Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

Pengaruh Konsentrasi 6-Benzyl Amino Purine (BAP) dan Media Murashige and Skoog (MS) terhadap Pertumbuhan dan Perkembangan Subkultur ANGGREK Dendrobium sp. Woo Leng secara In Vitro Rimala Erisa; Steffanie Nurliana; Dedi Satriawan; R. R. Sri Astuti; M Marlin
Prosiding SNPBS (Seminar Nasional Pendidikan Biologi dan Saintek) 2022: Prosiding SNPBS (Seminar Nasional Pendidikan Biologi dan Saintek)
Publisher : Universitas Muhammadiyah Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Perbanyakan anggrek Dendrobium sp. Woo Leng secara konvensional menghasilkan bibit terbatas sehingga perlu diperbanyak dengan teknik kultur jaringan dengan penambahan ZPT BAP dan media MS pada media kultur. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh konsentrasi BAP dan media MS terhadap pertumbuhan dan perkembangan subkultur anggrek Dendrobium sp. Woo Leng secara in vitro. Eksplan berasal dari Laboratorium Bioteknologi Hortikultura, Kabupaten Pringsewu, Lampung. Penelitian ini dilakukan dengan ditanam 3 buah eksplan dalam 1 botol media lalu dipelihara dalam ruang kultur dan diamati 1 kali dalam 1 mingu selama 16 minggu. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) faktorial terdiri dari 2 faktor perlakuan, yaitu zat pengatur tumbuh BAP dengan konsentrasi 0, 0,5, 1, 1,5, 2 ppm dan media MS dengan konsentrasi ½ MS dan MS full. Jumlah perlakuan yang digunakan adalah 10 perlakuan dengan 3 ulangan. Data yang didapat dianalisis dengan analisis varians (ANOVA), jika terdapat pengaruh yang nyata (FHitung>FTabel) maka dilanjutkan dengan uji Duncan Multiple Range Test (DMRT) pada taraf 5%. Hasil uji DMRT taraf 5% menunjukkan bahwa konsentrasi MS full merupakan konsentrasi yang lebih baik untuk pertumbuhan dan perkembangan panjang akar (2,38 cm) dibanding dengan konsentrasi media ½ MS (1,36 cm), jumlah akar (7,02 akar) lebih baik dibanding dengan konsentrasi ½ MS (6,19 akar), tinggi planlet (4,01 cm) lebih baik dibanding dengan konsentrasi ½ MS (3,56 cm) dan jumlah daun (7,16 helai) lebih baik dibanding dengan konsentrasi ½ MS (6,04 helai). Rentang konsentrasi 1 sampai 2 ppm BAP (2,1 sampai 2,33 cm) merupakan konsentrasi yang lebih baik dibanding konsentrasi 0 ppm BAP (1,08 cm) pada variabel panjang akar, konsentrasi 2 ppm BAP (8,06 akar) merupakan konsentrasi yang lebih baik dibandingkan konsentrasi 0 (5,11 akar), 0,5 (5,78 akar) dan 1 ppm (6,78 akar) pada variabel jumlah akar, konsentrasi 0 ppm BAP (5,29 cm) merupakan konsentrasi yang lebih baik dibandingkan konsentrasi lainnya pada variabel tinggi planlet, konsentrasi 0 ppm BAP (7,95 helai) merupakan konsentrasi yang lebih baik dibandingkan konsentrasi lainnya pada variabel jumlah daun, rentang konsentrasi 1,5 dan 2 ppm BAP (2,22 dan 2,50 tunas) merupakan konsentrasi yang lebih baik dibandingkan konsentrasi lainnya pada variabel jumlah tunas.
Pengaruh Konsentrasi 6-Benzyl Amino Purine (BAP) dan Sukrosa terhadap Pertumbuhan dan Perkembangan Subkultur Anggrek Dendrobium Sp. Woo Leng secara In Vitro Fetri Rahmawidowati; Steffanie Nurliana; Dedi Satriawan; R. R. Sri Astuti; M Marlin
Prosiding SNPBS (Seminar Nasional Pendidikan Biologi dan Saintek) 2022: Prosiding SNPBS (Seminar Nasional Pendidikan Biologi dan Saintek)
Publisher : Universitas Muhammadiyah Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Penelitian ini bertujuan mengetahui pengaruh konsentrasi BAP dan sukrosa terhadap pertumbuhan dan perkembangan subkultur anggrek Dendrobium sp. Woo Leng secara in vitro. Bibit berasal dari Laboratorium Bioteknologi Hortikultura, Kabupaten Pringsewu, Lampung. Penelitian ini RAL faktorial terdiri dari 2 faktor, yaitu BAP 0, 1, 2 ppm dan sukrosa 10, 20, 30, 40 g/L. Data dianalisis dengan analisis varian (ANOVA) dan jika terdapat data yang berpengaruh nyata dilanjutkan dengan uji DMRT pada taraf 5%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rentang perlakuan BAP 0 ppm (2,08 akar) dan BAP 1 ppm (2,66 akar) merupakan perlakuan yang lebih baik dibandingkan BAP 2 ppm (0,97 akar) pada jumlah akar, rentang perlakuan BAP 0 ppm (1,22 cm) dan BAP 1 ppm (1,73 cm) merupakan perlakuan yang lebih baik dibandingkan BAP 2 ppm (0,97 cm) pada panjang akar, rentang perlakuan BAP 1 ppm 7,94 daun) dan BAP 2 ppm (8,17 daun) merupakan perlakuan yang lebih baik dibandingkan BAP 0 ppm (7,22 daun) pada jumlah daun, perlakuan BAP 1 ppm (1,63 tunas) merupkan perlakuan terbaik pada jumlah tunas. Perlakuan sukrosa 40 g/L (2,66 akar) merupakan perlakuan terbaik pada jumlah akar, sukrosa 40 g/L (1,77 cm) merupakan perlakuan terbaik pada panjang akar. Interaksi BAP dan sukrosa pada rentang perlakuan BAP 1 ppm dan sukrosa 30 g/L (8,88 daun), BAP 2 ppm dan sukrosa 10 g/L (8,44 daun), BAP 0 ppm dan sukrosa 40 g/L (8,22 daun), BAP 1 ppm dan sukrosa 40 g/L (8,22 daun), BAP 2 ppm dan sukrosa 30 g/L (8,22 daun), BAP 2 ppm dan sukrosa 20 g/L (8,00 daun), daun), BAP 1 ppm dan sukrosa 20 g/L (7,56 daun), BAP 2 ppm dan sukrosa 40 g/L (7,56 daun) merupakan konsentrasi yang lebih baik dibandingkan dengan perlakuan lainnya pada jumlah daun Dendrobium sp. Woo Leng.
Kombinasi Limbah Sayur Difermentasi dan Limbah Tahu pada Hidroponik Tanaman Kangkung Darat (Ipomoea reptans Poir.) Dedi Satriawan; R. R. Sri Astuti; Juliah Jayanti
Konservasi Hayati Vol 19 No 1 (2023): April
Publisher : Universitas Bengkulu

