Claim Missing Document
Check
Articles

Found 10 Documents
Search

PEMBUATAN MIE BERGIZI DAN RENDAH GLUTEN BERBAHAN TEPUNG UMBI GARUT DENGAN TEPUNG IKAN BLEBERAN DI KELURAHAN PEMATANG GUBERNUR KOTA BENGKULU Fatimatuzzahra; Dian Fita Lestari
Panrita Abdi - Jurnal Pengabdian pada Masyarakat Vol. 5 No. 4 (2021): Jurnal Panrita Abdi - Oktober 2021
Publisher : LP2M Universitas Hasanuddin

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20956/pa.v5i4.12311

Abstract

Noodles are one of the foods favored by everyone, from children to the elderly. The primary raw material for noodles can be replaced with alternative ingredients such as arrowroot flour, safe for gluten intolerant people and children. Besides that, bleberan fish flour is added to add protein content to the noodles produced. The main objective of this activity is to provide training on processing bleberan fish meal (Thryssa sp.) with arrowroot flour (Marantha arundinacea L.) as an alternative food for nutritious and low-gluten noodles. The target in this activity is representatives of PKK women and local youth totaling 15 people. The method used is the extension method and field demo, ending with the distribution of organoleptic test questionnaires (color, aroma, texture, taste, and elasticity) of the resulting wet noodles. Based on the level of knowledge, the results obtained that about 80% of participants were able to capture and understand the material presented, and 90% of participants were skilled in processing arrowroot flour and a fish meal into nutritious wet noodles. --- Mie merupakan salah satu makanan yang digemari setiap kalangan, baik dari anak-anak hingga lanjut usia. Bahan baku utama mie dapat digantikan dengan bahan alternatif seperti tepung umbi garut yang aman bagi orang intoleran terhadap gluten dan anak-anak, selain itu dilakukan penambahan tepung ikan bleberan untuk menambahkan kandungan protein pada mie yang dihasilkan. Tujuan utama kegiatan ini ialah memberikan pelatihan pengolahan tepung ikan bleberan (Thryssa sp.) dengan tepung umbi garut (Marantha arundinacea L.) sebagai pangan alternatif mie bergizi dan rendah gluten. Sasaran dalam kegiatan ini ialah perwakilan ibu-ibu PKK dan pemuda setempat berjumlah 15 orang. Metode yang digunakan yaitu metode penyuluhan dan demo lapangan, diakhiri dengan penyebaran angket uji organoleptik (warna, aroma, tekstur, rasa, dan kekenyalan) dari mie basah yang dihasilkan. Hasil yang diperoleh, berdasarkan tingkat pengetahuan, diperoleh sekitar 80% peserta mampu menangkap dan memahami materi yang disampaikan dan 90% peserta terampil dalam mengolah tepung umbi garut dan tepung ikan menjadi mie basah yang bergizi.
Manajemen Stres pada Ikan untuk Akuakultur Berkelanjutan Dian Fita Lestari; Syukriah Syukriah
JAMI: Jurnal Ahli Muda Indonesia Vol. 1 No. 1 (2020): Juni 2020
Publisher : Akademi Komunitas Negeri Putra Sang Fajar Blitar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.46510/jami.v1i1.23

