Hawa, Andina Meutia
Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Andalas

Published : 8 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 1 Documents
Search
Journal : Puitika

Diskursus Pemberdayaan Perempuan Pasca Pandemi Covid-19 Dalam Majalah Femina Edisi April-Juli Tahun 2022 Andina Meutia Hawa; Ahmad Muhajir
Puitika Vol 18, No 2 (2022)
Publisher : Universitas Andalas

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25077/puitika.v18i2.179

Abstract

Artikel ini bertujuan untuk meninjau diskursus pemberdayaan perempuan pasca pandemi Covid-19 dalam Majalah Femina Edisi April-Juli 2022. Fokus penelitian ini adalah bagaimana headline di dalam Majalah Femina membangun diskursus pemberdayaan perempuan dilihat dari wacana-wacana yang dibahas. Penulis menggunakan metode analitis deskriptif dan pendekatan analisis wacana kritis Sara Mills terhadap artikel yang berjudul “Memecah Langit Kaca Bernama Bias Gender”. Penelitian ini berangkat dari permasalahan yang dihadapi perempuan dalam kehidupan sehari-hari, seperti ketidakadilan gender, kekerasan seksual, dan juga keterbatasan perempuan dalam mengakses layanan kesehatan seksual dan reproduksi akibat dari pelanggengan patriarki. Analisis wacana Sara Mills digunakan untuk mengungkapkan bagaimana majalah berperan sebagai agen ideologi yang membawa pesan melalui simbol. Simbol tersebut dieksplorasi melalui teks mengenai feminisme serta diskursus pemberdayaan perempuan.  Hasil penelitian memperlihatkan bahwa majalah Femina berperan sebagai representasi yang berpihak pada keadilan gender. Pesan feminisme disampaikan melalui teks yang mengusung penyadaran kepada perempuan sebagai kelompok subordinat akan pentingnya memiliki kesadaran gender. Narasi keadilan gender dan pemberdayaan perempuan disampaikan melalui penggambaran kasus ketidakadilan gender dalam ranah privat dan publik seperti pada layanan kesehatan, reproduksi, hingga akses terhadap pekerjaan. Upaya yang ditawarkan oleh majalah Femina adalah peningkatan kesadaran akan keadilan gender dimulai dari ranah keluarga sebagai agen sosialisasi primer, kelompok bermain, hingga ranah publik seperti sekolah dan lingkungan pekerjaan.