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33369/hayati.v19i1.26708

Abstract

Budidaya tanaman menggunakan sistem hidroponik merupakan salah satu cara alternatif untuk mendapatkan sayuran bebas pestisida. Pembuatan nutrisi organik menjadi tuntutan untuk memaksimalkan manfaat dari sisi kesehatan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui komposisi terbaik antara limbah tahu dengan limbah sayur difermentasi untuk hidroponik organik tanaman kangkung darat (Ipomoea repstans Poir.). Metode yang digunakan adalah RAL (Rancangan Acak Lengkap dengan 4 perlakuan dengan 6 ulangan. Sebagai perlakuan adalah komposisi limbah tahu dengan limbah sayur difermentasi; yaitu 40 L Limbah Tahu, 38 l limbah tahu + 2 liter limbah sayur difermentasi, 37 liter limbah tahu + 3 l limbah sayur difermentasi dan 35 l limbah tahu + 5 l limbah sayur difermentasi. Hasil terbaik ditemukan pada komposisi , 38 l limbah tahu + 2 l limbah sayur difermentasi. Kata Kunci: hidroponik, Ipomoea repstans Poir., limbah sayur, limbah tahu
Penilaian Status Gizi Secara Antropometri Fisik pada Siswa Perempuan di SMPIT Generasi Rabbani Kota Bengkulu Dian Fita Lestari; Dedi Satriawan; Novia Duya; Eliza Febrianti; Shahnaz Shabrina Wulansari
Jurnal Pengabdian kepada Masyarakat Nusantara Vol. 4 No. 2 (2023): Jurnal Pengabdian kepada Masyarakat Nusantara (JPkMN)
Publisher : Sistem Informasi dan Teknologi (Sisfokomtek)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.55338/jpkmn.v4i2.1052

Abstract

Masalah gizi anak sekolah di Indonesia cukup beragam. Gizi dapat mempengaruhi kesehatan, tumbuh kembang dan kecerdasan. Siswa SMP tergolong remaja yang termasuk kelompok rawan gizi karena untuk gaya hidup masih mudah terpengaruh oleh teman sebaya. SMPIT Generasi Rabbani Kota Bengkulu belum melakukan penilaian status gizi terhadap siswanya, sehingga tujuan kegiatan pengabdian ini untuk melakukan sosialisasi gizi sekaligus pengukuran antropometri secara langsung untuk menilai status gizi siswa perempuan kelas VIII. Hal ini penting dilakukan karena sebagai tindakan preventif karena gizi juga dapat menyebabkan masalah kesehatan lain. Berdasar hasil pengabdian yang telah dilakukan, kegiatan ini diikuti oleh 20 orang siswa. Hasil pre-test siswa rerata mendapatkan nilai 38 dan rerata nilai post-test sebesar 82,5, hal ini menandakan bahwa terjadi peningkatan pemahaman siswa terkait dengan gizi dan penilaian status gizi. Berdasarkan hasil pengukuran antropometri, siswa yang memiliki status gizi sangat kurus sebanyak 5%, kurus sebanyak 10%, normal 65%, dan gizi lebih (gemuk) sebanyak 20%. Hal ini menunjukkan mayoritas siswa memiliki status gizi yang normal. Status gizi seseorang dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti makanan, sosial-ekonomi, genetik serta lingkungan. Kegiatan pengabdian ini tentunya dapat memberikan informasi terkait dengan gizi yang dapat diimplementasikan oleh siswa yang dapat menunjang untuk kesehatan tubuh siswa.