Claim Missing Document
Check
Articles

Found 11 Documents
Search

Identifikasi Risiko Rantai Pasok Bawang Merah di Kabupaten Nganjuk Susanawati, Susanawati; Jamhari, Jamhari; Masyhuri, Masyhuri; Darwanto, Dwidjono Hadi
AGRARIS: Journal of Agribusiness and Rural Development Research Vol 3, No 1: January-June 2017
Publisher : Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (218.513 KB) | DOI: 10.18196/agr.3140

Abstract

This study was conducted in Nganjuk Regency in the reason that this region is the second largest shallot production centre in Indonesia after Brebes Regency. Around 40 percent of shallot from Nganjuk are marketed to Jakarta including Kramatjati Central Market of Jakarta (KCMJ), therefore this study aims to determine actor of the shallot supply chain from Nganjuk to Jakarta and identify the type of risk in the shallot supply chain. The respondents were expert from goverment representatives , academician, and actors of the shallot supply chain. The Analytical Hierarchy Process (AHP) model was used to identify risk of the shallot supply chain. The result showed that there were seven actors involved in the shallot supply chain from Nganjuk to Jakarta, namely farmer, buyer, wholeseller, bandar, centheng, retailer, and consumer. The AHP model showed that risk of market was the main risk in the shallot supply chain from Nganjuk to Jakarta, following by risk of partnerships and information, and price risk.
Integrasi Pasar Bawang Merah di Kabupaten Nganjuk (Pendekatan Kointegrasi Engle-Granger) Susanawati, Susanawati; Jamhari, Jamhari; Masyhuri, Masyhuri; Darwanto, Dwidjono Hadi
AGRARIS: Journal of Agribusiness and Rural Development Research Vol 1, No 1: January - June 2015
Publisher : Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (545.15 KB) | DOI: 10.18196/agr.117

Abstract

This research aims to analyze price behavior, market integration, and leading market of the shallot. This research used producers and consumers monthly price data during 2009-2013. Price behavior was analyzed by coefficient of variation. Shallot market integration was analyzed by Engle-Granger model of co-integra­tion. Granger causality was used to analyzed the leading market. The result show that shallot price behavior at producer and consumer market in Nganjuk during 2009-2013 shows a simillar movement. Shallot price trend to be low occurs on January, June, July, October, and trend to be high on March, April, July. Shallot price fluctuation at producer market is higher than consumer market. When viewing each year high price fluctuation occur on August and October, while the low occur on May, June, and July. Producer and consumer market in Nganjuk already integrated or has a long run relationship, so without intervention of the goverment, market mechanism has been able to do a price adjustment if shallot price upheavals. Market leading of the shallot price in Nganjuk is consumer market.
Identifikasi Risiko Rantai Pasok Bawang Merah di Kabupaten Nganjuk Susanawati Susanawati; Jamhari Jamhari; Masyhuri Masyhuri; Dwidjono Hadi Darwanto
AGRARIS: Journal of Agribusiness and Rural Development Research Vol 3, No 1: January-June 2017
Publisher : Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (218.513 KB) | DOI: 10.18196/agr.3140

Abstract

This study was conducted in Nganjuk Regency in the reason that this region is the second largest shallot production centre in Indonesia after Brebes Regency. Around 40 percent of shallot from Nganjuk are marketed to Jakarta including Kramatjati Central Market of Jakarta (KCMJ), therefore this study aims to determine actor of the shallot supply chain from Nganjuk to Jakarta and identify the type of risk in the shallot supply chain. The respondents were expert from goverment representatives , academician, and actors of the shallot supply chain. The Analytical Hierarchy Process (AHP) model was used to identify risk of the shallot supply chain. The result showed that there were seven actors involved in the shallot supply chain from Nganjuk to Jakarta, namely farmer, buyer, wholeseller, bandar, centheng, retailer, and consumer. The AHP model showed that risk of market was the main risk in the shallot supply chain from Nganjuk to Jakarta, following by risk of partnerships and information, and price risk.
Integrasi Pasar Bawang Merah di Kabupaten Nganjuk (Pendekatan Kointegrasi Engle-Granger) Susanawati Susanawati; Jamhari Jamhari; Masyhuri Masyhuri; Dwidjono Hadi Darwanto
AGRARIS: Journal of Agribusiness and Rural Development Research Vol 1, No 1: January - June 2015
Publisher : Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (545.15 KB) | DOI: 10.18196/agr.117