Abstract

Abstrak Objektif. Ikan merupakan salah satu sumber protein hewani yang banyak diminati oleh masyarakat selama beberapa dekade terakhir, sehingga permintaan jumlah ikan sangat tinggi. Jumlah tangkapan ikan kurang memenuhi jumlah permintaan secara global, sehingga akuakultur menjadi trend sebagai solusi untuk mencukupi kebutuhan jumlah ikan. Akuakultur terus berkembang lebih cepat daripada sektor produksi pangan utama lainnya dan memiliki kontribusi besar terhadap hasil perikanan dunia. Namun, usaha akuakultur tidak selalu berhasi karena banyak faktor. Berdasarkan hal tersebut, perlu adanya kajian untuk manajemen stres dari sisi fisiologis ikan untuk budidaya ikan yang lebih optimal. Material and Metode. Metode yang digunakan berupa analisis Survival Rate (SR), Growth Rate (GR), pertumbuhan mutlak (W), uji hematologis, uji kadar kortisol, uji kadar glukosa darah, Heat Shock Protein (HSP), patologi, histologi, serta tingkah laku. Hasil. Keberhasilan dalam usaha akuakultur tidak lepas dari manajemen pemeliharaan yang baik, karena lingkungan maupun perlakuan terhadap ikan dapat menimbulkan stres pada ikan yang dapat mempengaruhi proses pertumbuhan, reproduksi, hingga mengancam kelangsungan hidup ikan. Hal ini sangat erat hubungannya dengan proses fisiologi ikan yang penting untuk diketahui oleh pembudidaya ikan. Ikan akan merespons stres melalui sistem hormonal (aksis HPI) yang nantinya akan berdampak pada perubahan metabolisme tubuh, respon seluler, hingga perubahan secara menyeluruh pada individu termasuk perubahan perilaku. Sehingga untuk menghindari terjadinya stres pada ikan, perlu adanya manajemen pemeliharaan yang baik agar mendapatkan hasil yang optimal dari kegiatan budidaya ikan. Kesimpulan. Manajemen pemeliharaan yang baik meliputi kontrol kualitas air baik secara fisika maupun kimia, pengendalian gulma, patogen maupun predator/kompetitor, jumlah penebaran (densitas) ikan, penanganan yang tepat saat pemindahan, sanitasi yang baik, diet yang seimbang serta manajemen kesehatan (penanganan penyakit) dengan baik. Abstrack Objective. Fish is one of the sources of animal protein that has been in high demand by the public for the past few decades, so the demand for fish is very high. The amount of fish catch does not meet the global demand, so aquaculture is a trend as a solution to meet the needs of the number of fish. Aquaculture continues to grow faster than other major food production sectors and has a major contribution to global fisheries yields. However, aquaculture efforts are not always successful because of many factors. Based on this, there needs to be a study for stress management from the physiological side of fish for more optimal fish farming. Materials and Methods. The methods used are analysis of Survival Rate (SR), Growth Rate (GR), absolute growth (W), hematological test, cortisol level test, blood glucose level test, Heat Shock Protein (HSP), pathology, histology, and behavior. Results Success in aquaculture efforts can not be separated from good maintenance management, because the environment and treatment of fish can cause stress on fish that can affect the process of growth, reproduction, to threaten the survival of fish. This is very closely related to the physiological processes of fish that are important to know by fish farmers. Fish will respond to stress through the hormonal system (HPI axis) which will later have an impact on changes in the body's metabolism, cellular responses, to overall changes in individuals, including changes in behavior. So as to avoid stress on fish, good maintenance management is needed in order to get optimal results from fish farming activities. Conclusion. Good maintenance management includes physical and chemical water quality control, control of weeds, pathogens and predators/competitors, the amount of fish stocking, proper handling when transplanted, good sanitation, balanced diet and health management (disease management) well.
POTENSI INFUSA BUNGA KEMBANG SEPATU (Hibiscus rosa-sinensis) SEBAGAI ANTI HIPERURISEMIA PADA MENCIT (Mus musculus) Fatimatuzzahra Fatimatuzzahra; Dian Fita Lestari
Jurnal Biosilampari : Jurnal Biologi Vol 4 No 2 (2022): Biosilampari
Publisher : LP4MK STKIP PGRI Lubuklinggau

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31540/biosilampari.v4i2.1534

Abstract

Uric acid levels in the blood can be lowered by taking anti-hyperuricemic drugs, but long-term use can have serious effects on the body. Therefore, we need medicines made from natural ingredients that have a compound that can reduce uric acid levels with a low effect. The purpose of this study was to determine the effect of hibiscus flower infusion on uric acid levels. The research method is experimental research with a Completely Randomized Design (CRD). Mice were divided into 6 treatment groups, the negative control group (normal) A0 was given 0.5% Na-CMC, A1 was hyperuricemia control (induction of potassium oxonate 250mg/kgBW and chicken liver juice), A2-A5 was treated with hyperuricemia. The treatment group A2 was given allopurinol 10mg/kgBW, A3-A5 was given hibiscus flower infusion at a dose of 20%, 30%, and 40%, respectively. The results showed that hibiscus flower infusion at doses of 20%, 30%, and 40% was able to reduce blood uric acid levels in male white mice induced by potassium oxonate and chicken liver juice. Hibiscus flower infusion has the potential to reduce uric acid levels in mice optimally at a dose of 20%, which is 80.8% of hyperuricemia control.
PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MELALUI PENGELOLAAN SAMPAH TERPADU BERBASIS 3R DI DESA RINDU HATI KABUPATEN BENGKULU TENGAH Dian Fita Lestari; Fatimatuzzahra Fatimatuzzahra
Abdimas Galuh Vol 4, No 1 (2022): Maret 2022
Publisher : Universitas Galuh

