Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

Formulasi Kapsul Enthelmintik Dari Ekstrak Daun Pepaya (Carica Papaya. L) Maulidiyah Salim; Laila Kamila; Etiek Nurhayati; Vitria Wuri Handayani
Jurnal Vokasi Kesehatan Vol 8, No 1 (2022): Januari 2022
Publisher : Poltekkes Kemenkes Pontianak

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (391.948 KB) | DOI: 10.30602/jvk.v8i1.1100

Abstract

Kecacingan menjadi salah satu masalah kesehatan yang ditulatkan melalui tanah dan mengakibatkan menurunnya kondisi kesehatan, gizi, kecerdasan, produktifitas pada penderitanya. Adanya efek samping dan harga yang mahal pada obat anthelmintik konvensional, maka perlu dilakukannya evaluasi terhadap tanaman obat sebagai alternatif obat anthelmintik. Salah satunya daun pepaya (Carica papaya L) diketahui sebagai memiliki daya antihelmintik. Penelitian ini bersifat eksperimen yaitu suatu desain dengan memberi perlakuan pada kelompok sampel dan kelompok kontrol kemudian diamati pada kurun waktu tertentu. Pelaksanaan penelitian akan dimulai pada bulan Februari tahun 2021 di Laboratorium Terpadu Parasitologi Poltekkes Kemenkes Pontianak. Diperoleh senyawa aktif dari ekstrak daun pepaya yang bersifat antihelmintik pada uji in vitro, kemudian dilakukan determinasi pengaruh ekstrak/fraksi dan beberapa senyawa aktif yang diaplikasikan ke hewan mancit untuk melihat apakah hewan mancit mengalami keracunan atau tidak saat mengonsumsi ekstrak/ fraksi daun pepaya. Menurut hasil penelitian, telah dibuktikan bahwa zat aktif berupa tanin dan flavonoid memiliki daya antihelmintik. Daun pepaya (Carica papaya L) diketahui memiliki zat aktif seperti tanin dan flavonoid yang cukup tinggi yang berperan aktif sebagai antihelmintik. Kandungan zat aktif seperti tanin pada daun pepaya lebih banyak dibandingkan akar dan batang.
PENYULUHAN DAN APLIKASI PENGGUNAAN ZAT PEWARNA KAROTENOID SEBAGAI PEWARNA MAKANAN DARI BUAH MENTAWAK (ARTOCARPUS ANISOPHYLLUS) DI DESA BINAAN POLTEKKES PONTIANAK Gervacia Jenny Ratnawaty; Ratih Indrawati; Laila Kamila
BUDIMAS : JURNAL PENGABDIAN MASYARAKAT Vol 5, No 1 (2023): BUDIMAS : VOL. 5, NO.1, 2023
Publisher : LPPM ITB AAS Indonesia Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29040/budimas.v5i1.6963

Abstract

Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki populasi flora yang luas dan paling banyak di dunia. Di dalam tanaman terkandung metabolit primer seperti protein, karbohidrat, dan lemak yang digunakan oleh tumbuhan itu sendiri untuk pertumbuhannya dan metabolit sekunder seperti fenolik, flavonoid, terpenoid, steroid, kumarin, dan alkaloid yang umumnya mempunyai kemampuan bioaktivitas dan berfungsi sebagai pelindung tumbuhan dari gangguan hama penyakit untuk tumbuhan itu sendiri atau lingkungannya. Pigmen karotenoid dapat ditemukan dalam tumbuhan. Salah satu tumbuhan yang potensial sebagai sumber zat warna alami adalah buah mentawa alias mentawak, atau entawak (Artocarpus anisophyllus). Tumbuhan ini merupakan salah satu spesies dari anggota suku Moraceae (kelompok nangka-nangkaan), merupakan salah satu buah lokal unik dan langka khas Kalimantan. Penggunaan pewarna alami dapat menjadi alternatif karena efek keamanannya, dan memiliki efek menguntungkan bagi kesehatan. Selain sebagai pewarna alami, buah mentawak juga mengandung beberapa senyawa metabolit sekunder yang berfungsi sebagai antioksidan dan provitamin A. Peneliitian yang pernah dilakukan tentang Kajian fitokimia beberapa spesies Artocarpus menunjukkan jenis ini mengandung senyawa metabolit sekunder seperti terpenoid, dan flavonoid. Sehingga buah mentawak dapat digunakan untuk bahan tambahan gizi masyarakat menggantikan bahan kimia seperti pewarna sintetis dari bahan kimia yang berbahaya bagi manusia dan lingkungan.