Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

Peranan Filosofi Wayang Kulitan Merupakan Media Komunikasi Pendidikan Moral Generasi Muda Sejak Dini I. Ketut Sudiana; Made Ida Mulyati
Jurnal Pendidikan dan Konseling (JPDK) Vol. 4 No. 6 (2022): Jurnal Pendidikan dan Konseling: Special Issue (General)
Publisher : Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31004/jpdk.v4i6.9909

Abstract

Sukses suatu bangsa dapat dilihat dari moral yang baik dalam mendidik anak sejak dini. Jika generasinya memiliki moral yang baik maka kondisi bangsa tersebut akan menjadi baik. Sebaliknya, jika moral generasinya rusak, maka rusaklah bangsa tersebut. Karena di tangan generasi mudalah kunci perbaikan suatu bangsa. Pada era sekarang di seluruh dunia kini sedang dikaji perlunya pendidikan moral atau pendidikan budi pekerti dibangkitkan kembali. Hal tersebut dikaji kembali oleh seluruh bangsa karena pada era sekarang ini keterkikisan moral bukan hanya dirasakan oleh bangsa Indonesia saja tetapi juga dirasakan oleh bangsa lain di seluruh dunia. Karakter budaya kuat bangsa Indonesia adalah pengamalan dan sikap berpegang teguh atas nilai-nilai religiusitas dan moral dalam dimensi kehidupan. Pendidikan moral di masyarakat akan lebih bervariasi salah satunya melalui budaya pagelaran wayang kulit. Untuk pelajaran moral non formal sebaiknya diberikan sejak dini terhadap generasi muda. Khususnya di Bali pelajaran moral sejak usia dini yang bersifat non formal bisa diperoleh dari pagelaran wayang kulit. Seperti salah satu contoh wayang kulitan Mahabharata ada tiga yang terkandung antara lain nilai moral terhadap diri sendiri, nilai moral terhadap sesama, dan nilai moral terhadap alam semesta. Disamping cerita dalam pewayang kulitan, tokoh dalam pewayang kulitan juga memberi pelajaran agar manusia berbuat baik seperti sifat-sifat dari karakter tokoh tersebut. Seperti di dalam cerita Mahabharata Yudistira memiliki karakter sabar dan jujur, Arjuna cerdas dan pemberani, sedangkan Bima memiliki karakter teguh dan tegas, Sedangkan Kresna memiliki karakter bijaksana, cerdas, dan cerdik dalam bersiasat. Didalam cerita pewayangan tokoh memiliki karakter moral yang baik pada akhirnya akan menang dalam segala hal. Untuk itu moral dari tokoh yang baik dapat menjadi panutan bagi generasi muda untuk memiliki moral yang baik untuk salah satunya meraih sukses dalam kehidupan ini dan menang dalam segala masalah dengan bermodal moral yang baik. Namun yang harus ditumbuhkan kepada generasi muda bagaimana mereka tetap menyayangi tontonan pagelaran wayang kulit sebagai hiburan sekaligus membina moral mereka. Mengingat kecenderungan tersebut maka untuk menyelamatkan moral generasi muda tugas dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan untuk menumbuhkan budaya menonton kesenian wayang kulit sehingga generasi muda mengerti makna cerita pewayang kulitan dan karakter tokoh wayang bermoral baik yang dapat dijadikan panutan bagi generasi muda untuk membentuk moral mereka lebih baik. Disamping itu untuk menambah minat menonton wayang kulit bagi generasi muda, pihak dalang sebaiknya menyisipkan dialog-dialog yang lucu untuk membuat suasana nyaman bagi penonton.
Kreativitas Tata Cahaya Moderen Dalam Pertunjukan Wayang Kulit Bali Masa Kini I Ketut Sudiana
Jurnal Syntax Fusion Vol 2 No 12 (2022): Jurnal Syntax Fusion: Jurnal Nasional Indonesia
Publisher : Rifa' Institute

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.54543/fusion.v2i12.227

Abstract

The problem of puppet show lighting in the puppet show is a very important element to be carefully considered as it is a medium in projecting shadow puppets on the screen.Because lighting is very influential ( the result of the projected shadow) that project the identity of Balinese leather puppet figures, which contain aesthetic and symbolic values. In principle, the use of lighting in puppet shows should be able to produce a high carrying capacity, not merely the modern practicality but it also able to illuminate according to the form of puppets in a surreal form.It also supports the expected dramatic atmosphere, such as scenery or background depiction,in order to anticipate the shift in the thoughts of contemporary puppet viewers who tend to be realists. In line with the objective of this research which is to produce the anatomical shape of Balinese Wayang Kulit with an ideal proportions of electric lighting. It also aims to produce a scenery that is in accordance to the style of Balinese Wayang Kulit which is not realistic. The method used is the Practice-based Research method , a creating and studying works of art based method. This practice-can produce the ideal shape and anatomy of wayang and the harmony between scenery and wayang.
Lukisan Wayang Kamasan Sebagai Salah Satu Elemen Dekorasi Interior untuk Memberi Nuansa Bali yang Unik Made Ida Mulyati; I Ketut Sudiana
Journal on Education Vol 5 No 1 (2022): Journal on Education: Volume 5 Nomor 1 Tahun 2022
Publisher : Departement of Mathematics Education

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31004/joe.v5i1.686

Abstract

Decoration elements are the most calculated elements in interior design to provide aesthetic value to a space. While the reality is that there are still many interior interior designers who have not been able to choose and quarter the right decoration elements based on the concept of space and the function of space. For this reason, it is necessary to study the decoration elements in interior design in accordance with the concept, function, and character of the desired space. Kamasan puppet painting is one of the traditional arts that has a strong and unique philosophy. The Kamasan puppet painting that symbolizes Dewi Semara Ratih pelambang beauty of true love is very suitable to be implemented in the interior of the master bedroom. Kamasan's puppet painting that tells the story of Prabu Kresna as Arjuna's coachman, during the Kurusetra Mahabharat war, is very suitable to be implemented in the interiors of schools, campuses, offices, libraries, and study rooms in residential buildings. Kamasan Dewi Saraswati's puppet painting is very suitable to be implemented in the interior of schools, campuses, offices, libraries and spaces used for work that are related to education. It is recommended for interior designers to make Kamasan puppet painting as an alternative as an element of decoration in the designed interior. In addition to giving a unique feel to the interior that is designed, it is also able to serve as a stakeholder to preserve traditional Balinese art.