Claim Missing Document
Check
Articles

Found 5 Documents
Search

MEDIA INSTAGRAM SEBAGAI AJANG EKSISTENSI DIRI (Studi Kasus pada Mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri Sumatera Utara) Tria Fricila; Abdul Rasyid; Aulia Kamal
PENDALAS: Jurnal Penelitian Tindakan Kelas dan Pengabdian Masyarakat Vol 2 No 3 (2022): PENDALAS
Publisher : Yayasan Pendidikan Islam dan Multikultural

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47006/pendalas.v2i3.183

Abstract

Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui konsep diri mahasiswa ilmu komunikasi yang menggunakan sosial media instagram yang mengunggah foto dan video di media sosial. Penelitian ini menggunakan metodologi penelitian kualitatif dalam bentuk studi kasus dimana peneliti akan memberikan pemaparan atau gambaran umum mengenai konsep diri pengguna sosial media instagram yang mengunggah foto dan video di instagram. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah Teori Dramaturgi. Pada penelitian ini, peneliti melibatkan 16 informan yang dipilih sesuai dengan tujuan dan kebutuhan penelitian yang menggunakan teknik purposive sampling. Dalam penelitian ini juga, peneliti melakukan wawancara dan observasi sebagai teknik pengumpulan data dan menggunakan teknik analisis data kualitatif, untuk menyajikan, dan menyimpulkan data yang diperoleh dari hasil wawancara. Berdasarkan penelitian yang dilakukan pada ke 16 informan tersebut ditemukan bahwa konsep diri yang terbentuk cenderung positif. Pada saat proses observasi, peneliti juga merasakan hal yang sama dengan informan-informan tersebut. Oleh karena itu dapat ditarik kesimpulan bahwa konsep diri mahasiswa pengguna sosial media instagram di Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara merupakan konsep diri yang dominan positif.
KOMUNIKASI INTERPERSONAL GURU DAN MURID DIFABEL DI SEKOLAH DASAR LUAR BIASA SIMPANG 4 KUTACANE ACEH TENGGARA Iriana Putri Anisa; Achiriah Achiriah; Aulia Kamal
SIBATIK JOURNAL: Jurnal Ilmiah Bidang Sosial, Ekonomi, Budaya, Teknologi, dan Pendidikan Vol. 2 No. 3 (2023): February
Publisher : Lafadz Jaya Publisher

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.54443/sibatik.v2i3.690

Abstract

Komunikasi interpersonal adalah pertukaran informasi antara dua orang dengan beberapa efek dan umpan balik. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui bentuk-bentuk komunikasi interpersonal yang dilakukan guru terhadap murid difabel serta untuk mengetahui kendala dalam komunikasi interpersonal antara guru dan murid di Sekolah Dasar Luar Biasa Simpang Empat, Kutacane, Aceh Tenggara. Dalam peneltian ini peneliti menggunakan metode penelitian kualitatif dengan teknik pengumpulan data yang digunakan meliputi observasi, wawancara, dan dokumentasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: Pertama, proses komunikasi secara komunikasi interpersonal yang dilakukan dalam dua bentuk, yaitu bentuk komunikasi diadik dan bentuk komunikasi total. Kedua, kendala dalam komunikasi interpersonal yang terjadi adalah sebagai berikut: (1) jumlah guru yang sedikit sehingga proses pembelajaran di dalam kelas harus dilakukan dengan satu guru meskipun memiliki permasalahan anak difabel yang berbeda-beda. Kedua, anak difabel SDLB Simpang Empat Kutacane terkadang susah memahami kalimat panjang. Ketiga, ada beberapa bahasa atau kata yang terkadang sulit untuk dijelaskan dengan bahasa isyarat. Keempat, terkadang menjumpai murid difabel yang moodnya selalu berubah-ubah.
Konseptualisasi Agama dan Implikasinya di Indonesia Aulia Kamal
Substantia: Jurnal Ilmu-Ilmu Ushuluddin Vol 25, No 1 (2023)
Publisher : Fakultas Ushuluddin dan Filsafat UIN Ar-raniry Banda Aceh

