Claim Missing Document
Check
Articles

Found 12 Documents
Search

Teknologi Tepat Guna Membangun Kecintaan dan Kebanggaan Pada Kearifan Lokal Bahasa Sunda Purnomowulan, N. Rinaju; CMS, Samson; Machdalena, Susi; Dewi, Evi Rosyani; Endrawan, Anggy
PANGGUNG Vol 27, No 1 (2017): Pergeseran Dimensi Estetik dalam Teknik, Pragmatik, Filsafat, dan Imagi
Publisher : LP2M ISBI Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26742/panggung.v27i1.234

Abstract

ABSTRAKSebagai salah satu dari tujuh unsur budaya versi Koentjaraningrat bahasa merupakan unsur yang melekat pada diri setiap warga masyarakat dan menjadi salah satu pencirikelompoknya. Bahasa Sunda seyogyanya tampil dalam keseharian masyarakat Sunda, khususnya dalam pendidikan nonformal dan informal. Dengan demikian kearifan lokal tersebut akan terlindungi dari ancaman „pemarjinalan“.Penelitian yang dilakukan di kecamatan Pangalengan, Banjaran danCicalengka di kabupaten Bandungmembuahkan hasil yang cukup mengejutkan. Babasan, paribasa dan aksara Sunda (baca: Kaganga) nyaris tidak dikenal di kalangan masyarakatnya. Meskipun bahasa Sunda digunakan sebagai sarana komunikasi, namun nilai-nilai budaya yang terkandung di dalamnya tidak tereksplor dengan baik. Melalui teknologi tepat guna berupa kartu „Opat Kalima Pancer“ dan fesyen populer bernuansa kearifan lokal diharapkan kecintaan dan kebanggan warga terhadap nilai-nilai budaya Sunda berbasis bahasa dapat ditumbuhkan.Kata kunci: unsur budaya, penciri kelompok, nyaris hilang, teknologi tepat guna, kecintaan ABSTRACTAs one of seven cultures that according to Koentjaraningrat, language is an element which is inherent for every member of society. It also becomes one of the group identifier. Sundanese should appear in everyday life of Sundanese people, especially in non-formal and informal education. Therefore, the local knowledge will be protected from the threat of “marginality“.The research that located in the dictrict of Pangalengan, Banjaran, and Cicalengka, in Bandung regency obtained results that were quite startling. Babasan, paribasa and Sundanese script (read: Kaganga) are barely known among the people. Although Sundanese used as means of communication, but cultural values that contain in them does not discover properly. Through appropiate technology in the form of kartu opat kalima pancer and popular fashion that nuanced local knowledge are expected people’s devotion and pride towards Sundanese cultural values in the basis of language can be grown.Keywords: cultural element, group identifier, narrowly missing, appropiate technology, devotion
PEMBENTUKAN IDENTITAS BARU TOKOH IMIGRAN DALAM EMPAT CERPEN KARYA DUA PENGARANG BERLATAR BELAKANG IMIGRAN WLADIMIR KAMINER DAN DILEK GüNGӧR Hawa, Andina Meutia; Rahayu, Lina Meilinawati; Purnomowulan, N. Rinaju
ATAVISME Vol 20, No 2 (2017): ATAVISME
Publisher : Balai Bahasa Jawa Timur

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1508.345 KB) | DOI: 10.24257/atavisme.v20i2.404.155-167

Abstract

This research aims to reveal the depiction of formation of the new identity of immigrant characters in four short stories written by two immigrant authors in contemporary German literature, Wladimir Kaminer and Dilek Güng?r. This study discusses how the immigrant characters build their new identities and their self-subjectivities in four short stories, namely ?Schlechte Vorbilder?, ?Deutsch-russisch Kulturjahr?,  "Geld oder Leben? and ?Blondes Barbie?. This study applies Hall?s (1990) identity theory and Bhabha?s (1994) hybridity theory. This study uses the qualitative approach with the descriptive-analytics method. The result of this study argues that the identity formation of immigrant characters is performed by imitating other cultures and presenting the past memory of the immigrant characters in their present lives as an effort to liberate the immigrant characters from their otherness and to build their self-subjectivities. In addition, the depiction of formation of the immigrant characters? new identities also shows that identity is a fluid concept, and a means of rejection of the two immigrant authors towards the essentialism concept of identity.
Semiotic Analysis of Beauty According to Roland's Barthes Theory in Relation to Indonesian and German Culture Indira, Dian; Susilo, Catharina Dian Ikawati; Purnomowulan, N. R.
Nusantara Science and Technology Proceedings Internationale Konferenz des Indonesischen Germanistenverbandes (iKoniG)
Publisher : Future Science

