Nong Hoban
Program Studi Pendidikan Sejarah Universitas Flores

Published : 2 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

Dongo Sa'o Dongo Sa'o : The Matrilineal Marriage System Of The Ngada-Flores Community Fatma Wati; Nong Hoban
Santhet: (Jurnal Sejarah, Pendidikan Dan Humaniora) Vol 5 No 2 (2021): Santhet : Jurnal Sejarah, Pendidikan, dan Humaniora
Publisher : Proram studi pendidikan Sejarah Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universaitas PGRI Banyuwangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (374.368 KB) | DOI: 10.36526/santhet.v5i2.1470

Abstract

Abstract : Researchers have long been interested in studying the culture of the matrilineal marriage system, such as that of the Ngada tribe in the Flores archipelago, NTT. This matrilineal marriage system or Dongo Sa'o places women in a central position as guardians of the inheritance and women are the ones who have the right to decide the management of the inheritance. The husband is considered a good guest in the Sa'o or traditional house inherited from the wife's family and the children born in this marriage will follow the lineage of the mother. This is considered as a custom that has been determined by custom. This article discusses the uniqueness of the matrilineal marriage system that occurs in the Mangulewa village community, West Golewa District, Ngada Regency and the dynamics that arise because of these customary rules. Through an ethnographic approach, interviews and literature studies, it is known that the matrilineal marriage system in the Mangulewa village community is considered as for women because the rights and obligations attached to you guarantee the safety of their lives under any conditions. In the system of social strata that prevails in Ngada society in general, women in the matrilineal marriage system are still regarded as glorified figures. This can be seen from a series of stages of marriage, where at the approach stage will be started by the mother of the prospective groom and at the stage of proposing is also carried out by envoys consisting of women and the rights and obligations of husband and wife in this marriage bond. All stages of marriage must be inaugurated by custom or Zeza and affixed in the liturgical eucharistic ceremony at the Mater Dolorosa Mangulewa Parish Catholic Church. Keywords: Matrilineal Marriage System, Mangulewa
PANCASILA DI TENGAH INDAHNYA KEANEKARAGAMAN Nong Hoban
Sajaratun : Jurnal Sejarah dan Pembelajaran Sejarah Vol 5 No 1 (2020): Volume 5 Nomor 1 Tahun 2020 ( Juni 2020)
Publisher : Program Studi Pendidikan Sejarah Universitas Flores

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37478/sajaratun.v5i1.1360

Abstract

Tujuan dari artikel ilmiah ini adalah untuk mendeskripsikan Pancasila sebagai dasar negara dan pandangan hidup bangsa di tengah indahnya keanekaragaman. Penulisan karya tulis ini menggunakan metode (historical method). Adapun langkah-langkah yang digunakan dalam  penulisan ini adalah sebagai berikut: Pertama, mengumpulkan sumber (heuristik), Kedua  adalah kritik sumber atau verifikasi, langkah Ketiga adalah interpretasi, langkah Keempat  adalah rekonstruksi historiografi (penulisan) sejarah. Hasil Penulisan menunjukkan bahwa Pancasila sebagai dasar negara dan pandangan hidup bangsa. Pancasila sebagai dasar negara Indonesia artinya Pancasila itu dijadikan dasar dalam mengatur penyelenggaraan pemerintahan negara. Pancasila sebagai pandangan hidup berkenaan dengan sikap manusia di dalam memandang diri dan lingkungannya. Sikap manusia ini dibentuk oleh adanya  kekuatan yang bersemayam pada diri manusia, yakni iman, cipta, rasa dan karsa, yang membentuk pandangan hidup perorangan yang kemudian beradaptasi dengan pandangan hidup perorangan lainnya menjadi pandangan hidup kelompok. Hubungan antara kehidupan kelompok yang satu dengan kelompok lainnya melahirkan suatu pandangan hidup bangsa. Praksis budaya yang beranekaragam yang tersebar di seluruh pelosok nusantara.  Keberagaman budaya Indonesia menjadi ciri yang melandasi terbentuknya negara kesatuan Indonesia. Indonesia terdiri dari lima agama besar yaitu Islam, Hindu, Budha, Katolik,  Kongfutzu dan aliran kepercayaan serta adat istiadat yang berbeda-beda antara satu pulau dengan pulau yang lain. Pembauran dalam keberbedaan baik agama, suku, ras, bahasa, adat istiadat saling berinteraksi. Dalam perjalanan sejarah bangsa budaya asli dan filsafat Hindu, Budha, Islam, Kristen berkolaborasi dan kristalisasi tumbulah peradaban luhur bangsa yang walaupun beranekaragam suku bangsa, adat istiadat dan agama tetapi satu. Satu dalam cara pandang melihat keberbedaan maka tumbulah semangat solidaitas dan rasa kesetiakawan karena cita-cita dan tujuan bersama yang memancarkan sinar sakti persatuan dalam panji ideologi Pancasila.