Syarifudin Syarifudin
Universitas Sunan Giri Surabaya

Published : 2 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

IMPLEMENTASI PRINSIP UNIVERSAL PADA APRESIASI KINERJA PEGAWAI NON-MUSLIM DI BANK SYARIAH INDONESIA Rizky Anugrah Aprianto; Syarifudin Syarifudin
KABILAH : Journal of Social Community Vol. 7 No. 2 (2022): Desember
Publisher : LP2M IAI Nazhatut Thullab Sampang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35127/kbl.v7i2.6298

Abstract

Perbankan syariah di Indonesia telah menunjukkan perkembangan yang cukup pesat salah satunya Bank Syariah Indonesia (BSI) memberikan apresiasi/reward umroh terhadap pegawai non Muslim. Tujuan dari penulisan jurnal ini yaitu untuk mengetahui bagaimana hukum pegawai non Muslim yang menerima apresiasi umroh atau pengganti umroh dengan apresiasi yang setara berdasarkan ritual ibadahnya. Pendekatan penelitian yang digunakan adalah pendekatan kualitatif. Jenis penelitian ini adalah lapangan (field research). Teknik analisis ini menggunakan teknik deskriptif. Hasil penulisan jurnal ini yaitu BSI yang memberikan apresiasi umroh kepada pegawai non Muslim dapat dilakukan karena tidak ada pertentangan kaitan persoalan muamalah dan ibadah dalam Islam, artinya hal ini sangat diperbolehkan. Selain itu apresiasi umroh ini juga tidak berbentuk umroh melainkan berbentuk apresiasi lainnya yaitu ibadah yang serupa sesuai agamanya di Hindu yaitu ritual Tirtayatra. Dengan ini, BSI secara tidak langsung telah menerapkan prinsip universal dari sisi kepegawaian, yang mana biasanya prinsip ini diterapkan kepada nasabah yang beragama non Muslim saja, tetapi juga diterapkan untuk karyawan BSI yang beragama non Muslim. Apresiasi/reward umroh yang diberikan juga menjadi satu hal yang mendukung agar pegawai non-Muslim secara tidak langsung memahami budaya dan ajaran Agama Islam serta diharapkan mendapatkan hidayah dan ridho Allah dengan memeluk Agama Islam (muallaf).
The Synergy of Islam and Local Tradition: A Study of Social Sufism Values Within the Sambelien Tradition in Malangsari, Banyuwangi, Indonesia Ali Mursyid Azisi; Syarifudin Syarifudin; Muhammad Afiq bin Mohd Yazid
Sunan Kalijaga: International Journal of Islamic Civilization Vol 6, No 1 (2023)
Publisher : Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14421/skijic.v6i1.2813

Abstract

This study delves into the synergy of Islam and local culture, particularly the "sambelien" tradition observed by the Malangsari community. This tradition serves as a poignant expression of welcome for Eid al-Fitr, encapsulating profound social Sufism values. Rooted in the community's collective aspiration for forgiveness and joy during this significant Islamic celebration, sambelien yields substantial social benefits. Employing a qualitative approach with a phenomenological orientation, the researcher conducted a thorough investigation, gathering primary and secondary data. The study draws upon Berger & Luckman's social construction theory, encompassing subjective reality, symbolic reality, and objective reality, as well as the processes of externalization, objectification, and internalization. The article aims to unravel the core values embedded within the sambelien tradition through descriptive exploratory analysis. The findings illuminate the tradition as a cherished practice among rural communities in the Malangsari region, where joint prayers in mosques or langgar symbolize communal celebration. The act of seeking forgiveness from Allah SWT, following the fasting period of Ramadan, underscores the spiritual significance of this tradition. The local community acknowledges the presence of Sufism and social values, viewing the tradition as a reflection of maintaining habl min Allah (connection with God) and habl min al-Nass (connection with others). The values inherent in this tradition align with the realms of insaniyah (humanitarian) and Ilahiyah (divine). By shedding light on the intricate interplay between Islam and local customs, particularly within the context of the sambelien tradition, this study enriches our understanding of the cultural tapestry that defines communities in the Malangsari area and beyond.