Nova Sanita
Prodi Sosiologi Universitas Teuku Umar

Published : 1 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 1 Documents
Search

POLA INTERAKSI POLISI SEBAGAI MASYARAKAT MULTIKURTURAL DI PEUNAGA RAYEUK ACEH BARAT Nova Sanita; Arfriani Maifizar; Riki Yulianda
Jurnal Society : Pengamat Perubahan Sosial Vol 1, No 2 (2021)
Publisher : Jurnal Society : Pengamat Perubahan Sosial

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (54.599 KB)

Abstract

Kehidupan masyarakat multikultural ditandai dengan adanya heterogenitas masyarakat dalam aktivitasnya, adanya pendatang dari berbagai etnis dan budaya yang berbeda, masyarakat yang sudah mulai terbuka, dan tumbuhnya sikap toleransi masyarakat setempat kepada pendatang, serta terjalinnya interaksi sosial yang baik. Komplek polisi merupakan salah satu tempat dimana mobilitas sosial horizontal terjadi dari berbagai etnis, yang memiliki perbedaan budaya. Maka, anggota Polisi yang tinggal di wilayah tersebut memiliki peran ganda, yaitu sebagai penegak hukum, pengayom masyarakat, mitra masyarakat dalam penanggulangan tindak pidana, dan sekaligus sebagai bagian dari masyarakat setempat yang beradaptasi dengan budaya masyarakat setempat. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pola interaksi polisi sebagai masyarakat multikultural dengan  masyarakat Peunaga Rayeuk Aceh Barat. Metode yang dilakukan yaitu menggunakan pendekatan kualitatif secara deskriptif. Teknik pengumpulan data adalah observasi, wawancara dan dokumentasi. Informan dalam penelitian ini berjumlah 8 orang. Analisa data dilakukan dengan menggunakan teknik analisis data kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa interaksi polisi dan masyarakat di Peunaga Rayeuk Aceh Barat termasuk dalam asosiatif, dimana adanya kerjasama masyarakat dan polisi dalam kegiatan gampong, seperti sebagian keluarga polisi mengikuti wirid, yasinan, pengajian, kenduri dan rapat gampong. Masyarakat tetap melibatkan instansi polisi atau personal Polisi jika ada kegiatan di gampong. Namun masih terdapat interaksi yang dissosiatif,karena masih ada sebagian keluarga polisi yang belum ada kesempatan bergabung dan berinteraksi dengan masyarakat setempat, karena urusan pekerjaan maka masyarakat setempat memberikan toleransi. Jika ada yang berturut-turut belum ada kesempatan untuk bersosialisi, berinteraksi dan bergabung dengan kegiatan masyarakat, maka sebaliknya pada saat kegiatan dilaksanakan di rumah keluarga tersebut, maka masyarakat juga kurang merespon terhadap aktivitas di keluarganya