Marta Widyawati
Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Diponegoro

Published : 3 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

PENDAMPINGAN INVENTARISASI OBJEK PEMAJUAN KEBUDAYAAN (OPK) DI DESA CANDI KECAMATAN BANDUNGAN KABUPATEN SEMARANG Marta Widyawati; Siti Komariya; Alamsyah Alamsyah
Harmoni: Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat Vol 6, No 2 (2022): HARMONI
Publisher : Departemen Linguistik, Fakultas Ilmu Budaya Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/hm.6.2.248-252

Abstract

ABSTRAKSDGs (Sustainable Development Goals) menuntut adanya rencana aksi diantaranya berupa pengembangan aspek kebudayaan. Pemajuan kebudayaan menjadi hal penting yang dapat mendukung pembangunan berkelanjutan. Sejauh ini, pemerintah Indonesia telah menginisiasi program pendataan Objek Pemajuan Kebudayaan (OPK), salah satunya di Desa Candi kecamatan Bandungan, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah. Pengabdian kepada masyarakat ini bertujuan untuk mendampingi proses inventarisasi OPK khususnya pada tari Sekar Awur di desa tersebut. Proses inventarisasi ini dilakukan dengan langkah-langkah berupa pengumpulan informasi melalui wawancara dengan pelatih dan tokoh setempat, sosialisasi dan pelatihan menari bagi anak-anak, serta pendokumentasian tarian. Pengabdian ini merupakan bentuk dukungan akademisi dalam pengoptimalan proses pendataan dan sosialisasi Objek Pemajuan Kebudayaan (OPK) khususnya tari Sekar Awur sebagai kebudayaan lokal.Kata kunci: Objek Pemajuan Kebudayaan (OPK), Pengabdian Masyarakat, Tari Sekar Awur  ABSTRACTSDGs (Sustainable Development Goals) require action plans, one of which is the development of cultural aspects. The advancement of culture is an important thing that can support sustainable development. So far, the Indonesian government has initiated a data collection program for Cultural Advancement Objects (OPK), one of which is in Candi Village, Bandungan sub-district, Semarang Regency, Central Java. This community service aims to assist the OPK inventory process, especially the Sekar Awur dance in that village. This inventory process was carried out through the steps of gathering information through interviews with trainers and local figures, outreach and dancing training for children, and documenting dances. This service is a form of academic support in optimizing the process of data collection and socialization of the Object for the Advancement of Culture (OPK), especially the Sekar Awur dance as a local culture.Keywords: Community Service, Sekar Awur Dance, Objects for Promotion of Culture (OPK) 
Resistensi Perempuan terhadap Victim Blaming dalam Kekerasan Seksual pada Cerpen “Perempuan, Perempuan, Turunkan Rambutmu” Marta Widyawati
Nusa: Jurnal Ilmu Bahasa dan Sastra Vol 17, No 4: November 2022
Publisher : Program Studi Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/nusa.17.3.306-318

Abstract

Sexual violence against women followed by victim blaming is still common in Indonesia. This is based on the existence of a strong male domination structure that makes it difficult for women to position themselves. This study aims to analyze the forms of sexual violence and victim blaming, and to interpret the resistance that emerged from women to this in the short story "Perawan, Perawan Bawahkan Rambutmu"(2021). This research is a qualitative research by utilizing the approach of radical feminism, the concept of sexual violence, and victim blaming. The results of this study indicate that women's efforts to be free from victim blaming in sexual violence can be done by presenting a positive combination of femininity and masculinity in women. Instead of maintaining femininity but still subject to patriarchal power, women in short stories ultimately choose to act beyond sex and gender. The release of women from the attachment of femininity, not only allows them to reduce the boundaries as women, but also shows the existence of women's agency to be able to act on an equal footing with men. 
Kritik Sosial dalam Film Mencuri Raden Saleh Karya Angga Dwimas Sasongko (Kajian Sosiologi Sastra) Annisa Rachmawati; Mohammad Muzakka; Marta Widyawati
Sabda: Jurnal Kajian Kebudayaan Vol 17, No 2: 2022
Publisher : Fakultas Ilmu Budaya Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/sabda.17.2.14-24

Abstract

Penelitian ini penting untuk dilakukan karena ketidakberesan atas permasalahan-permasalahansosial yang sedang terjadi saat ini dapat berpotensi memberikan dampak buruk bagi kehidupanmasyarakat itu sendiri. Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan struktur naratif film dan wujudkritik sosial yang ada di dalam film Mencuri Raden Saleh karya Angga Dwimas Sasongko. Teori yang digunakan di dalam penelitian ini adalah struktur naratif film, sosiologi sastra, dan kritik sosial. Metode penyediaan data yang digunakan adalah dengan metode studi kepustakaan, yang dilakukan dengan cara menonton, menyimak, dan mencatat. Metode analisis data yang digunakan adalah metode deskriptif kualitatif dengan pendekatan sosiologi sastra. Sedangkan penyajian hasil analisis data menggunakan metode informal, yakni data akan disajikan secara deskriptif yang disertai gambar dan kutipan dialog tokoh. Hasil penelitian menunjukkan bahwa beberapa wujud kritik sosial yang muncul di dalam film tersebut sebagian besar ditujukan kepada pemerintah dan tokoh politik. Poin kritik sosial yang ditujukan kepada pemerintah di antaranya tentang rendahnya pengawasan pada benda berharga dan bersejarah milik negara, ketidakseriusan aparat penegak hukum pada penangan kasus kejahatan, serta lemahnya sistem keamanan siber situs web pemerintah. Sementara poin kritik sosial yang ditujukan kepada tokoh politik di antaranya tentang pengancaman oleh tokoh politik terhadap rakyat, penyuapan oleh tokoh politik, politik balas dendam oleh tokoh politik, serta tentang masyarakat kelas bawah yang dipandang lemah. Poin kritik sosial lainnya yang muncul adalah tentang ketidakhadiran peran keluarga dalam kehidupan anak.