Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN KEPEMANDUAN WISATA DI DESA WISATA CIBUNTU KAB. KUNINGAN PROVINSI JAWA BARAT Khoirul Fajri; Titing Kartika; lia Afriza
Qardhul Hasan: Media Pengabdian kepada Masyarakat Vol. 6 No. 1 (2020): APRIL
Publisher : Universitas Djuanda Bogor

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (900.024 KB) | DOI: 10.30997/qh.v6i1.1959

Abstract

Desa Cibuntu (Cibuntu Village) is a tourism-based village located at the foot of Mount Ciremai, Pasawahan District, Kuningan, West Java. The village is located approximately 20 KM from the center of Kuningan City. Cibuntu Village has a variety of uniqueness that is owned both in nature, culture and history. Cibuntu Village is declared as a Tourism Village as stipulated in the Decree of the Head of the Kuningan District Tourism and Culture Office Number 55631 / KPTS.178.A Disparbud / 2012 concerning the designation of Cibuntu Village as an Object and Attraction (Tourism Village). Guiding tours become very important because they are part of the service. Lack of communication skills and mastery of English become the main obstacle in guiding tourism activities in the Cibuntu Tourism Village. The people who are assigned as guides seem to only have capital, so the delivery of information is not packaged properly to tourists. Referring to these conditions, then the solution is coaching and mentoring in an effort to improve the ability to guide tours through a series of training. The training will be classified into two categories, namely tour guides and English training for tour guides. The methods to be used include lectures, questions and answers, discussions. To improve the ability to guide in English will focus on drilling models and role play. As targets to be achieved are (a) increasing the ability of understanding the role of the tour guide, (b) increasing the ability of the community in the tour guide, (c) increasing the ability of English in guiding activities especially when guiding foreign tourists, (d) increasing communication skills when guide the tour. To achieve these targets the activity implementation team will work together with the association of Indonesian tour guides and professional guides.
Pemberdayaan Kelompok Sadar Wisata Melalui Pendampingan Sadar Wisata Dan Tata Kelola Kelembagaan Desa Lia afriza; Taufiq Hidayat
Journal of Comprehensive Science (JCS) Vol. 2 No. 6 (2023): Journal of Comprehensive Science (JCS)
Publisher : Green Publisher Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Sektor pariwisata merupakan salah satu sektor yang mampu menggerakan perekonomian di Provinsi Jawa Barat. Adanya berbagai daya tarik wisata seperti Gunung Tangkuban Perahu, Kawah Putih Ciwidey, Geopark Ciletuh, Pantai Pangandaran, menjadikan Jawa Barat sebagai salah satu destinasi wisata yang diminati. Kabupaten Bandung Barat telah terdapat 32 Pokdarwis yang tersebar di beberapa wilayah desa. Menurut parekraf, 2012 Kelompok Sadar Wisata, adalah kelembagaan di tingkat masyarakat yang anggotanya terdiri dari para pelaku kepariwisataan yang memiliki kepedulian dan tanggungjawab serta berperan sebagai penggerak dalam mendukung terciptanya iklim kondusif bagi tumbuh dan berkembangnya kepariwisataan dan memanfaatkannya bagi kesejahteraan masyarakat sekitar Keberadaan kelembagaan Pokdarwis yang mana SK nya dikeluarkan oleh pemerintahan Kabupaten Bandung Barat tujuannya adalah sebagai mitra pemerintah dalam meningkatkan kesadaran masyarakat di bidang pariwisata, meningkatkan sumber daya manusia, mendorong terwujudnya Sapta Pesona, meningkatkan mutu produk wisata dalam rangka meningkatkan daya saing serta memulihkan pariwisata secara keseluruhan. Kurangnya pengetahuan dalam bidang pengelolaan suatu daya tarik wisata Permasalahan lain yang ditemukan di lapangan pada saat observasi adalah kurangnya pemahaman dalam hal langkah-langkah untuk mengelola suatu daya tarik wisata dari perencanaan yang harus dilakukan hingga promosi dan akhirnya mebuahkan suatu informasi yang berisikan paket-paket kunjungan. Pelatihan Masalah yang dihadapi dilapangan adalah bagaimana masyarakat dapat menerima manfaat dari lahan-lahan yang menjadi daya Tarik di desa.
Pengembangan Ekowisata Berbasis Masyarakat (Community Based Ecotourism) Dalam Rangka Mengentaskan Kemiskinan Di Desa Karangsong Kabupaten Indramayu Lia Afriza; Titing Kartika; Anti Riyanti
Jurnal Sains Terapan Pariwisata Vol. 3 No. 1 (2018): Jurnal Sains Terapan Pariwisata
Publisher : Politeknik Sahid