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22373/substantia.v25i1.16944

Abstract

This article discusses how the concept of "religion" is conceptualized in Indonesia and its implications. Through literature review, data was collected and analyzed descriptively, and it was found that: First, the term "religion" is conceptually constructed academically based on the World Religion Paradigm (WRP) with Islam as the model and monotheism as the main feature. Politically, the WRP is increasingly hegemonic through Pancasila, and is constructed in accordance with the policy of religious life from the colonial era to the orde New Order (Orde Baru). Thus, the definition and categorization of religion are stricter and more political. Second, this construction has implications for: (1) Monotheism becoming the standard feature of "recognized religion", making it exclusive and discriminatory. (2) In order to be recognized by the state, Hinduism, Buddhism, and Confucianism are forced to monotheize their theological concepts and submit to Pancasila. (3) The government hastily reduces various local practices to "belief systems". (4) Religion becomes the main identity in citizenship, leading to discrimination and stigmatization of believers of faiths. (5) Academically, the WRP also influences the paradigm in the study of religion. This article recommends the need for a re-identification of religious categories academically, outside of political interests. In addition, it is necessary to distinguish native religions from belief systems because even though they are not identical to world religions, they are not as simple as spiritual practices. Abstrak: Artikel ini mendiskusikan bagaimana kata "agama" dikonseptualisasi di Indonesia dan implikasinya. Melalui studi kepustakaan, data dikumpulkan dan dianalisis secara deskriptif, dan ditemukan bahwa: Pertama, kata “agama” secara konseptual dikonstruksi secara akademis berdasarkan paradigma agama dunia (WRP) dengan Islam sebagai model dan monoteistik sebagai fitur utama. Secara politis, WRP semakin hegemonik melalui Pancasila, lalu dikonstruksi seturut kebijakan kehidupan beragama dari masa kolonial hingga Orde Baru. Jadi definisi dan kategori agama lebih ketat dan politis. Kedua, konstruksi ini berimplikasi pada: (1) Monoteistik menjadi ciri standar pengakuan “agama”, sehingga eksklusif dan diskriminatif. (2) Agar diakui negara, Hindu, Budha, dan Konghucu dipaksa untuk memonoteistifikasi konsep teologinya, tunduk kepada Pancasila. (3) Pemerintah secara gegabah mereduksi berbagai praktik lokal ke dalam "aliran kepercayaan". (4) Agama menjadi identitas utama dalam kewarganegaraan, yang mengarah pada diskriminasi dan stigmatisasi penghayat kepercayaan. (5) Secara akademis, WRP juga mempengaruhi paradigma dalam studi agama. Artikel ini merekomendasikan perlunya identifikasi ulang kategori agama secara akademis, di luar kepentingan politik. Selain itu, perlu membedakan agama pribumi dari aliran kepercayaan karena meskipun tidak identik dengan agama dunia, namun ia tidak sesederhana sebagai praktik kebatinan.
Relasi Sosial Etnis Tionghoa-Melayu di Kota Tanjungbalai Pasca Konflik Tahun 2016 Raden Haitami Abduh; Aulia Kamal
Al-Mada: Jurnal Agama, Sosial, dan Budaya Vol 6 No 2 (2023): Islamic Culture
Publisher : LPPM Institut Pesantren KH. Abdul Chalim