Abstract

This research aims to analyze price behavior, market integration, and leading market of the shallot. This research used producers and consumers monthly price data during 2009-2013. Price behavior was analyzed by coefficient of variation. Shallot market integration was analyzed by Engle-Granger model of co-integra­tion. Granger causality was used to analyzed the leading market. The result show that shallot price behavior at producer and consumer market in Nganjuk during 2009-2013 shows a simillar movement. Shallot price trend to be low occurs on January, June, July, October, and trend to be high on March, April, July. Shallot price fluctuation at producer market is higher than consumer market. When viewing each year high price fluctuation occur on August and October, while the low occur on May, June, and July. Producer and consumer market in Nganjuk already integrated or has a long run relationship, so without intervention of the goverment, market mechanism has been able to do a price adjustment if shallot price upheavals. Market leading of the shallot price in Nganjuk is consumer market.
DISEMINASI TEKNIK PEMASARAN PUPUK ORGANIK DARI LIMBAH WARUNG KULINER DI PANTAI DEPOK KABUPATEN BANTUL Susanawati Susanawati; Zuhud Rozaki; Mulyono
Prosiding Seminar Nasional Program Pengabdian Masyarakat 2020: 3. Kapasitas Daya Saing UMKM dan BUMDES
Publisher : Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1269.176 KB) | DOI: 10.18196/ppm.33.164

Abstract

Pantai merupakan salah satu lokasi wisata yang diminati oleh masyarakat, termasuk Pantai Depok Bantul.Keberadaan Pantai Depok tidak bisa dilepaskan dari warung kuliner yang berada di sekitar pantai tersebut.Selama ini limbah sisa makanan dan tulang ikan dari warung kuliner Pantai Depok hanya dibuang begitusaja, sehingga menyebabkan masalah kebersihan lingkungan. Melalui kegiatan pengabdian masyarakatUniversitas Muhammadiyah Yogyakarta, warung kuliner di Pantai Depok yang tergabung dalam PaguyubanMina Bahari 45 telah berhasil mengolah limbahnya menjadi pupuk organik baik padat maupun cair dengannama MB-45 Depok. Permasalahan yang muncul berikutnya adalah terkait pemasaran pupuk organik MB-45 Depok. Alternatif solusi untuk mengatasi permasalahan tersebut berupa penyuluhan dan FGD tentangteknik pengemasan dan pemasaran pupuk organik dengan narasumber dari PT Indmira Yogyakarta yangsudah lama berkecimpung di bidang pupuk organik. Mitra juga difasilitasi timbangan, alat kemasan berupaplastik berlabel ukuran 5 kg untuk pupuk padat dan botol plastik berlabel ukuran 600 ml untuk pupuk cair.Label tersebut berisi informasi tentang nama produsen, manfaat, cara pemakaian, kandungan unsur hara, danberat bersih. Demonstrasi dan praktik juga dilakukan untuk menambah pemahaman mitra terkaitpengemasan pupuk organik baik padat maupun cair. Selain itu juga dilakukan kegiatan monitoring danevaluasi. Mitra terlihat sangat antusias mengikuti serangkaian kegiatan yang berkaitan dengan pengemasandan pemasaran pupuk organik hasil produksinya tersebut.
Pemanfaatan Limbah Kulit Bawang Merah Menjadi Pupuk Kompos Di Kecamatan Kretek Kabupaten Bantul Susanawati Susanawati; Zuhud Rozaki; Mulyono
Prosiding Seminar Nasional Program Pengabdian Masyarakat 2019: 6. Penanggulangan Bencana dan Pelestarian Lingkungan Hidup
Publisher : Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (335.282 KB) | DOI: 10.18196/ppm.26.537