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Mengacu pada RPJMD Provinsi Jawa Barat 2013-2018, kebijakan pembangunan wilayah pengembangan dimaksudkan untuk peningkatan ekonomi yang diharapkan dapat memberikan peningkatan kesejahteraan rakyat, salah satunya adalah wilayah pengembangan Ciayumajakuning (Kabupaten dan Kota Cirebon, Kabupaten Indramayu, Majalengka dan Kuningan). Pada penelitianini lokus Kabupaten Indramayu khususnya Desa Karangsong dipilih dengan pertimbangan bahwa Indramayu menjadi bagian wilayah pengembangan dengan potensi pesisir dan kelautan khususnya mangrove. Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan model pengentasan kemiskinan yang ada di Desa Karangsong melalui sektor pariwisata khususnya pengembangan potensi mangrove.Berdasarkan data Desa Karangsong (2014) tingkat kemiskinan di Karangsong cukup tinggi yakni sekitar 38.1%. atau sekitar 2.192 orang, padahal jika dilihat dari potensi yang dimiliki Karangsong memiliki potensi alam laut dan pesisir khususnya mangrove yang dapat dijadikan peluang dalam meningkatkan pendapatan masyarakat. Mangrove tidak hanya sebagai pendekatan ekonomi namunjuga potensi alamnya dapat dijadikan sebagai upaya pelestarian alam sehingga kedepannya pola pengembangan ini akan sesuai dengan prinsip pembangunan yang berkelanjutan (tourism sustainable development). Pendekatan lain dari upaya pengentasan kemiskinan ini juga dilakukan melalui empat jalur strategi (four track strategy). Strategi empat jalur pembangunan ekonomi itumeliputi pembangunan ekonomi yang pro pertumbuhan (pro growth), pro penciptaan lapangan pekerjaan (pro job), pro pengurangan kemiskinan (pro poor), dan pro lingkungan (pro environment). Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi dan wawancara yang ditindaklanjuti dengan FGD (Focus Group Discussion). Kegiatan penelitian ini akan melibatkan berbagai pihak diantaranya pemerintah, swasta (industri), asosiasi, serta masyarakat, nelayan, kelompok petani sehingga bentuk model yang dihasilkan adalah bentuk integrasi yang dapat memberikan multiflier effect (dampak berganda) di lintas sektor dimana pariwisata berperan sebagai leading sector.Berdasarkan hasil penelitian, permasalahan yang terjadi pada pengelolaan kawasan mngrove adalah pengetahuan masyarakat itu sendiri. Sementara itu potensi yang dimiliki meliputi sumber daya alam kawasan mngrove, sungai dan pesisir pantai.Model yang dapat dikembangkan dalam upaya mengembangkan potensi wisata mngrove di daerah Karangsong dapat berupa model kolaborasi yang melibatkan masyarakat, pemerintah dan industri pariwisata.
Pengembangan Ekowisata Berbasis Masyarakat (Community Based Ecotourism) Dalam Rangka Mengentaskan Kemiskinan Di Desa Karangsong Kabupaten Indramayu Lia Afriza; Titing Kartika; Anti Riyanti
Jurnal Sains Terapan Pariwisata Vol. 3 No. 1 (2018): Jurnal Sains Terapan Pariwisata
Publisher : Politeknik Sahid

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Mengacu pada RPJMD Provinsi Jawa Barat 2013-2018, kebijakan pembangunan wilayah pengembangan dimaksudkan untuk peningkatan ekonomi yang diharapkan dapat memberikan peningkatan kesejahteraan rakyat, salah satunya adalah wilayah pengembangan Ciayumajakuning (Kabupaten dan Kota Cirebon, Kabupaten Indramayu, Majalengka dan Kuningan). Pada penelitianini lokus Kabupaten Indramayu khususnya Desa Karangsong dipilih dengan pertimbangan bahwa Indramayu menjadi bagian wilayah pengembangan dengan potensi pesisir dan kelautan khususnya mangrove. Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan model pengentasan kemiskinan yang ada di Desa Karangsong melalui sektor pariwisata khususnya pengembangan potensi mangrove.Berdasarkan data Desa Karangsong (2014) tingkat kemiskinan di Karangsong cukup tinggi yakni sekitar 38.1%. atau sekitar 2.192 orang, padahal jika dilihat dari potensi yang dimiliki Karangsong memiliki potensi alam laut dan pesisir khususnya mangrove yang dapat dijadikan peluang dalam meningkatkan pendapatan masyarakat. Mangrove tidak hanya sebagai pendekatan ekonomi namunjuga potensi alamnya dapat dijadikan sebagai upaya pelestarian alam sehingga kedepannya pola pengembangan ini akan sesuai dengan prinsip pembangunan yang berkelanjutan (tourism sustainable development). Pendekatan lain dari upaya pengentasan kemiskinan ini juga dilakukan melalui empat jalur strategi (four track strategy). Strategi empat jalur pembangunan ekonomi itumeliputi pembangunan ekonomi yang pro pertumbuhan (pro growth), pro penciptaan lapangan pekerjaan (pro job), pro pengurangan kemiskinan (pro poor), dan pro lingkungan (pro environment). Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi dan wawancara yang ditindaklanjuti dengan FGD (Focus Group Discussion). Kegiatan penelitian ini akan melibatkan berbagai pihak diantaranya pemerintah, swasta (industri), asosiasi, serta masyarakat, nelayan, kelompok petani sehingga bentuk model yang dihasilkan adalah bentuk integrasi yang dapat memberikan multiflier effect (dampak berganda) di lintas sektor dimana pariwisata berperan sebagai leading sector.Berdasarkan hasil penelitian, permasalahan yang terjadi pada pengelolaan kawasan mngrove adalah pengetahuan masyarakat itu sendiri. Sementara itu potensi yang dimiliki meliputi sumber daya alam kawasan mngrove, sungai dan pesisir pantai.Model yang dapat dikembangkan dalam upaya mengembangkan potensi wisata mngrove di daerah Karangsong dapat berupa model kolaborasi yang melibatkan masyarakat, pemerintah dan industri pariwisata.