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25157/ag.v4i1.7173

Abstract

Sampah seringkali dianggap sebagai suatu masalah dan penyebab terjadinya pencemaran hingga penyebab bencana seperti banjir. Hal ini disebabkan karena sampah belum dikelola dengan baik dan kurangnya kesadaran masyarakat. Tujuan dari kegiatan pengabdian ini adalah untuk melakukan pelatihan pengelolaan sampah  terpadu pada masyarakat Desa Rindu Hati. Pengelolaan sampah terpadu dengan menggunakan prinsip 3R yaitu pembatasan (Reduce) dengan meminimalisir pemakaian benda-benda yang bisa menghasilkan sampah seperti benda yang sekali pakai. Guna-ulang (Reuse) dengan cara menggunakannya kembali serta Daur-ulang (Recycle) yaitu menggunakan sampah-sampah tertentu untuk diolah menjadi barang yang lebih berguna tentunya hal ini dapat mengurangi efek buruk dari sampah. Kegiatan pengabdian ini dilakukan dengan cara melakukan pengelolaan sampah organik yang diolah menjadi pupuk kompos serta sampah anorganik seperti plastik, botol, kaleng dan sejenisnya dapat digunakan untuk pembuatan produk kerajinan tangan yang dapat memiliki nilai jual tinggi. Hal ini menjadi sebuah peluang di Desa Wisata Rindu Hati yang banyak dikunjungi oleh wisatawan, sampah dapat diolah menjadi produk kerajinan yang dapat dijual kembali pada wisatawan dan dapat meningkatkan perekonomian masyarakat di desa Rindu Hati.
Pengaruh Pemberian Perasan Lobak Putih (Raphanus sativus L.) dan Bengkuang (Pachyrhizus erosus L.) terhadap Kadar Glukosa Darah pada Mencit Model Diabetes Reza Pertiwi; Petri Siti Khodijah; Mifta Violina Aniza; Noval Kurniawati; Eni Kurniati; Dian Handayani; Dian Fita Lestari; Doni Notriawan
Jurnal Farmasi Sains dan Terapan Vol 9, No 1 (2022): Februari
Publisher : Jurnal Farmasi Sains dan Terapan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33508/jfst.v9i1.3027

Abstract

Kadar glukosa darah adalah jumlah kandungan glukosa yang ada pada plasma darah. Pengukuran kadar glukosa darah puasa merupakan salah satu metode untuk mengidentifikasi penyakit diabetes melitus pada seseorang. Bengkuang memiliki serat larut air yang dapat memperlambat absorpsi glukosa sehingga dapat menurunkan kadar glukosa darah. Lobak putih memiliki kesamaan jenis dengan bengkuang yaitu merupakan jenis tanaman umbi yang diharapkan memiliki efek yang sama dalam menurunkan kadar glukosa darah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian perasan lobak putih dan bengkuang terhadap kadar glukosa darah mencit yang diinduksi aloksan sebagai model diabetes. Mencit dibagi menjadi 8 kelompok dengan pembagian secara random dan dipuasakan selama 8 jam, pada hari ke–0 diukur kadar glukosa darahnya sebagai kadar glukosa darah awal. Kelompok I sebagai kontrol normal yang tidak diberi induksi aloksan dan diberi aquades. Pada kelompok II-VI, mencit diinduksi aloksan dengan dosis 200 mg/kg BB secara intraperitoneal. Setelah aloksan diinduksikan, diukur kadar glukosa darah mencit pada hari ke-3. Setelah didapati kadar glukosa darah mencit yang tinggi, kelompok mencit II diberi aquades, kelompok III diberi glibenklamid 0,013 mg/20 gBB mencit, kelompok IV diberi perasan lobak putih 0,1 ml/20 gBB, kelompok V diberi perasan lobak putih dan bengkuang 2:1, kelompok VI diberi perasan lobak putih dan bengkuang 1:1, kelompok VII diberi perasan lobak putih dan bengkuang 1:2, kelompok VIII diberi perasan bengkuang 0,1 ml/20 gBB. Pemberian perasan lobak putih dan bengkuang dapat menurunkan kadar glukosa darah.
SOSIALISASI MEDIA PEMBELAJARAN INTERAKTIF ISPRING DI PONDOK PESANTREN MODERN DARUSSALAM KEPAHIANG Dian Fita Lestari; Helmiyetti Helmiyetti; Jarulis Jarulis; Fatimatuzzahra Fatimatuzzahra
Abdimas Galuh Vol 4, No 2 (2022): September 2022
Publisher : Universitas Galuh