Abstract

Manfaat utama dari bawang merah yang sebenarnya adalah sebagai bumbu penyedap rasamakanan. Sentra produksi bawang merah di Daerah Istimewa Yogyakarta berada di Kabupaten Bantultepatnya di Kecamatan Kretek. Petani yang tergabung dalam kelompok tani Ngudi Makmur diKecamatan Kretek melakukan proses sortasi untuk bawang merah yang sudah dipanen. Dalam prosessortasi bawang merah tersebut, menghasilkan limbah berupa kulit bawang merah yang selama inihanya dimanfaatkan sebagai pakan ternak atau dibuang begitu saja. Padahal kulit bawang merahtersebut masih mengandung zat gizi yang bermanfaat dan memiliki nilai ekonomi. Kondisi tersebutmenunjukkan masih minimnya pengetahuan petani tentang pengelolaan limbah kulit bawang merah.Berdasarkan analisis situasi tersebut, maka kegiatan pengabdian masyarakat ini bertujuan untukmeningkatkan pengetahuan dan ketrampilan masyarakat sasaran dalam memanfaatkan limbah kulitbawang merah menjadi pupuk kompos. Adapun metode pelaksanaannya meliputi koordinasi,penyuluhan tentang pemanfaatan limbah kulit bawang merah menjadi pupuk kompos, pelatihan dandemonstrasi tentang teknologi pembuatan pupuk kompos dengan fasilitasi mesin komposter sederhanayang mudah dikuasai dan dikembangkan baik skala rumah tangga maupun kecil di wilayah pedesaan.Masyarakat sasaran sangat antusias mengikuti beberapa tahap kegiatan tersebut. Melalui kegiatan inidiharapkan kesejahteraan masyarakat sasaran dapat meningkat.
PENGEMBANGAN UMKM DAN PRODUKSI MEDIA PADA SARANG LEBAH KLANCENG (TRIGONA LAEVICEPS) Nursetiawan Nursetiawan; Susanawati Susanawati
Prosiding Seminar Nasional Program Pengabdian Masyarakat 2021: 4. Kapasitas Daya Saing Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) dan Badan Usaha Milik Desa( BU
Publisher : Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (378.61 KB) | DOI: 10.18196/ppm.44.650

Abstract

Madu dari Lebah Klanceng merupakan inovasi peningkatan usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) bagi masyarakat. Dalam kondisi sekarang ini, yang mana situasi akibat efek pandemi Covid-19 yang melanda Indonesia mengakibatkan dampak negatif dalam usaha bidang ekonomi masyarakat, salah satunya mengalami penurunan signifikan. Pengembangan inovasi pengabdian ini bertujuan untuk meningkatkan efektivitas kinerja UMKM, meningkatkan branding produk, memudahkan promosi, serta pemasaran produk akun social media maupun e-commerce, terletak di Desa Ketawangrejo, Kecamatan Grabag, Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah. Teknologi Digital Marketing sangat bermanfaat karena dapat mengembangkan usaha pada lingkup yang lebih luas, metode yang digunakan antara lain observasi sebagai pengamatan peningkatan UMKM, pengurusan perizinan P-IRT, marketing sebagai pemasaran iklan, produksi logo desain, dan strukturisasi sebagai penghubung koneksi pemilik mitra dengan UMKM. Berdasarkan hasil pada program pengabdian, bahwa pendaftaran izin SPP-IRT UMKM Omah Klanceng berhasil mendapatkan izin oleh Dinas Kesehatan dengan P-IRT No 6093306010559-26, produksi inovasi logo kemasan serta desain packing yang menarik sebagai identitas produk, foto produk untuk proses penjualan marketing, pembuatan banner madu Omah Klanceng dengan pengrajin kotak, dan pembuatan lokasi google maps. Produk madu Lebah Klanceng memiliki manfaat meningkatkan daya tahan tubuh serta pemesanan dapat dikirim keseluruh Indonesia melalui Instagram, Facebook, dan WhatsApp @omah.klanceng dengan ukuran 250 ml dan 500 ml.
PEMBERDAYAAN PAGUYUBAN MINA BAHARI 45 DEPOK MELALUI PEMASARAN PUPUK ORGANIK SECARA ONLINE Susanawati Susanawati; Diah Rina Kamardiani
Prosiding Seminar Nasional Program Pengabdian Masyarakat 2021: 5. Produktivitas dan Daya Saing Industri Pangan
Publisher : Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (780.37 KB)