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.11594/nstp.2022.1902

Abstract

A beauty has long been an interesting and important topic for women around the world. The concept of beauty cannot be generalized to all women in all parts of the world. Beauty for one community group is different from beauty for the other community groups because beauty is closely related to culture. In the era of globalization, which is characterized by the ease of obtaining various information, the opportunity to learn about the beauty concepts of different countries is as wide open as possible. For this purpose, cosmetic advertisements in the mass media play an important role. However, there are signs in the advertisement that reflect cultural elements, which can be studied semiotically. This study uses a descriptive qualitative method. This paper is a semiotic study that aims to present the meaning of beauty myths for Indonesian and German women, which are first examined through denotative and connotative meanings. The theory used is the semiotic theory of Roland Barthes. To see the difference in beautiful concepts from two different cultures, the data of Nivea skin care ads with Indonesian and German version are taken. In the results, there are differences of Indonesian and German beauty concept closely related to culture. The message of the beautiful Indonesian version shows that the woman is attractive and has a white skin, while the German version shows that the attractive level and skin color are not a priority, but women with the healthy skin.
PEMBENTUKAN IDENTITAS HIBRID TOKOH IMIGRAN DALAM ROMAN LANDNAHME KARYA CHRISTOPH HEIN Wedar Pahala Lingga; N. Rinaju Purnomowulan; Muhamad Adji
Metahumaniora Vol 9, No 2 (2019): METAHUMANIORA, SEPTEMBER 2019
Publisher : Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/metahumaniora.v9i2.22674

Abstract

Artikel ini berjudul “Pembentukan Identitas Hibrid Tokoh Imigran dalam Roman Landnahme Karya Christoph Hein”. Artikel ini bertujuan untuk mengemukakan pembentukan identitas hibrid tokoh imigran dalam Roman Landnahme Karya Christoph Hein. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif dan deskriptif. Penenlitian ini menggunakan teori hibriditas Bhabha (1994) dan integrasi imigran Heckmann (2015). Hasil dari penelitian ini adalah (1) tokoh mengalami pe-liyan-an karena ia seorang imigran, (2) adaptasi tokoh dengan budaya Jerman yakni melalui pengaitan diri dengan masa lalu dan peniruan budaya lain, dan  (3) identitas hibrid yang dimanifestasikan tokoh yakni menggunakan dialek campuran dalam berkomunikasi. Penelitian ini membuktikan bahwa identitas adalah konsep yang cair.
RESISTENSI DAN NEGOSIASI PERAN PEREMPUAN DALAM ROMAN MEDEA. STIMMEN KARYA CHRISTA WOLF Asih Gunawiayu; N. Rinaju Purnomowulan; Sri RIjati Wardiani
Metahumaniora Vol 9, No 2 (2019): METAHUMANIORA, SEPTEMBER 2019
Publisher : Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/metahumaniora.v9i2.22673

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengungkap resistensi dan negosiasi peran perempuan dalam Roman Medea. Stimmen karya Christa Wolf. Permasalahan yang dibahas adalah sikap dan tindakan Medea yang ditunjukkan dalam meresistensi dan menegosiasi peran perempuan pada Roman Medea. Stimmen. Dalam penelitian ini digunakan teori naratologi dari Bal (2009), dan konsep peran perempuan dalam masyarakat patriarkal yang dikemukakan oleh Figes (1986) dan Greer (1999). Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sikap dan tindakan Medea yang meresistensi dan menegosiasi peran perempuan merupakan mekanisme yang dilakukan agar ia dapat bertahan dalam masyarakat patriarkal, sekaligus tetap memiliki otoritas terhadap dirinya.
KIAT-KIAT HIDUP SEHAT DAN BELAJAR DENGAN SENANG DAN SEMANGAT DI MASA PANDEMI COVID 19 BAGI SISWA SD DAN SMP N.R. Purnomowulan; Dian Indira
Dharmakarya Vol 10, No 3 (2021): September, 2021
Publisher : Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/dharmakarya.v10i3.32574

