Sholih Sholih
Pendidikan Nonformal, Universitas Sultan Ageng Tirtayasa

Published : 1 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 1 Documents
Search

APAKAH PENDIDIKAN MEMBUAT NARAPIDANA BAHAGIA? ANALISIS PRAKTIK-PRAKTIK PEMBELAJARAN BERMAKNA DI PENDIDIKAN KESETARAAN Ila Rosmilawati; Moh Fikri Tanzil Mutaqin; Sholih Sholih
Jurnal Eksistensi Pendidikan Luar Sekolah (E-Plus) Vol 7, No 2 (2022)
Publisher : FKIP Untirta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30870/e-plus.v7i2.17625

Abstract

Narapidana merupakan orang yang dapat dikategorikan tidak beruntung dalam situasi sosial dan kebebasan. Pengalaman hidup mereka harus dinikmati bersamaan dengan kehidupan dalam sekat jeruji besi. Artikel ini mengungkapkan pengalaman belajar para warga binaan di rumah tahanan yang mengikuti pendidikan kesetaraan, dengan mengekplorasi apakah proses pendidikan dalam rutan membuat mereka bahagia? Dengan menggunakan metode naratif inquiry, hasil cerita 3 warga binaan yang didapat dari 3 kali wawancara masing-masing warga binaan, dianalisis menggunakan kerangka teori subjective-well being dan meaningful learning. Metode penelitian naratif fokus pada sebuah episode hidup, yaitu pengalaman spesifik warga binaan saat mereka di penjara. Hasil penelitian menunjukkan bahwa para warga binaan mengalami tekanan psikologis, seperti ada rasa marah, depresi, dan stress di awal masuk penjara. Para warga binaan yang masih usia remaja ini sulit untuk dapat membangun persepsi positif dalam menjalani kehidupan di penjara. Namun, keterlibatan mereka dalam sekolah kesetaraan memberikan mereka kesempatan berharga dan sekaligus bermakna (meaningful). Dalam hal ini, peran pendidikan kesetraan di rumah tahanan menjadi sangat bermakna dimana warga binaan bisa belajar bagaimana mereka bisa mengubah sikap dan perilaku untuk menjadi orang yang lebih baik di masa depan. Upaya kebermaknaan hidup yang dialami oleh warga binan mengarah pada derajat subjective well-being.Kata Kunci: pembelajaran bermakna, pendidikan kesetaraan, warga binaan