Siti Latifah
Fakultas Kehutanan Universitas Tanjungpura

Published : 2 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

ANALISIS PERUBAHAN PENUTUPAN LAHAN DI KECAMATAN SANDAI KABUPATEN KETAPANG TAHUN 2013, 2017 DAN 2021 Syahmidun Syahmidun; Joko Nugroho Riyono; Siti Latifah; Siti Puji Lestariningsih
JURNAL HUTAN LESTARI Vol 10, No 4 (2022): JURNAL HUTAN LESTARI
Publisher : Universitas Tanjungpura

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26418/jhl.v10i4.55329

Abstract

Sandai District is one of the subdistricts in Ketapang Regency which is mostly steep marbled. Forests in the subdistrict act as conservation and water catchment. Population increases and increased land needs result in reduced forest area. The purpose of this study is to get information about changes in land closures in Sandai District in 2013, 2017, and 2021. The study used remote sensing techniques with unsupervised classification methods, visual interpretation of Landsat 8 OLI and TIRS imagery and airy surveys. An accuracy test worth 93.4% showing a map of the results of the land closure classification can be used. There are 10 land closures in Sandai Subdistrict, namely primary dry land forest, secondary dry land forest, water body, open land, plantations, mining in the form of the highest addition occurred in the closure of plantation land with a percentage of 49.09% or 6287.30 hectare. In contrast to the period 2017-2021, the highest land closure changes in percentage and area, namely occurred in the mining land closure class, with a percentage of 606.79% or an area of 1275.47 hectare and reductions occurred in secondary dry land forests which decreased by 24.34% or an area of 15,324,97 Keywords: land cover change, landsat imagery, Sandai DistrictAbstrakKecamatan Sandai merupakan salah satu kecamatan di Kabupaten Ketapang yang sebagian besar wilayahnya berlereng curam. Hutan di kecamatan tersebut berperan sebagai daerah konservasi dan resapan air. Pertambahan penduduk dan peningkatan kebutuhan lahan mengakibatkan luas hutan semakin berkurang. Tujuan penelitian ini untuk mendapatkan informasi tentang perubahan luasan penutupan lahan di Kecamatan Sandai tahun 2013, 2017 dan 2021. Penelitian ini menggunakan teknik penginderaan jauh dengan metode klasifikasi interpretasi visual Citra Landsat 8 OLI dan TIRS. Uji akurasi bernilai 93,4% menunjukan peta hasil klasifikasi penutupan lahan dapat digunakan. Terdapat 10 penutupan lahan di Kecamatan Sandai yaitu hutan lahan kering primer, hutan lahan kering sekunder, tubuh air, tanah terbuka, perkebunan, pertambangan, permukiman transmigrasi, permukiman, semak belukar dan pertanian lahan kering campur. Perubahan penutupan lahan periode tahun 2013-2017 paling tinggi terjadi pada hutan lahan kering primer dengan pengurangan seluas 81,33% (8520,01 ha). Penambahan tertinggi terjadi pada penutupan lahan perkebunan dengan persentase sebesar 49,09% (6287,30 ha). Periode tahun 2017-2021, perubahan penutupan lahan tertinggi terjadi pada penutupan lahan pertambangan, dengan persentase sebesar 606,79% atau seluas 1275,17 ha dan pengurangan terjadi pada hutan lahan kering sekunder yang berkurang sebesar 24,34% atau seluas 15.324,97 ha.Kata kunci: perubahan penutupan lahan, citra landsat, Kecamatan Sandai
PEMODELAN SPASIAL KESESUAIAN HABITAT BURUNG ENGGANG GADING (Rhinoplax vigil) DI KAWASAN CAGAR ALAM GUNUNG NYIUT KABUPATEN BENGKAYANG Hendra Budaya Hadikusuma; Siti Latifah; Erianto Erianto
Tengkawang : Jurnal Ilmu Kehutanan Vol 13, No 1 (2023): Tengkawang : Jurnal Ilmu Kehutanan
Publisher : Universitas Tanjungpura