Abstract

Sejak virus Corona melanda hampir seluruh negara di dunia pemerintah melakukan mengeluarkan peraturan-peraturan untuk mengubah kegiatan pembelajaran menuju sistem pembelajaran jarak jauh (PJJ). Pada dasarnya semua masyarakat Indonesia memahami betul bahwa kesehatan merupakan prioritas utama tetapi pada kenyataannya, dengan model PJJ ini muncul kendala-kendala, baik dari siswa, orang tua siswa, maupun guru. Melalui kegiatan pengabdian kepada masyarakat dengan tema belajar dengan perasaan senang dan penuh semangat dengan tetap hidup sehat di masa pandemi Covid-19. Masyarakat sasaran adalah siswa sekolah dasar dan sekolah menengah. Artikel ini bertujuan untuk memaparkan alternatif-alternatif yang dapat dilakukan dalam proses belajar mengajar (PBM) agar para siswa tidak merasa tertekan dan bosan. Metode yang dilakukan metode pendidikan masyarakat dengan memberikan penyuluhan dan juga pelatihan kepada para siswa sebagai mitra. Aktivitas yang dilakukan bersama mitra dilakukan secara onlein atau blended. Hasil yang diperoleh mitra sangat antusias mengikuti seluruh kegiatan. Hal yang perlu diperhatikan dalam PJJ bahwa tumbuh kembang peserta didik dan kondisi psikolosial perlu di pertimbangankan. Olah raga ringan dan games edukatif sangat efektif dalam menghilangkan rasa kelelahan dan kejenuhun para siswa,
Otaku Subculture Character in Japanese Poetry Anthology Otaku Senryu Indah Fitriani; Lina Meilinawati; N. Rinaju Purnomowulan
Humaniora Vol 28, No 2 (2016)
Publisher : Faculty of Cultural Sciences, Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (374.025 KB) | DOI: 10.22146/jh.16400

Abstract

This paper focuses on one the subcultures existing in Japan, known as otaku. Subculture is a forum for youth community media and technology enthusiasts, like manga (Japanese comics), anime (Japanese cartoons), video games, computers, and the Internet. In the process, otaku who initially labeled negatively has contributed significantly to Japan as the most advanced industrialized country in Asia, not only in the field of culture, but also in the fields of science and economics. Using data from Japanese poem anthology (senryu) in Otaku Senryu(OS), this paper focuses on 1) distinctiveness of otaku character and; 2) factors supporting construction of otaku’s character. The method applies Riffaterre’s semiotic approach. The result obtained is that the otaku distinctiveness lies in their tendency to not be able to escape media and technology. Media and technology have transformed them into a difficult person in interacting and communicating directly with others as they have become introverted, obsessive, and also consumptive.
IMPLEMENTASI KEARIFAN LOKAL DALAM TEKS BAHAN AJAR UNTUK PEMBELAJARAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA UNTUK PENUTUR ASING N Rinaju Purnomowulan; Upik Rafida; Ida Farida Sachmadi
FKIP e-PROCEEDING 2017: SEMINAR NASIONAL #3: BAHASA DAN SASTRA INDONESIA DALAM KONTEKS GLOBAL
Publisher : Pendidikan Fisika FKIP UNEJ

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Pembelajaran bahasa dan sastra untuk penutur asing pada dasarnya merupakan pergumulan antara budaya asing dan budaya sendiri. Target capaian kompetensi dalam kegiatan belajar mengajar seharusnya mampu memotivasi pembelajar untuk mengembangkan kreativitasnya dalam berkomunikasi dengan masyarakat dari ruang budaya bahasa yang dipelajarinya. Pada kenyataannya, alih-alih berhadapan dengan nilai-nilai yang terkandung di balik ungkapan bahasa, orang justru kerap terjebak pada pembelajaran aspek formal bahasa. Akibatnya, suasana belajar menjadi kurang menyenangkan dan kebutuhan pembelajar pun tidak terakomodir dengan baik. Padahal kehidupan di „desa global“ pada masa kini menuntut masyarakat untuk lebih terbuka dan toleran satu sama lain. Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah tersebut adalah dengan melakukan perubahan pada proses belajar mengajar. Melalui penggunaan bahan ajar yang mengandung kearifan lokal dan metode pembelajaran berorientasi tindakan dalam kegiatan belajar mengajar diharapkan dialog antarbudaya akan terbangun. Hal itulah yang dapat menstimulasi pembelajar untuk berkonfrontasi secara kritis dengan budaya asing dan dirinya sendiri. Dan pada akhirnya mereka akan mampu melihat dan merasakan bahwa di antara budaya asing dan budayanya sendiri terdapat kesamaan atau kemiripan.Kata Kunci: pergumulan budaya, nilai-nilai budaya, bahan ajar, dialog antarbudaya
IMPLEMENTASI KEARIFAN LOKAL DALAM TEKS BAHAN AJAR UNTUK PEMBELAJARAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA UNTUK PENUTUR ASING N. Rinaju Purnomowulan; Upik Rafida; Ida Farida Sachmadi
FKIP e-PROCEEDING 2017: PROSIDING SEMINAR NASIONAL #3: BAHASA DAN SASTRA INDONESIA DALAM KONTEKS GLOBAL
Publisher : Pendidikan Fisika FKIP UNEJ