Abstract

Pantai Depok merupakan salah satu pantai yang terkenal di Kabupaten Bantul dan banyak terdapat warung kuliner yang tergabung dalam Paguyuban Mina Bahari 45. Banyaknya pengunjung di warung tersebut menyebabkan banyak limbah sisa makanan dan tulang ikan yang membuat pencemaran lingkungan berupa bau dan kotor. Oleh karena itu limbah tersebut diolah oleh paguyuban tersebut menjadi pupuk organik yang diberi nama MB-45 Depok. Permasalahan yang dihadapi oleh mitra atau paguyuban Mina Bahari 45 adalah pemasaran pupuk organik yang masih dilakukan secara offline. Alternatif solusi yang ditawarkan adalah penyuluhan dan FGD teknik pemasaran secara online dan demonstrasi tentang pengambilan foto produk dan pembuatan konten pemasaran pupuk organik MB-45 secara online di Instagram dan Facebook. Mitra sangat antusias mengikuti kegiatan penyuluhan dan FGD terkait teknik pemasaran produk secara online karena sebelumnya belum ada kegiatan serupa. Selain itu mitra juga sangat antusias dan senang mengikuti praktek pengambilan foto produk menggunakan handphone nya sendiri. Akun di Instagram diberi nama pupuk organik bantul.
APLIKASI PUPUK ORGANIK OLAHAN KULINER HASIL LAUT (MB-45 DEPOK) PADA TANAMAN BAWANG MERAH DI KECAMATAN KRETEK BANTUL Susanawati Susanawati; Mulyono Mulyono; Zuhud Rozaki
Prosiding Seminar Nasional Program Pengabdian Masyarakat 2021: 5. Produktivitas dan Daya Saing Industri Pangan
Publisher : Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1205.721 KB) | DOI: 10.18196/ppm.45.667

Abstract

Bawang merah merupakan salah satu jenis tanaman hortikultura yang banyak dibudidayakan oleh masyarakat di Kecamatan Kretek Bantul. Salah satunya adalah petani bawang merah yang tergabung dalam Asosiasi KWT Multisarikismo sebagai mitra dalam kegiatan ini. Permasalahan yang dihadapi KWT tersebut adalah terbatasnya pengetahuan mitra tentang efek penggunaan pestisida dan pupuk kimia dibandingkan pupuk organik. Selain itu pandemi Covid-19 membuat distribusi pupuk sampai ke petani terganggu. Alternatif solusinya adalah penyuluhan dan FGD tentang efek penggunaan pupuk dan pestisida kimia dibandingkan pupuk organik, serta sosialisasi pupuk organik MB-45 Depok. Solusi lainnya demonstrasi aplikasi pupuk organik MB-45 Depok melalui demplot. Metode pelaksanaan kegiatan adalah (1) penyuluhan dan FGD; (2) demonstrasi aplikasi pupuk organik MB-45 Depok melalui demplot pada lahan 200 m2 dengan perlakuan pupuk organik padat dan cair merek MB-45 Depok sertas kontrol; dan (3) monitoring dan evaluasi. Mitra sangat antusias mengikuti kegiatan penyuluhan dan FGD dan demplot aplikasi pupuk organik MB-45 Depok pada tanaman bawang merah. Hasil demplot menunjukkan demplot dengan perlakuan pupuk organik MB-45 Depok bentuk padat menghasilkan rendemen lebih tinggi daripada pupuk organik cair. Perlakuan dengan pupuk organik padat menghasilkan rendemen 84 persen, sedangkan perlakuan pupuk organik cair 76 persen. Adapun kontrolnya menghasilkan rendemen 64%. Mitra sangat bangga dengan hasil tersebut.
Risk of Shallot Supply Chain: An Analytical Hierarchy Process (AHP) Model in Brebes Java, Indonesia Susanawati Susanawati; Muhammad Fauzan
International Journal of Supply Chain Management Vol 8, No 1 (2019): International Journal of Supply Chain Management (IJSCM)
Publisher : International Journal of Supply Chain Management

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (531.24 KB)

Abstract

This study aimed to determine actors and to identify the types of risk in the shallot supply chain. It was conducted in Central Java, Indonesia, involving an expert from goverment representatives, academician, and actors of thechain as the respondents. Descriptive analysis was used to describe actors of chain.To identify risk of the chain,the AHP model was applied. The results showed that farmers, middlemen, businessmen, consignors, big-scale merchants, traders, retailers, and consumers are the actors of the chain. Meanwhile, the price risk played the most important one in the chain, followed by quality risk and market risk.