Jamaluddin Jamaluddin
Institut PTIQ Jakarta

Published : 1 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 1 Documents
Search

PENGUATAN MODERASI BERAGAMA PADA EKSTRAKURIKULER ROHANI ISLAM (ROHIS) DI SMAN 6 DEPOK Jamaluddin Jamaluddin; Syamsul Bahri Tanrere; Akhmad Shunhaji
Andragogi: Jurnal Pendidikan Islam dan Manajemen Pendidikan Islam Vol 4, No 03 (2022): Andragogi: Jurnal Pendidikan Islam dan Manajemen Pendidikan Islam
Publisher : Institut PTIQ Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36671/andragogi.v4i03.334

Abstract

Penelitian ini membahas tentang bagaimana strategi penguatan moderasi beragama di SMAN 6 Depok, bagaimana perilaku dan pemahaman siswa khususnya para aktivis ekstrakurikuler rohis terhadap moderasi beragama di SMAN 6 Depok. Metode yang digunakan adalah kualitatif dengan pendekatan studi kasus (case study) menggunakan  fenomenologi, memusatkan perhatian pada satu objek yaitu moderasi beragama sebagai sebuah kasus untuk dikaji secara mendalam sehingga mampu membongkar realitas di balik fenomena tersebut. Upaya pencegahan paham ekstremisme terutama yang mengarah pada radikalisme menurut perspektif al-Qur’an dan tinjauan para ahli dengan pendekatan persuasi dan preventif, sehingga mampu mencegah dan meredam gejolak paham ekstremisme. Strategi penguatan nilai-nilai moderasi beragama yang didesain kepala sekolah dan guru PAI sebagai pembina ekstrakurikuler rohani Islam (rohis) dalam pembelajaran dan pengembangan PAI, pembinaan rutin dari kepala sekolah merupakan sebuah upaya sekolah mampu menyadarkan peserta didik akan keberagaman sebagai sebuah kehendak Tuhan yang tidak dapat dinafikan. Kehidupan beragama di SMAN 6 Depok memperlihatkan keberagamaaan yang moderat dan menerima keberagaman. Meskipun terkadang masih diwarnai pernak pernik fanatisme dari peserta didik dalam mengamalkan ajaran agama dan kehidupan beragama, namun pada proses pengimplementasiannya pengawasan dan pemahaman ajaran agama baik secara tekstual dan kontekstual dari guru agama masih menunjukkan jati diri sebagai pemeluk agama yang rahmah.