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Abstrak: Pembelajaran bahasa dan sastra untuk penutur asing pada dasarnya merupakan pergumulan antara budaya asing dan budaya sendiri. Target capaian kompetensi dalam kegiatan belajar mengajar seharusnya mampu memotivasi pembelajar untuk mengembangkan kreativitasnya dalam berkomunikasi dengan masyarakat dari ruang budaya bahasa yang dipelajarinya. Pada kenyataannya, alih-alih berhadapan dengan nilai-nilai yang terkandung di balik ungkapan bahasa, orang justru kerap terjebak pada pembelajaran aspek formal bahasa. Akibatnya, suasana belajar menjadi kurang menyenangkan dan kebutuhan pembelajar pun tidak terakomodir dengan baik. Padahal kehidupan di „desa global“ pada masa kini menuntut masyarakat untuk lebih terbuka dan toleran satu sama lain. Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah tersebut adalah dengan melakukan perubahan pada proses belajar mengajar. Melalui penggunaan bahan ajar yang mengandung kearifan lokal dan metode pembelajaran berorientasi tindakan dalam kegiatan belajar mengajar diharapkan dialog antarbudaya akan terbangun. Hal itulah yang dapat menstimulasi pembelajar untuk berkonfrontasi secara kritis dengan budaya asing dan dirinya sendiri. Dan pada akhirnya mereka akan mampu melihat dan merasakan bahwa di antara budaya asing dan budayanya sendiri terdapat kesamaan atau kemiripan. Kata-kata Kunci: pergumulan budaya, nilai-nilai budaya, bahan ajar, dialog antarbudaya
Teknologi Tepat Guna Membangun Kecintaan dan Kebanggaan Pada Kearifan Lokal Bahasa Sunda N. Rinaju Purnomowulan; Samson CMS; Susi Machdalena; Evi Rosyani Dewi; Anggy Endrawan
PANGGUNG Vol 27, No 1 (2017): Pergeseran Dimensi Estetik dalam Teknik, Pragmatik, Filsafat, dan Imagi
Publisher : LP2M ISBI Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (172.227 KB) | DOI: 10.26742/panggung.v27i1.234

Abstract

ABSTRAKSebagai salah satu dari tujuh unsur budaya versi Koentjaraningrat bahasa merupakan unsur yang melekat pada diri setiap warga masyarakat dan menjadi salah satu pencirikelompoknya. Bahasa Sunda seyogyanya tampil dalam keseharian masyarakat Sunda, khususnya dalam pendidikan nonformal dan informal. Dengan demikian kearifan lokal tersebut akan terlindungi dari ancaman „pemarjinalan“.Penelitian yang dilakukan di kecamatan Pangalengan, Banjaran danCicalengka di kabupaten Bandungmembuahkan hasil yang cukup mengejutkan. Babasan, paribasa dan aksara Sunda (baca: Kaganga) nyaris tidak dikenal di kalangan masyarakatnya. Meskipun bahasa Sunda digunakan sebagai sarana komunikasi, namun nilai-nilai budaya yang terkandung di dalamnya tidak tereksplor dengan baik. Melalui teknologi tepat guna berupa kartu „Opat Kalima Pancer“ dan fesyen populer bernuansa kearifan lokal diharapkan kecintaan dan kebanggan warga terhadap nilai-nilai budaya Sunda berbasis bahasa dapat ditumbuhkan.Kata kunci: unsur budaya, penciri kelompok, nyaris hilang, teknologi tepat guna, kecintaan ABSTRACTAs one of seven cultures that according to Koentjaraningrat, language is an element which is inherent for every member of society. It also becomes one of the group identifier. Sundanese should appear in everyday life of Sundanese people, especially in non-formal and informal education. Therefore, the local knowledge will be protected from the threat of “marginality“.The research that located in the dictrict of Pangalengan, Banjaran, and Cicalengka, in Bandung regency obtained results that were quite startling. Babasan, paribasa and Sundanese script (read: Kaganga) are barely known among the people. Although Sundanese used as means of communication, but cultural values that contain in them does not discover properly. Through appropiate technology in the form of kartu opat kalima pancer and popular fashion that nuanced local knowledge are expected people’s devotion and pride towards Sundanese cultural values in the basis of language can be grown.Keywords: cultural element, group identifier, narrowly missing, appropiate technology, devotion