Rizky Yazid
State Islamic University Syarif Hidayatullah Jakarta

Published : 5 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 5 Documents
Search

Persepsi Ibn Sīnā dan John Locke sebagai Pengetahuan Empiris Rizky Yazid
Refleksi Vol 21, No 1 (2022): Refleksi
Publisher : Faculty of Ushuluddin Syarif Hidayatullah State Islamic University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15408/ref.v21i1.25093

Abstract

This paper focuses on the problem of the perception of Ibn Sīnā and John Locke as an activity of knowing which is an epistemological study in philosophy. Perception therefore, is a process and a certain way to gain knowledge. The problem with this research is that as a philosopher who affirms the important role of perception, he does not necessarily become an empiricist. Or the same concern does not have direct implications for the interest of empiricism. This study uses a comparative method as its approach which aims to obtain similarities and differences regarding the concepts of the two philosophers. The findings of this study are that Ibn Sīnā has instruments for empirical research but is not an adherent of empiricism. While John Locke has the same instrument, which empirical based but as an empiricist
KEYAKINAN, SIKAP DAN KRISIS MENGETAHUI DI MASA PANDEMI Rizky Yazid
Ushuluna: Jurnal Ilmu Ushuluddin USHULUNA: JURNAL ILMU USHULUDDIN | VOL. 7 NO. 2 DECEMBER 2021
Publisher : Faculty of Ushuluddin UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15408/ushuluna.v7i2.22824

Abstract

Artikel ini mengulas problematika epistemologis pada masa pandemi  seputar klaim pengetahuan yang berkutat pada persoalan mendasar mengenai keyakinan, sikap maupun keabsahan dalam proses mengetahui. Permasalahan dalam penelitian ini yaitu bahwa konsep keyakinan, sikap dan proses mengetahui menjadi hal yang simpang-siur sehingga pemahamannya secara filosofis dari konsep-konsep tersebut menjadi dangkal. Pendekatan yang peneliti gunakan untuk membantu menjawab persoalan tersebut yaitu dengan menggunakan pendekatan refleksi-kritis. Dengan pendekatan tersebut, peneliti menemukan bahwa kesimpang-siuran mengenai konsep keyakinan, sikap dan krisis mengetahui disebabkan karena pemahaman mengenai istilah-istilah tersebut identik dengan persoalan yang berkaitan dengan kebiasaan dalam bertindak dalam keseharian (behaviour). Adapun mengenai kebiasaan bertindak dalam keseharian (behaviour), merupakan kajian filsafat mengenai epistemologi yang berkaitan dengan klaim kebenaran dan justifikasi pengetahuan.
POSTRUKTURALISME HIJAB: STUDI KEBERAGAMAAN MUSLIM KONTEMPORER DI INDONESIA Rizky Yazid Yazid; Tien Rohmatin
Ushuluna: Jurnal Ilmu Ushuluddin USHULUNA: JURNAL ILMU USHULUDDIN | VOL. 6 NO. 2 DECEMBER 2020
Publisher : Faculty of Ushuluddin UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15408/ushuluna.v6i2.24256

Abstract

Penelitian ini merefleksikan fenomena keberagamaan mengenai ragam signifikansi para pengguna hijab yaitu antara kelompok yang mengutamakan fesyen dengan kelompok yang meminimalkan fesyen sebagai dimensi etis. Permasalahan pada penelitian ini yaitu kritik atas perilaku kedua kelompok tersebut sebagai bagian dari ekspresi keberagamaan semata. Untuk merumuskan persoalan tersebut, penelitian menggunakan metode semiotika postrukturalisme Barthes untuk memotret dan memaknai penggunaan hijab sebagai tanda serta ekspresi beragama. Adapun temuan dari penelitian ini adalah ekspresi berhijab sebagai bagian dari ketaatan etisberagama yang multimakna yaitu makna etis formal estetis dan makna etis formal estetis minimalis. Kedua tipologi tersebut sama-sama mengimajikan ekspresi berhijab sebagai hal yang sama yaitu bentuk ketaatan. Dengan kata lain, kedua ragam dari ekspresi berhijab tersebut merupakan bagian dari religiusitas imajiner.
KONSEP RASA PADA MANUSIA PERSPEKTIF KI AGENG SURYOMENTARAM Ganis Sholeha; Rizky Yazid
Paradigma: Jurnal Kalam dan Filsafat Vol 5, No 01 (2023): Paradigma: Jurnal Kalam dan Filsafat
Publisher : Faculty of Ushuluddin UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15408/paradigma.v5i01.34508

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk memahami pandangan Ki Ageng Suryomentaram tentang rasa yang ada pada manusia, sedangkan rumusan masalah  yang ingin dicari jawabannya adalah bagaimana ki Ageng Suryomentaram memandang dan menjelaskan rasa yang ada pada manusia, bagaimana cara mengendalikannya dan darimana rasa pada diri manusia itu muncul. Adapum metodologi penelitian yang digunkan pada skripsi ini adalah deskriptif analitis dengan kajian pustaka (library research) sebagai teknik pengumpulan datanya. Peneliti menggunakan buku karya Grangsang Suryomentaram dkk yang berjudul Ajaran-ajaran Ki Ageng Suryomentaram sebagai sumber primer.  Selain itu peneliti  juga mengumpulkan sumber sekunder berupa jurnal, skripsi, serta karya ilmiah lainnya sebagai data penunjang pemahaman bagi penelitiaan ini.            Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sejatinya rasa itu akan selalu ada di dalam diri manusia yang hidup, akan tetapi manusia harus dapat memahami berbagai macam rasa yang hadir dalam diri manusia sehingga dapat hidup dengan ketenangan, karena kehidupan duniawi  tidak akan ada hentinya jika manusia terus menuruti keinginan-keinginan yang dirasakan. manusia harus dapat mengendalikan apa yang ia inginkan, sehingga dapat merasakan sejatinya ketenangan rasa yang hidup pada diri manusia sendiri. Kata Kunci: Rasa, Jiwa, Ki Ageng Suryomentaram
BERKELEY PHILOSOPHY TO ANSWER THE PROBLEM OF SPIRITUAL CRISIS Rizky Yazid; Muhammad Negara
Ushuluna: Jurnal Ilmu Ushuluddin USHULUNA: JURNAL ILMU USHULUDDIN | VOL. 9 NO. 1 JUNE 2023
Publisher : Faculty of Ushuluddin UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15408/ushuluna.v9i01.33231

Abstract

This article aims to reflect on the crisis of spirituality in the recovery period after the Covid-19 pandemic through the philosophical views of George Berkeley. The crisis was getting worse because of Russia's war with Ukraine so that it pushed most people to focus on materialistic dimensions solely for the sake of economic recovery. The problem is, during the recovery period, many people separate material things from spiritual things, so they tend to pursue one or the other. In fact, both material and spiritual are the same thing, namely the quality of spirit. The implication is that the material dimension tends to push a person towards materialism in a recovery situation and ignores the spiritual dimension. This study uses a critical reflection method that aims to contemplate the reality of the recovery from the Covid-19 pandemic and assess it epistemically. The findings from this study are that material aspects or qualities are part of spiritual qualities. In other words, following Berkeley, spiritual quality is the scope of the process when a person perceives both the external world (objective reality) and subjective reality simultaneously. This means that Berkeley's theory of philosophy of perception as a philosophical viewpoint is still relevant for understanding reality in the midst of a spiritual crisis after the global recovery of the Covid-19 pandemic.