. Adapun dalam Qs. Al-Baqarah Ayat 126, nilai pendidikan akhlak yang muncul adalah memberi rasa nyaman, sejahtera dan limpahan rizki terhadap lingkungan dan nilai pendidikan akhlak yang muncul dalam QS. Al-Baqarah Ayat 127 adalah Professional dan tanggung jawab kerja
Supervisi Kepala Sekolah dalam Peningkatan Profesionalisme Guru di MIS Bidayatul Hidayah Rafa Kabupaten Deli Serdang Ahmad Mukhlasin; Rabbirham; Raudatun Annisa; Siti Aisyah
Mimbar Kampus: Jurnal Pendidikan dan Agama Islam Vol. 23 No. 2 (2024): Mimbar Kampus: Jurnal Pendidikan dan Agama Islam
Publisher : Intitut Agama Islam Nasional Laa Roiba Bogor

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47467/mk.v23i2.3653

Abstract

This research aims to evaluate the supervision of the principal in improving teacher professionalism at MIS Bidayatul Hidayah Rafa. This study uses a qualitative descriptive method, with data collection techniques through observation, interviews, and documentation. The results show that the principal's supervision plays a crucial role in enhancing teacher professionalism. The efforts made by the principal include coaching, training, and providing motivation. The challenges faced include limited time, lack of teacher awareness, and limited facilities and infrastructure. The solutions implemented are optimizing the supervision schedule, improving communication, and striving to provide adequate facilities and infrastructure. Overall, effective principal supervision, supported by comprehensive efforts, can improve teacher professionalism at MIS Bidayatul Hidayah Rafa.