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25157/ag.v4i2.7747

Abstract

Media pembelajaran interaktif sangat diperlukan untuk membantu proses belajar mengajar, khususnya pada saat era pandemi COVID-19 yang lebih banyak menggunakan daring. Salah satu jenis media pembelajaran interaktif yang dapat digunakan secara efektif, efisien dan mudah yaitu aplikasi iSpring Suite 9 yang dapat digunakan terintegrasi dengan power point. Masih banyaknya guru yang belum mengetahui dan memahami penggunaan media pembelajaran interaktif dengan baik, sehingga tujuan dari kegiatan pengabdian masyarakat ini adalah melakukan sosialisasi kepada guru mengenai media pembelajaran iSpring Suite 9 di Pondok Pesantren Modern Darussalam Kabupaten Kepahiang, Provinsi Bengkulu. Kegiatan sosialisasi ini dilakukan dengan cara demo, yaitu pemberian penjelasan penggunaan iSpring serta dilanjutkan dengan praktek penggunaan media iSpring. Kegiatan sosialisai ini diikuti oleh guru dari berbagai bidang studi di Pondok Pesantren, sehingga ada banyak model atau beragam bentuk media yang dapat dihasilkan oleh guru. Pelaksanaan kegiatan berjalan dengan baik dan lancar serta sesuai dengan tahapan yang direncanakan. Adanya sosialisasi ini mampu membantu meningkatkan ketrampilan dan pengetahuan guru mengenai penggunaan salah satu aplikasi dalam penyusunan bahan ajar maupun dalam membuat media pembelajaran
Jenis-Jenis Gastropoda di Zona Intertidal Pantai Indrayanti Yogyakarta Dian Fita Lestari; Fatimatuzzahra Fatimatuzzahra; Syukriah Syukriah
Journal of Science and Applicative Technology Vol 5 No 1 (2021): Journal of Science and Applicative Technology June Chapter
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM), Institut Teknologi Sumatera, Lampung Selatan, Lampung, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35472/jsat.v5i1.301

Abstract

Gunung Kidul is one of the districts in Yogyakarta that has a long coastline with coral substrate and white sand. One of the beaches with coral and rocky substrates is Indrayanti Beach. The rocky substrate provides unique characteristics for the life of marine organisms in the intertidal zone. Gastropods is one of the seven classes in the Mollusc phylum. Gastropods are found mostly in the sea and fresh water, especially in the intertidal zone of beach. The aim of this study is to identify gastropods that found in the Indrayanti intertidal zone and classifying each species. The method of this study is observation and sampling techniques with accidental sampling at low tide. Data analysis is descriptive based on morphological characteristics of each species. Based on the results of this study, there are 5 sub-classes, 9 orders, 2 Superfamily, 21 families, 35 genera and 72 species. Sub-classes found are heterobranchia, caenogastropods, neritimorpha, vestigastropods, and patelogastropods. The highest number of species found in the caenogastropod subclass was 32 species (44% of the total species) which were dominated by the order of neogastropod.
Penilaian Status Gizi Secara Antropometri Fisik pada Siswa Perempuan di SMPIT Generasi Rabbani Kota Bengkulu Dian Fita Lestari; Dedi Satriawan; Novia Duya; Eliza Febrianti; Shahnaz Shabrina Wulansari
Jurnal Pengabdian kepada Masyarakat Nusantara Vol. 4 No. 2 (2023): Jurnal Pengabdian kepada Masyarakat Nusantara (JPkMN)
Publisher : Sistem Informasi dan Teknologi (Sisfokomtek)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.55338/jpkmn.v4i2.1052