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31538/almada.v6i2.3395

Abstract

Artikel ini mengkaji tentang relasi sosial antar etnis Melayu dan Tionghoa di Kota Tanjungbalai. Relasi sosial antara etnis Melayu dan Tionghoa di Tanjungbalai memiliki dinamika yang menarik pasca konflik 2016. Hampir seluruh konflik yang terjadi di kota Tanjungbalai pasca reformasi banyak melibatkan perselisihan antar etnis khususnya etnis Tionghoa dan Melayu, meskipun banyak konflik yang terjadi bukanlah sepenuhnya berawal dari permasalahan etnis. Studi ini berfokus pada soal bagaimana dinamika relasi sosial antara etnis Melayu dan Tionghoa, sebab pasca reformasi sentimen dan gesekan antar keduanya kerap terjadi. Penelitian ini merupakan penelitian analisis deskriftif, data dikumpulkan melalui tahap reduksi data, penyajian data, dan kesimpulan data melalui proses wawancara, observasi, dokumentasi dan studi pustaka, dan di analisa menggunakan teori Miles-Huberman. Hasil penelitian menunjukkan bahwa banyak sekali perubahan yang terjadi dari setiap konflik pasca reformasi. Perubahan yang terlihat jelas adalah perubahan non-realistis, dengan adanya perubahan tersebut, sangat memungkinkan bahwa konflik yang baru dan menimbulkan perang antar etnis kembali terjadi. Apalagi kehidupan sosial antar kedua etnis ini sangatlah terkesan tertutup, artinya mereka bisa untuk tidak saling berkomunikasi, jikapun terjadi komunikasi antara mereka bisa di pastikan sebagian besar komunikasi yang terjadi adalah formalitas semata, karena banyak yang menilai ada eksklusifitas yang terjadi dalam sistem hubungan sosial antar kedua etnis tersebut.
Interaksi Sosial Antaretnik Mandailing-Jawa di Desa Pasar Singkuang II, Mandailing Natal, Sumatera Utara Siti Muliani; Suheri Harahap; Aulia Kamal
Abrahamic Religions: Jurnal Studi Agama-Agama Vol 3, No 2 (2023)
Publisher : Prodi Studi Agama-Agama

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22373/arj.v3i2.19650

Abstract

This article describes a case of social interaction between ethnic Mandailing and Javanese in Pasar Singkuang II Village, Muara Batang Gadis District, Mandailing Natal District, North Sumatra. This study focuses on forms of inter-ethnic interaction, the problems they experience, and efforts to overcome them. This is a qualitative-descriptive study where data is collected through observation, in-depth interviews, and documentation. The data is processed using descriptive analysis procedures from Miles-Huberman, borrowing social interaction theory as an analytical framework. This study found that in the case of the Mandailing-Javanese ethnic group, inter-ethnic social interactions were associative through social cooperation and acculturation. On the other hand, their interaction is also dissociative because there are inhibiting factors such as communication problems and differences in the ethical values and norms of each ethnic group. These obstacles are overcome by being open to others, adapting, and avoiding negative prejudice. In addition, this study found that in inter-ethnic interactions, religion exerts a strong influence both as a communal identity and through social-religious activities, so that their differences can be merged and strengthen social integration.AbstrakArtikel ini menjelaskan kasus interaksi sosial antaretnik Mandailing dan Jawa di Desa Pasar Singkuang II Kecamatan Muara Batang Gadis Kabupaten Mandailing Natal, Sumatera Utara. Studi ini fokus pada bentuk interaksi antaretnik, problem yang mereka alami dan usaha mengatasinya. Ini merupakan kajian kualitatif-deksriptif di mana data dikumpulkan melalui observasi, wawancara mendalam dan dokumentasi, data diolah menggunakan prosedur analisis deskriptif dari Miles-Huberman dengan meminjam teori interaksi sosial sebagai kerangka analisis. Studi ini menemukan bahwa dalam kasus etnik Mandailing-Jawa di Pasar Singkuang II, interaksi sosial antaretnik terjalin secara asosiatif, melalui kerja sama sosial dan akulturasi. Di sisi lain, interaksi mereka juga bersifat disosiatif karena ada faktor penghambat seperti problem komunikasi dan perbedaan nilai etika dan norma masing-masing etnik. Hambatan tersebut diatasi dengan cara bersikap terbuka terhadap sesama, beradaptasi, menghindari prasangka negatif. Selain itu, kajian ini menemukan bahwa dalam interaksi antaretnik, agama memberi pengaruh kuat baik sebagai identitas komunal maupun lewat aktivitas sosial keagamaan, sehingga perbedaan mereka dapat dileburkan dan memperkuat integrasi sosial.