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26418/jt.v13i1.43042

Abstract

Helmeted Hornbills bird (Rhinoplax Vigil) are increasingly threatened by illegal hunting, trade activities, and deforestation. Rhinoplax Vigil is listed in Appendix I of CITES (endangered and prohibited to be traded), and protected according to Law No. 5 of 1990 concerning Conservation of Biological Resources and their Ecosystems, and PP No. 7 of 1999 concerning Preservation of Plant and Animal Types. We have been protecting its existence or to perform conservation of Helmeted Hornbills is to make spatial modeling habitat suitability of Helmeted Hornbills. Spatial modeling is an activity which makes a spatial model of a phenomenon, spatial modeling can be done using a Geographic Information System (GIS). This study aims to create a spatial model of an Rhinoplax Vigil habitat suitability map in the Nyiut Mountain Nature Reserve area of Bengkayang Regency, West Kalimantan Province. Spatial modeling using ArcMap 10.5 software. The result of interpolation between Rhinoplax Vigil  to height, slope, NDVI, distance from the river, road and settlement shows the level of agreement needed by the Rhinoplax Vigil  , including the dominance of the meeting point on the altitude at an altitude of 500 m above sea level, while the slope shows a slope of 15-25%, NDVI shows a value of 0,3 – 0,4 in a fairly tight vegetation condition, the distance from the river is generally found in the range of 0 - 2 Km. the distance from the road and settlements is precisely the Rhinoplax Vigil  away which is dominant at a distance of 6 - 8 Km. PCA (Principal Component Analysis) analysis results explain that by using two main components can explain the variant as much as 70,676%, the weight of each variable has a value of Y = (2,940 x Fk Settlement) + (2,940 x Fk Road) + (1,300 x Fk Rivers) + (2,940 x Fk Elevation) + (1,300 x FkSlope) + (1,300 x FkNDVI). Validation value of the high suitability has an area of 13,975 hectares with a validation percentage of 87%, for the medium level of suitability has an area of 15,051 hectares with a validation percentage of 10%, while for low suitability shows in an area of 10,391 hectares with validation of 3%. Keywords: GIS, Helmeted Hornbill, Habitat, Spatial Modeling                            AbstrakBurung Enggang (Hornbills helmeted) semakin terancam oleh kegiatan berburu liar,  perdagangan ilegal, dan deforestasi . Burung Rangkong termasuk dalam Lampiran I CITES (terancam punah dan dilarang diperdagangkan), dan dilindungi sesuai dengan UU No. 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumberdaya Hayati dan Ekosistemnya, dan PP No. 7 tahun 1999 tentang pelestarian jenis tumbuhan dan hewan. Salah satu cara untuk melindungi keberadaan atau melakukan konservasi burung Enggang Gading adalah membuat pemodelan spatial kesesuaian habitat burung Enggang Gading.  Pemodelan spasial adalah kegiatan yang membuat model spasial suatu fenomena, pemodelan spasial dapat dilakukan dengan menggunakan Geographic Information System (GIS). Penelitian ini bertujuan membuat pemodelan spasial peta kesesuaian habitat burung Enggang Gading di wilayah Cagar Alam Gunung Nyiut, Kabupaten Bengkayang, Provinsi Kalimantan Barat. Pemodelan spasial menggunakan perangkat lunak ArcMap 10,5. Hasil interpolasi antara data kelas ketinggian (dpal), kelas kemiringan lereng, nilai indeks vegetasi (NDVI), kelas jarak lokasi dari sungai, kelas jarak lokasi dari jalan dan kelas jarak lokasi dari permukiman. Burung Enggang Gading memerlukan habitat dengan ketinggian  500 m di atas permukaan laut, pada kemiringan 15-25%, NDVI menunjukkan nilai 0, 3 – 0, 4 dalam kondisi vegetasi yang cukup rapat , jarak dari Sungai umumnya ditemukan di kisaran 0-2 km jarak dari jalan dan permukiman jarak dari lokasi habitat adalah 6-8 km.Hasil analisis PCA (Principal komponen Analysis) menjelaskan bahwa dengan menggunakan dua komponen utama mempunyai keragaman kumulatifmya 70.676%, bobot setiap variabel memiliki nilai Y = (2.940 x FK Settlement) + (2.940 x FK jalan) + (1.300 x FK sungai) + (2.940 x FK elevasi) + (1.300 x FkSlope) + (1.300 x FkNDVI).Berdasarkan nilai validasi, nilai kesesuaian yang tinggi seluas 13.975 hektar dengan persentase validasi 87%, untuk tingkat menengah kesesuaian luas 15.051 hektar dengan persentase validasi 10%, sedangkan untuk kesesuaian rendah  luas wilayah 10.391 hektar dengan validasi 3%. Kata kunci : SIG, Burung Enggang Gading, habitat, Pemodelan spatial