Abstract

Masalah gizi anak sekolah di Indonesia cukup beragam. Gizi dapat mempengaruhi kesehatan, tumbuh kembang dan kecerdasan. Siswa SMP tergolong remaja yang termasuk kelompok rawan gizi karena untuk gaya hidup masih mudah terpengaruh oleh teman sebaya. SMPIT Generasi Rabbani Kota Bengkulu belum melakukan penilaian status gizi terhadap siswanya, sehingga tujuan kegiatan pengabdian ini untuk melakukan sosialisasi gizi sekaligus pengukuran antropometri secara langsung untuk menilai status gizi siswa perempuan kelas VIII. Hal ini penting dilakukan karena sebagai tindakan preventif karena gizi juga dapat menyebabkan masalah kesehatan lain. Berdasar hasil pengabdian yang telah dilakukan, kegiatan ini diikuti oleh 20 orang siswa. Hasil pre-test siswa rerata mendapatkan nilai 38 dan rerata nilai post-test sebesar 82,5, hal ini menandakan bahwa terjadi peningkatan pemahaman siswa terkait dengan gizi dan penilaian status gizi. Berdasarkan hasil pengukuran antropometri, siswa yang memiliki status gizi sangat kurus sebanyak 5%, kurus sebanyak 10%, normal 65%, dan gizi lebih (gemuk) sebanyak 20%. Hal ini menunjukkan mayoritas siswa memiliki status gizi yang normal. Status gizi seseorang dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti makanan, sosial-ekonomi, genetik serta lingkungan. Kegiatan pengabdian ini tentunya dapat memberikan informasi terkait dengan gizi yang dapat diimplementasikan oleh siswa yang dapat menunjang untuk kesehatan tubuh siswa.
PELATIHAN PEMBUATAN SOUVENIR BERBASIS RESIN SEBAGAI PELUANG USAHA MASYARAKAT DI DESA WISATA RINDU HATI, BENGKULU TENGAH Dian Fita Lestari; Neni Murniati; Dionni Ditya Perdana
SELAPARANG: Jurnal Pengabdian Masyarakat Berkemajuan Vol 7, No 3 (2023): September
Publisher : Universitas Muhammadiyah Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31764/jpmb.v7i3.17077

Abstract

ABSTRAKSalah satu aplikasi ilmu bidang biologi terkait pengawetan spesimen kering dengan menggunakan blok resin atau biasa disebut dengan bioplastik. Teknik resin ini memiliki potensi menjadi salah satu usaha yang dapat diaplikasikan dan dikembangkan menjadi sebuah kerajinan seperti menjadi sebuah souvenir. Desa Rindu Hati merupakan salah satu desa wisata di Bengkulu Tengah dengan jumlah pengunjung yang cukup banyak. Hal ini dapat menjadi peluang ekonomi bagi masyarakat desa Rindu Hati untuk menghasilkan karya kerajinan yang memiliki nilai daya jual kepada wisatawan. Sehingga tujuan dari kegiatan pengabdian ini yaitu untuk memberikan pelatihan ketrampilan membuat souvenir dengan bahan resin yang menjadi peluang usaha untuk masyarakat. Kegiatan pengabdian ini dilakukan dengan cara ceramah, diskusi dan praktek langsung pembuatan souvenir berbasis resin. Peserta yang terdiri dari ibu-ibu PKK Desa Rindu Hati sebanyak 15 orang  ini sangat antusias mengikuti pelatihan ini, peserta melakukan praktek pembuatan sendiri yang didampingi oleh tim pengabdian. Peserta sebelumnya belum pernah mendapatkan ilmu tentang teknik resin sehingga tertarik untuk mengembangkan dan mengaplikasikan teknik resin ini untuk kemudian dibuat menjadi produk kerajinan sebagai souvenir. Berdasarkan hasil evaluasi, peserta kegiatan berpendapat bahwa kegiatan pelatihan ini sangat bermanfaat untuk peserta, selain mendapat wawasan pengetahuan baru, peserta juga dapat melatih ketrampilan baru yang bisa menjadi peluang usaha untuk dikembangkan di desa Rindu Hati. Kata kunci: bioplastik; resin; rindu hati; souvenir. ABSTRACTOne use of science in biology is the preservation of dry specimens with resin blocks, sometimes known as bioplastics. This resin technology has the potential to grow into a business that may be applied to and developed into a craft, such as a souvenir. Rindu Hati Village is one of the most popular tourist destinations in Central Bengkulu. This could be a profitable business opportunity for the Rindu Hati village community to make products with a marketable value to tourists. The aim of this service activity is to demonstrate to people how to make souvenirs from resin, which can be used to develop a business in the community. This service activity is carried out through lectures, conversations, and hands-on practice make some souvenirs with resin-based. The participants, comprising of 15 Rindu Hati Village PKK women, were very eager about participating in this program. The participants completed their own practice of making them accompanied by a community service team. The participants had never learned about resin techniques before, therefore they were interested in creating and implementing this resin technique to create handcraft products as keepsakes. According to the evaluation, the participants thought that this training activity was very useful for the participants because, in addition to gaining new knowledge insights, participants could also practice new skills that could become business opportunities in Rindu Hati village. Keywords: bioplastic; resin; rindu hati; souvenir.
Pencegahan Risiko Penularan Infeksi Saluran Pernapasan Atas (ISPA) dari Penggunaan Alat Selam Bersama pada Kelompok Penyelam di Pulau Enggano Vestidhia Yunisya Atmaja; Santi Nurul Kamilah; Dian Fita Lestari; Ashar Muda Lubis; Sipriyadi Sipriyadi; Muhammad Chandra Bastian; Gustina Dwi Wulandari; Ahmat Fakhri Utama
Jurnal Pengabdian Pada Masyarakat Vol 9 No 1 (2024): Jurnal Pengabdian Pada Masyarakat
Publisher : Universitas Mathla'ul Anwar Banten

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30653/jppm.v9i1.649

Abstract

Penyakit yang dapat disebabkan akibat penggunaan alat selam secara bersama yang tidak aseptik yaitu Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA). ISPA merupakan penyakit yang menginfeksi saluran pernapasan atas dan menginfeksi seluruh bagian pernapasan bawah (alveoli). ISPA dapat menular melalui droplet mengandung virus atau bakteri terhirup oleh orang sehat. Penggunaan alat selam secara langsung akan bersentuhan dengan bagian mulut dan hidung, apabila perawatan alat penyelaman kurang tepat akan menimbulkan adanya risiko penularan ISPA. Kelompok penyelam di Pulau Enggano menggunakan alat selam bersama untuk aktivitas mencari ikan dan menyewakan untuk para wisatawan. Namun para penyelam masih minim pengetahuan terkait dampak risiko penyakit dari penggunaan alat selam bersama. Kegiatan dihadiri oleh perwakilan 5 kelompok penyelam yang ada di Pulau Enggano. Kegiatan pengabdian meliputi pembukaan, sosialisasi, pelatihan mengenai cara membersihkan alat selam yang benar, tanya jawab, evaluasi kegiatan, dan penutupan. Hasil evaluasi dari kegiatan ini, kelompok penyelam menilai sangat bermanfaat dan membantu meningkatkan pengetahuan peserta. Para penyelam menjadi sadar akan pentingnya kebersihan dan perawatan alat selamnya. Secara umum, berdasarkan hasil evaluasi, menunjukkan bahwa masyarakat puas dengan pelaksanaan kegiatan ini dan mengucapkan terima kasih atas penyerahan alat dan bahan pembersih alat selam untuk kelompok penyelam. Pemahaman dan penerapan aseptik pada alat selam ini perlu dilakukan secara berkelanjutan agar menjadi nilai lebih untuk kelompok penyelam. Tidak hanya untuk kesehatan para penyelam yang mencari ikan namun juga untuk wisatawan yang hendak menggunakan alat selam. Diseases that can be caused by sharing diving equipment that is not aseptic are Acute Respiratory Infections (ARI). ARI is a disease that infects the upper respiratory tract and infects the entire lower respiratory tract (alveoli). ARI can be transmitted through droplets containing viruses or bacteria inhaled by healthy people. Using diving equipment will directly come into contact with the mouth and nose, if the diving equipment is not maintained properly it will pose a risk of transmitting ARI. Groups of divers on Enggano Island use diving equipment together for fishing activities and rent them out to tourists. However, divers still lack knowledge regarding the impact of disease risks from using shared diving equipment. The activity was attended by representatives of 5 diving groups on Enggano Island. Service activities include opening, socialization, training on how to properly clean diving equipment, questions and answers, activity evaluation, and closing. As a result of the evaluation of this activity, the diving group considered it very useful and helped increase the participants' knowledge. Divers become aware of the importance of cleanliness and maintenance of their diving equipment. In general, based on the evaluation results, it showed that the community was satisfied with the implementation of this activity and expressed their gratitude for the delivery of diving equipment and cleaning materials to the diving group. The understanding and application of aseptics in diving equipment needs to be carried out on an ongoing basis so that it becomes an added value for groups of divers. Not only for the health of divers looking for fish but also for tourists who want to use diving equipment.